Beberapa dentuman keras disertai dengan banyak debu berterbangan ke angkasa menyelimuti seisi gang sempit nan rumit ini. Seorang pemuda berkacamata yang membawa Ardan terlihat melompat keluar dari dalam kepulan asap yang tebal, disusul dengan pria tampan bersama Lia yang berlari di sampingnya.
“Kak Raffa kenapa bisa tahu kalau aku sedang di sini?” Tanya Lia kepada pria di sampingnya.
“Ryo menemukan pergolakan dimensi yang tidak wajar melalui pergerakan angin yang aneh, karena itu aku bisa menemukanmu di sini.”Jawab singkat Raffa kepada Lia.
“Jadi saat ini kita berada di dimensi lain?” Ucap Lia dengan wajah yang terkejut.
“Yaps, untuk penjelasan lebih lanjutnya akan kusampaikan sesudah kita keluar dari sini. Untuk sekarang...” Raffa menghentikan langkah kakinya dan membalik badan, menatap tajam ke Pria besar yang berdiri tak jauh di belakang mereka saat ini “...Kita harus mengalahkannya untuk bisa keluar dari sini.”
***
Hening, tidak ada satupun dari mereka bertiga yang bergerak, menatap satu sama lain, bersiaga untuk segala kondisi. Kepulan debu yang sempat menyelimuti seisi gang perlahan mulai menghilang menyisakan retakan-retakan yang mulai beregenerasi hingga menyebabkan Lia semakin yakin jika ini memang dimensi buatan.
“Menyingkirlah kalian, aku sudah tidak membutuhkanmu lagi gadis kecil, aku hanya ingin pemuda yang pingsan itu.” Usap Si Pria besar dengan bola mata yang putih seluruhnya serta nafas yang sangat berat diikuti air liur menetes deras seolah menahan lapar.
“Aku bukan gadis kecil lagi! Dan juga takkan pernah kuserahkan temanku padamu!” Teriak Lia sambil mengibaskan lengan kirinya ke belakang.
“ya bagaimana jika kita akhiri saja sampai di sini, lagian kau melawan dua orang sekarang, ditambah lagi masih ada si kacamata resek yang selalu siap di belakang sana.” Ucap Raffa kepada Pria tersebut.
Pria besar ini terlihat sangat tidak senang dengan tawaran itu. Dia terdiam sejenak sebelum akhirnya menerima tawaran tersebut. “Baiklah, kubiarkan kalian lolos kali ini. Lagipula aku sudah menemukan apa yang kucari, jadi aku tidak butuh kalian lagi. Sampai jumpa lain waktu.” Ucapnya sambil menghilang ke dalam bayangan gang yang gelap.
Perlahan kondisi di sekitar Lia dan Raffa mulai bergelombang dan pemandangan gang sempit itu pun perlahan berubah menjadi pemandangan sebuah taman di tengah kota. “Meski dia membiarkan kita lolos, dia benar-benar mengerjai kita dengan cara membuang kita sejauh ini. Cih!” Ucap Raffa dengan ekspresi kesal.“Jadi benar-benar dimensi buatan ya, tapi aku idak faham sejak kapan aku terjebak di sana?” Tanya Lia kepada Raffa di sampingnya.
“Aku ingin menjelaskannya sekarang, tapi yang lebih penting bagaimana keadaannya Ryo?” Ucap Raffa sambil berjalan menuju Ryo di belakangnya.
“Cukup parah, dia mengalami pendarahan bagian dalam disertai beberapa tulang rusuknya patah. Tapi kau masih bisa menyembuhkannya kan, Lia?” Tanya Ryo sambil menatap Ardan yang terlentang di hadapannya.
“Akan kucoba sebisa mungkin.” Jawab Lia serius.
***
Remang-remang, itulah yang dilihatnya saat ini. Berdiri di atas tanah lapang sendirian dengan kabut yang sangat tebal hingga jarak pandang hanya sebatas jangkauan tangan. Hawa dingin yang mengerikan menembus masuk jaket hoodie biru yang ia kenakan sampai pemuda ini tidak mampu bergerak karenanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Katektise - Ardan Route
Fantasy"Ingatanmu adalah kunci dari segala kekacauan di sini"- A Bercerita tentang seorang pemuda yang mengalami berbagai kejadian janggal, hingga suatu saat ia dipertemukan dengan seseorang yang merupakan dirinya yang lain.