✨THREE

21 4 2
                                    

Rasha sedang duduk di sofa sambil memainkan hp. Namun kegiatannya terhenti karena ada yang mengetuk pintu rumahnya. Rasha pun membuka pintu rumah dan langsung menampakkan sosok Lean.

"Eh Lean ada apa?"

"Gue mau jelasin sesuatu Ras."

Rasha mengembuskan napas pelan, dia sepertinya tahu apa yang akan dijelaskan Lean.

"Masuk Yan, jelasin di dalam aja." Rasha memberi jalan untuk Lean lalu menutup kembali pintu rumahnya. "Lo duduk dulu ya, gue mau siapin minum." Lalu Rasha segera menuju dapur dan membuat minuman. Lima menit kemudian, Rasha kembali sambil membawa nampan dan dua cangkir di atasnya.

Lean tersenyum, lalu memperbaiki posisi duduknya dan menyisir rambutnya dengan jari.

"Jadi Ras-"

"Gue kayaknya tau apa yang mau Lo jelasin Yan." Rasha memotong ucapan Lean. Rasha menahan napas sebentar, lalu melanjutkan kalimatnya. "Gue udah dengar semua dari Fasha. Tapi gue belum siap Yan. Gue nggak yakin sama diri gue."

Lean menghela napas, "Gue ngerti perasaan Lo Ras. Tapi gue sama Fasha yakin kalau Lo mampu. Lo pasti bisa."

"Tapi kenapa harus gue sih Yan?" Rasha menanyakan hal itu lagi, kali ini pada Lean. "Apa istimewanya gue?"

"Karena Lo punya sesuatu yang nggak dimiliki sama siapapun Ras. Lo punya tanda di leher Lo kan?"

Rasha mengangguk, dan menatap Lean bingung. Dari mana dia tahu itu? Sedangkan orang yang tahu hanya Felicia, Shika, ibunya dan Rasha saja.

"Tanda itu simbol kalau Lo punya kekuatan. Siapapun yang berasal dari Willion juga punya tanda, tapi bedanya tandanya di lengan, bukan di leher. Cuma orang orang tertentu yang punya tanda di leher, bangsawan, penyihir, tetua dan orang orang tertentu lainnya. Lihat punya gue nih." Lean mengangkat lengan bajunya, lalu terlihat tiga bulatan berwarna hitam seperti tahilalat di lengannya.

"Berarti gue dari Willion Yan?" Rasha bertanya agak cemas. Lean menggeleng.

"Lo udah disini sejak lahir Ras. Lo dilahirin di sini. Sedangkan Raja nggak bakal ngasih izin siapapun buat keluar dari Willion sebelum waktunya, setidaknya saat dia berumur sepuluh tahun baru boleh keluar. Dan Lo, mungkin Lo punya leluhur yang nurunin tanda itu ke Lo. Entah itu orang tua Lo atau mungkin kakek nenek Lo."

"Apa Fasha dikirim ke gue buat ngasih tau soal ini Yan?" Lean mengangguk sebagai jawaban.

"Tugas yang dikasih beda beda Ras. Ada yang datang buat bantu masalah hidup manusia, ada yang cuma datang kerena dia butuh teman, ada yang menggantikan manusia itu, tapi misinya sama, yang penting orang itu sama orang orang di sekitarnya bahagia." Jelas Lean lagi.

"Gue masih belum siap Yan. Maaf kalau gue buat kalian kecewa. Gue pikirin dulu matang matang. Nggak apa apa kan?"

"Iya Ras. Kalau bisa secepatnya ya, soalnya ancaman ancaman dari Ratu Marian udah berdatangan. Serangan dari Ratu juga bisa datang kapan aja. Ini aja yang pengen gue bilang Ras, gue masih ada urusan, gue balik ya." Lean tersenyum.

Rasha mengangguk, lalu mengantar Lean sampai pintu. Setelah Lean mulai menjauh, Rasha kembali masuk ke rumah.

🌂🌂🌂

Siang ini, di kelas Rasha sedang jam kosong karena gurunya sedang di luar kota. Felicia dan Shika mengobrol sambil tertawa tawa. Sedangkan Rasha hanya tersenyum dan tertawa kecil. Dua temannya bingung melihat kenapa Rasha tidak seperti biasanya.

"Lo kenapa dah Ras? Murung amat, mikirin apa?" Tanya Shika.

"Iya. Sejak Lo ngomong sama Fasha kemarin Lo jadi banyak diam deh. Kayak mikirin sesuatu. Dia ngomong apa Ras?" Felicia menimpali.

Another MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang