Bab 1

104 19 10
                                    

Dikala itu, dia langsung diam terpaku tanpa bisa berkata apapun. Tubuhnya bergetar hebat disertai keringat dingin tiada henti. Terbelalak menatap sosok yang sangat ia kenal. Sosok yang tidak lain adalah tubuhnya sendiri, tergeletak di lantai kamar.

Rasa takut yang sangat hebat langsung merasuk, disaat sosok itu mulai bergerak bangkit dan mendekatinya. Tidak bisa berbuat apapun, dia terduduk lemas menatap sosok yang kini berada tepat dihadapannya. Sosok itu mulai menggerakan bibirnya seolah ingin mengatakan sesuatu dengan nada lirih.

“Ardan... apa kau.. ingat...?” Suara itu terdengar sangat familiar di telinga pemuda yang dipanggil ‘Ardan’ ini. Meski sedikit, sepertinya rasa takut dalam diri Ardan mulai menghilang. Entah kenapa dia merasa seperti bertemu dengan teman dekat yang telah lama menghilang.

“Bangunlah...” Sosok itu menggenggam lengan Ardan, membantunya untuk berdiri. Ardan masih merasakan tubuhnya sedikit gemetar, tapi lebih dari itu dia masih bingung dengan maksud ucapan dari sosok itu.

“Bangunlah, sekarang giliranmu.” Sosok itu mendorong tubuh Ardan hingga terjatuh membentur lantai cukup keras. Membuatnya tersentak, menjatuhkan buku yang ada di mejanya. Menghela napas sejenak guna menenangkan diri dan menatap sekitar, menemukan dirinya berada di kelas bersama beberapa anak lain.

“Lagi-lagi aku bertemu dengannya ya...” Gumam Ardan. Sepertinya dia sudah beberapa kali bertemu dengan sosok itu di dalam alam bawah sadarnya. Awalnya sosok itu hanya berwujud bayangan sejenak lalu menghilang, tetapi kemudian sosok itu mulai membentuk wujud yang mirip dengan dirinya beberapa kali.

“Apa bertemu orang yang sama beberapa kali dalam mimpi adalah hal yang wajar?” Ardan memang merasa sedikit penasaran akan hal itu, tetapi dia menahan rasa penasaran itu untuk menyimak pelajaran yang diberikan oleh dosen di depan.

...

Setelah pelajaran berlangsung cukup lama akhirnya si dosen pergi meninggalkan kelas dengan menyisahkan setumpuk tugas untuk para mahasiwa yang menghadiri kelas siang kali ini. “Haahh... Akhirnya selesai juga..” Ardan merentangkan tubuhnya memenuhi meja.
“Yow Ar! Balik yuk!” Seorang pemuda dengan tubuh cukup tinggi datang menghampiri Ardan. Dia adalah Dian, sahabat masa kecil Ardan. Meski sebenarnya mereka berdua tidak mengingat bagaimana mereka bisa berteman dekat seperti saat ini.

Pada perjalanan kembali, mereka membicarakan banyak hal seperti biasanya. Melewati pemandangan kota yang ramai dengan banyak suara kendaraan serta dihiasi dengan warna jingga yang khas dari langit sore hari.

Saat asyik berbicara dengan Dian, tiba-tiba ponsel Ardan berdering membawakan pesan dari sang ibu. Ia disuruh pergi ke supermarket untuk membeli bahan untuk makan malam nanti. “Supermarket dah kelewat jauh baru dapet sms suruh beli?”  Gumamnya.

Setelah menyuruh Dian untuk pergi duluan, dia langsung berlari ke supermarket. Ardan merasa sedikit kesal karena harus memutar cukup jauh, tapi hal ini harus dia lakukan agar dirinya bisa makan nanti malam. Seusai membeli bahan yang dibutuhkan, ia langsung kembali kerumah.

“Aku ingin tidur secepatnya...” itu yang dipikirkannya sekarang.
Saat berjalan melewati gang kecil, ia melihat ada seseorang yang tertunduk sambil mengerang kesakitan. Ardan sempat ingin pergi, tapi ia ingin membantu orang itu. Melihat tidak ada orang di sekitar, dia memberanikan diri untuk mendekati orang tadi.

“Hei, apa kau baik-baik saja ?.” tanya Ardan.

Orang tadi langung menoleh ke arah Ardan dengan memegangi dadanya, sedikit menunduk. Tatapannya sangat tajam bahkan dengan bola mata yang keseluruhan berwarna putih. Mulutnya juga tidak berhenti komat-kamit mengucapkan sesuatu yang tidak jelas dengan sangat cepat.

Rasa takut langsung merasuki tubuh Ardan, karena ini kali pertama dia menghadapi situasi seperti ini. Ketakutan Ardan semakin bertambah saat mengetahui orang tadi berlari ke arahnya seperti orang gila. Tetapi seketika angin kuat menerpa tubuh Ardan yang ketakutan hingga membuatnya terpental ke belakang.

Saat bangkit, Ardan bingung bercampur takut karena dia melihat orang tadi tepat berada didepannya. Tidak terlihat kesakitan seperti sebelumnya, orang itu sekarang malah ketakutan saat melihat Ardan. Ia seperti melihat sesuatu yang menakutkan di belakang Ardan, padahal tidak ada siapa-siapa dibelakangnya.

“HOI !! Apa yang sebenarnya terjadi ?” Teriak Ardan. Orang tadi hanya menggelengkan kepala ketakutan sebelum akhirnya ia berlari menjauh.

Ardan yang kebingungan hanya menganggapnya seperti orang aneh yang lagi berkeliaran. Dia menyingkirkan semua rasa takutnya karena sekarang sudah tidak apa-apa. Orang tadi sudah pergi dan belanjaannya....

Belanjaannya hilang seketika tanpa ia sadari saat bertemu orang aneh tadi.

“TERNYATA ORANG TADI PENCURIIII !!!!.” Jerit Ardan kesal karena ia harus balik dan beli bahan yang baru, sambil bergumam sepanjang perjalanan tanpa menyadari ada sosok berkacamata mengawasinya dari kejauhan.

Bersambung...

Katektise - Ardan RouteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang