Enam

9.7K 35 0
                                    


  "Duh, mestinya malam begini dingin tapi kok..."

Gerah. Begitu maksudnya. Butir-butir kecil keringat mulai mengintip dari balik poni rambut pendeknya. Tak heran si Bos langsung kabur begitu tukang AC masuk ke dalam kantor. "Coba jendelanya dibuka dulu ," timpalku yang meninggalkan meja kerjaku untuk membuka jendela.

Ugh, tak terasa satupun hembusan angin yang masuk ke dalam ruang kerja. Mengibas diri pun mungkin lebih terasa sejuk daripada menunggu angin malam menyusup. Sekalinya aku melihat ke belakang, wanita itu pun mulai menyerah.

Dibukanya blazer hitam itu dari lengan kiri dahulu, tapi ia tampak sedikit repot melepaskannya. Badannya menganjur bungkuk ke depan, mungkin karena ukuran sepasang bongkah susu di balik kemejanya yang, ehm, mengganggu. "Ih, susah banget mau ngikutin cara temen-temen front office.." pada akhirnya menyerah juga wanita itu dan sertamerta membuka blazernya dengan cara yang lebih wajar.

"Nah, baru kebuka," tentu saja, mendadak temperatur ruangan bertambah gerah. Apa yang lebih panas daripada perempuan berseragam kerja? Perempuan berseragam kerja yang dibasahi keringat. Kartu nama yang menggantung di lehernya pun memberi nuansa tersendiri yang menggelitik seleraku.

"Ehm. Itu," tunjukku.

"Kenapa, sih? Oh, ini," tak mungkin ia tak sadar akan lekuk tubuhnya yang tercetak rapi oleh basahnya kemeja putih bening yang ia kenakan. Tuh, mulai deh senyum nakalnya, "ya, nggak apa-apa kan? Lagipula, kantor udah nggak ada orang."

"Ada satpam."

"Memangnya CCTV kita Full HD?" balasnya tengil. Tapi sesaat kemudian raut wajahnya pun berubah meringis, "ampun, masih panas juga."

"Masih ngeyel juga," aku masih bersandar di dekat jendela. Setidaknya lembur hari ini hanya alibi sementara untuk berleha-leha daripada menghabiskan waktu sendiri di kamar.

Kulirik dirinya yang meregangkan badan lagi. Kancing kemejanya bisa copot kapan saja dengan ukuran sebesar itu, dan, lalu... sebentar. "Eh!" langsung aku melaju ke meja kerjanya.

"Lho, kenapa? Kan nggak ada orang."

"Kamu..."

Ia mengerling bingung, atau pura-pura bingung?

"Kamu nggak pakai dalaman?"

Seringai pertanda pura-pura bingung, "Nah, lho. Kok lama amat nyadarnya sih?" argh, perempuan ini.

"Ya udah," kilahku menyerah, "terus mau ngapain?"

"Ngopi deket toilet, yuk," ia tersenyum puas.  

(PG-15) Malam Jumat di Kantor (First Season)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang