Sepuluh

5.5K 23 0
                                    


"Mel, udah tidur belum?"

"Ya belum lah, goblok."

Aku membuka mataku. Hanya Mel yang ada di sini.

Meski mataku terbuka, kualitasnya masih satu-satu sebelum barangkali kepalaku kembali seberat satu ton dan roboh tertidur. Meskipun kabur, paling tidak rambut panjang itu sudah pasti milik Mel.

Mana kacamataku? Aku meraba-raba tepian lemari kecil di sebelah tempat tidur itu. Nah, ini dia.

"Nggak lanjut tidur?" tanyanya. Sedang apa dia? Oh, mengeringkan rambut ternyata. Dengung hawa panas yang sedikit mengembus di pipiku baru terasa seketika kacamata itu kukenakan.

"Tauk, biasanya jam segini udah ketiduran aja," jawabku yang err...ternyata masih jam satu.

Si Melissa sedang mengeringkan rambutnya sambil duduk di atas tempat tidur itu hanya dengan mengenakan selembar handuk. Palingan lagi-lagi behanya ditinggalkan di kamar mandi. "Oliv udah pulang tuh, elonya kelamaan tidur."

Benar juga, tadi dia pamit sebelum aku tertidur pulas.

Aku bangun dari kasur dan mencari-cari celana panjang yang seingatku kutanggalkan di bawah tempat tidur ini. Dan sekarang ia ternyata digantung di atas sandaran kursi. "Makasih udah repot-repot, Liv," gumamku yang masih mengantuk saat mengambil jins dan kemejaku yang bertengger rapi di sana.

"Ngapain? Pulang?" Mel menyeletuk.

"Ya ngapain lagi?" Aku menoleh ke arah suara itu.

"Jangan dulu, lo bawa laptop, kan? Masih hutang OW satu sesi."

"Udah kemaleman. Males, Mel."

Melissa memicingkan matanya dengan sinis begitu ia balas menatapku, "Ya elah, ini kan apartemen gue. Kalo kamar elo ya paling jam 10 juga udah digrebek."

"Duh, males nih ga bisa dilampiasin. Katanya janji," gerutunya.

"Besok, deh."

"Besok Senin, goblok. Paginya mesti pitching lagi," benar juga sih. Oliv sempat cerita tadi waktu ngopi.

"Ya udah, gue balik dulu."

Segera ketika baru kaki kiriku yang masuk ke dalam celana, tiba-tiba aku merasakan tanganku digenggam olehnya.

"Eh, lo ga liat gue, apa?" Melissa memasang wajah cemberut ketika aku mendongak melihatnya berdiri di depanku.

"Iya, lo abis mandi. Lah, terus?"

"Kan janji satu ronde, men."

"Katanya Senin nggak bisa."

"Kan besok."

Aku baru menyadari handuk yang dikenakannya hanya sebatas dada hingga pinggang. Seketika ia terlepas, kuperhatikan keberadaan pinggul yang kencang itu, seolah tersembunyi di balik tubuh mungilnya.

"Besok Senin, entar pagi kan Minggu," senyumnya nakal, "hayo nih, gue tagih gantinya minjem kamar orang."

Iya deh...

(PG-15) Malam Jumat di Kantor (First Season)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang