Bab 3 : Awal dari Segalanya

31 9 7
                                    

Saat itu, aku benar-benar tidak pernah menyadari apa penyebab semua ini. Hingga saat dimana dia datang kepadaku dan berkata,“Seharusnya kau sudah mati”

***

Sudah tiga hari sejak pertama kali Ardan bertemu dengan Lia. Sampai sekarang tidak ada satu pun kabar darinya. Dua hari yang lalu seperti yang telah dijanjikan, Ardan datang ke perpustakaan untuk menemui Lia. Tetapi sesampainya di sana, tanpa menghiraukan sedikit pun, Lia langsung berlari keluar dengan wajah sangat panik meninggalkan Ardan sendirian di perpustakaan dengan buku-buku yang berserakan.

“Padahal sudah kutunggu berjam-jam sambil mengembalikan buku yang berserakan, tapi dia malah tidak kembali.” Gumam Ardan mengerutkan dahinya.

“Ya mungkin dia ada urusan mendadak atau semacamnya jadi dia harus pergi untuk sementara waktu.” Jelas Dian sambil mengunyah roti yang dibelinya barusan. “Lagipula dia pergi dengan wajah panik bukan? Jadi dia pasti ada urusan.” Tambahnya.

“Iya sih, tapi tetap saja ada yang aneh.” Ucap Ardan memalingkan wajahnya.

“Aneh gimana?”

“Waktu itu setelah membuat janji, kita langsung pulang dan kebetulan juga kita searah jadi jalan bareng.”

“Terus anehnya?”

“Nah itu...”

Malam tiga hari yang lalu

Hanya dihiasi cahaya minim dari lampu jalan dan sinar terang rembulan, Lia dan Ardan berjalan menyusuri heningnya pinggiran kota. Hampir tidak ada tanda-tanda kehidupan di sekitar mereka menyebabkan suasana jadi sedikit menyeramkan.

“Tumben tidak ada orang yang lewat, padahal baru jam tujuh.” Ucap Ardan sambil melihat sekelilingnya.

“Entahlah, padahal biasanya banyak anak kecil bermain di sini.” Sahut Lia.

“Rasanya ada yang aneh..” Batin Ardan.

Dia mulai menyadari bahwa tidak ada satu pun lampu rumah yang menyala di sepanjang jalan yang mereka lewati barusan. Angin yang bertiup pun terasa lebih berat dari biasanya, hingga agak susah untuk bernapas.

Terasa seperti ada sesuatu yang menyeramkan sedang mengawasi mereka dari kejauhan. Suasana ini sangat membuat Ardan tidak nyaman. “Padahal aku melewati jalan ini setiap hari. Tapi entah kenapa rasanya sedikit berbeda dari biasanya, apa yang terjadi di sini?” Batinnya.

“Ar... Ardan...” Terdengar sesuatu memanggilnya dengan nada yang sangat lirih. Suara itu terasa sangat familiar di telinga Ardan. Tanpa disadari dia mulai menghentikan gerak kakinya dan menoleh ke belakang dengan sangat-sangat pelan. “Perasaan ini... Aku sangat mengenalnya... Tapi apa?”

“ARDAN!!” Jeritan Lia yang cukup keras langsung membuyarkan lamunan Ardan. “Diajak ngomong daritadi malah dicuekin.” Tambahnya dengan wajah sangat kesal.

Seketika Ardan teringat pepatah dari Prof. J(omblo)Dian “Sebisa mungkin jangan nyuekin cewek yang sedang mengobrol denganmu, karena itu akan berakibat fatal untuk dirimu sendiri.” Jadi dengan segera Ardan langsung meminta maaf hingga membungkuk berulang kali sampai dia sendiri pusing karenanya.

Katektise - Ardan RouteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang