✨SIX

19 4 2
                                    

"Sagio Agwen, beliau papa Rasha?" Rasha dan Miya terkejut mendengar pertanyaan Loen.

"Kamu kenal suami Tante?" Miya bertanya ragu. Rasha menatap Loen terkejut, darimana dia tahu.

"Iya Tante, saya kenal. Beliau adalah salah satu orang paling hebat yang pernah saya kenal." Loen tersenyum, menerawang.

"Lo kenal dari mana Yan?" Tanya Rasha.

"Papa Lo itu pahlawan Ras. Gak ada satu orang pun di Willion yang nggak kenal dia. Dan ternyata-"

"Jadi kamu dari dunia aneh itu juga?" Seketika nada bicara Miya berubah dingin. Rasha dan Loen menatap Miya. Mata Miya memerah.

"Tante-" Loen hendak menyentuh pundak Miya, tapi langsung ditepis.

"Jangan sentuh saya. Pulang kamu sekarang. Saya nggak mau liat kamu lagi. Jangan dekat dekat saya dan anak saya. Pergi kamu." Miya berucap dingin.

"Tapi tan-"

"PERGI KAMU! Ngerti kan? Saya suruh pergi. Rasha kamu jangan dekat dekat dengan dia!" Miya mengusir Loen kasar. "Rasha kamu masuk."

"Ma?"

"MASUK!"

Rasha yang sebelumnya belum pernah melihat mamanya semarah ini pun segera menurut. Loen hanya bisa mematung, dia terkejut dengan perubahan sikap Miya yang drastis, dan juga Miya menyebut Willion 'dunia aneh'. Apa maksudnya?

"Kamu dengar kan? Saya bilang pergi. Jangan temui saya dan Rasha lagi." Ucap Miya pelan tapi menusuk, lalu Miya segera masuk ke rumah dan mengunci pintu.

"Ma?" Rasha memanggil Miya ragu. Miya hanya diam. Tangannya memegang kepalanya.

"Ma? Mama nggak apa apa kan?" Tanya Rasha lagi. Miya menghembuskan napas, lalu menatap Rasha sendu. Beberapa saat kemudian pandangannya kabur dan Miya tidak sadarkan diri.

Rasha cemas, dia memanggil mamanya berkali kali, menepuk pipi Miya, tapi tetap tidak ada jawaban. Miya tetap terbaring lemah di lantai.

🔥🔥🔥

"Gimana dok?" Tanya Rasha cemas.

"Nggak apa apa, mama kamu cuma kelelahan dan banyak pikiran. Sekarang belum sadar, tapi kondisinya sudah mulai membaik. Kamu lihat aja sendiri ke dalam." Dokter itu tersenyum. Rasha mengangguk. Lalu dokter itu melangkah meninggalkan Rasha.

"Om Yudha makasih ya udah mau ngantarin mama, makasih banget om. Kalau om tadi nggak ada Rasha pasti bingung." Ucap Rasha pada Yudha, tetangga Rasha dan Miya. Usianya beberapa tahun di bawah Miya.

"Iya gak apa apa, nanti kalau ada apa apa lagi, hubungi om aja ya, om siaga 24 jam. Om balik dulu ya."

Rasha mengangguk, dan segera memasuki ruangan tempat Miya dirawat. Rasha mendekati Miya dan duduk di sebelah ranjang Miya. Rasha menghembuskan napas lalu menidurkan kepalanya di ranjang.

Baru beberapa saat menutup mata, Rasha merasakan sesuatu menyentuh kepalanya, Rasha terkejut. Ternyata Miya.

"Mama udah sadar? Aku panggilin dokter ya?" Rasha segera keluar dari ruangan untuk memanggil dokter. Tidak lama, Rasha kembali bersama dokter. Dokter memeriksa keadaan Miya.

"Mama kamu udah baik baik aja. Tapi, jangan terlalu banyak beraktivitas dulu, masih butuh banyak istirahat." Jelas dokter.

Miya dan Rasha berterimakasih, lalu dokter tersebut keluar.

"Rasha kamu bawa mama gimana?"

"Aku minta tolong om Yudha buat ngantar mama. Mama udah nggak apa apa kan?" Rasha memastikan kondisi Miya lagi. Miya mengangguk sebagai jawaban.

"Kamu pulang ya? Besok masih sekolah kan? Tidur ya."

"Tapi mama gimana?"

"Mama nggak apa apa. Kan masih ada dokter sama suster juga. Masih ada yang nemenin kok." Jawab Miya lemas.

Akhirnya Rasha mengangguk, lalu dia membereskan barang-barangnya dan pulang.

🍃🍃🍃

Rasha berjalan gontai menuju kelasnya. Kantong matanya begitu jelas karena tadi malam dia tidak bisa tidur.

"Eh, Ras kenapa Lo?" Pertanyaan Felicia menyambutnya.

"Lemes amat Ras."

"Nggak apa apa. Gue cuma nggak bisa tidur tadi malam." Jawab Rasha sambil mengacungkan jempolnya.

"Nggak apa apa nya cewek itu punya makna beda kan ya?" Tiba tiba sebuah suara muncul mengagetkan mereka.

"Astaga, Lean. Lo kenapa sih ngagetin aja. Nggak bisa datang baik baik apa? Kalau gue jantungan gimana?" Ketus Shika.

"Bodo. Kan Lo, ntar gue tinggal jengukin aja." Jawab Loen santai dan dihadiahi sebuah jitakan dari Shika.

"Sakit oy! Entar gue bego gimana?" Loen mengelus kepalanya.

"Bodo. Kan Lo."

"Oh iya Ras. Mama Lo gimana? Masih marah sama gue?" Tanya Loen.

"Nggak tau." Rasha menggeleng lemas.

"Emang Tante Miya kenapa?" Felicia bertanya cemas.

"Mm mama Rasha marah sama gue."

"Lah kenapa?" Felicia dan Shika bertanya serentak. Loen menghembuskan napas, dan menceritakan semua kejadian kemarin pada Felicia dan Shika.

"Ooh.." Mulut mereka membentuk bulatan. "Jadi Tante Miya sekarang gimana?" Lanjut Shika.

"Sebenarnya, mama gue sekarang di rumah sakit. Habis marah marah sama Lean mama pingsan."

"Gue jadi ngerasa bersalah Ras." Loen menyesal.

"Bukan salah Lo Yan. Lo kan nggak tau." Rasha tersenyum.

"Gue jadi penasaran, kenapa Tante Miya jadi marah habis dengar Lean nyinggung Willion. Apa ada sesuatu antara Willion sama papa Lo Ras?"

"Gue nggak tau Fel."

"Lo juga nggak tau Yan?"

"Gue tau tapi, gue nggak tau kalau beliau udah meninggal. Yang gue tau papa Rasha itu benar benar berjasa besar buat Willion. Siapapun pasti hormat kalau dengar nama beliau. Lo pasti bangga jadi anaknya Ras." Loen memandang Rasha penuh arti. Rasha balas menatap Loen tersenyum.

"Udah dong tatap tatapannya, udah kayak di drakor aja." Seseorang memukul meja cukup keras, membuat mereka semua terkejut.

"Fasha!" Teriak mereka serentak.

Fasha hanya tertawa sambil mengedikkan bahu.

——————————————————

Hola!
Sorry ya telat banget
Aku sibuk
Muehehe
Muaa muaa 😘😘

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 22, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Another MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang