Matahari belum nampak. Langit pun masih gelap. Tapi, Chika harus sudah bersiap melaksanakan kewajibannya sebagai umat Muslim.
Ia mengerjap-ngerjap kan matanya, dan bangkit dari king size spring bed nya.
Berjalan turun menuju mushola di rumahnya dengan mata yang masih mengantuk, memang menyulitkan bagi Chika. Ia langsung mengambil air wudhu. Dan rasa kantuknya pun hilang dalam sekejap.
Ia menggunakan mukena yang berwarna hitam dengan motif bunga yang menghiasinya. Tampak sangat cantik jika Chika yang mengenakan mukena itu.
Ia mendirikan sholat shubuh bersama keluarga kecilnya, dan di imami oleh ayahnya.
Selesai sholat, Chika mencium punggung tangan mama, ayah, dan kakaknya. Lalu mereka berdoa dan tadarus bersama.
Matahari sudah mulai terlihat dari Timur. Itu tandanya, Chika harus bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Chika melakukan ritual paginya. Setelah dirasanya cukup, ia keluar dengan keadaan sudah terbalut seragam osis lengkap.
Ia menyambar tas yang sudah diisi berbagai macam asupannya untuk di sekolah nanti. Tak lupa, ia mengambil kunci mobil yang sudah tergantung di paku dekat pintu kamarnya dan akan ia serahkan kepada kakaknya, yang akan menyetir mobilnya.
Berjalan dengan cepat, menuruni puluhan anak tangga di rumahnya adalah rutinitas Chika setiap hari.
Ia langsung menuju meja makan, karena sudah ditunggu keluarganya.
"Hello Ayah, Mama, Musuh!" Ucapnya sembarang lalu menciumnya satu persatu.
"Apa lo bilang? Gue musuh lo? Awas aja ya lo, dek! Gak gue beliin peelengkapan buat dekor kamar lo mampus!" Kesal Karin, kakak Chika.
"Hahaha, piiss kak. Gue gak bilang musuh kok. Gue bilang muka gue lusuh, ga kaya lo. Cantik bak putri dan wanginya kaya bunga bangkai", jawab Chika dengan jari membentuk V.
"Awas ya lo, Dek!"
"Udah udah, pagi-pagi ribut terus. Gausah sarapan sekalian!" Lerai Pak Abram.
"Hush, jangan gitu dong, Mas. Udah ya kalian sarapan yang bener. Udah SMA kaya anak TK", lerai Bu Tyas.
Mereka berempat makan dengan hening. Hanya terdapat suara dentingan sendok dan piring.
Setelah selesai, Chika dan Karin pamit kepada kedua orang tuanya untuk berangkat ke sekolah.
"Mah, Yah, aku sama Chika pamit ya. Assalamualaikum", ucap Karin sambil mencium punggung tangan Bu Tyas dan Pak Abram secara bergantian.
Chika pun melakukan hal yang sama.
"Waalaikumsalam, hati-hati ya", jawab Bu Tyas dan Pak Abram serentak.
Lalu, mereka pergi keluar dan menuju ke garasinya.
"Dek, gue anter lo. Nanti kalo lo pulang, telpon aja".
"Iya kakk".
Mereka berdua mulai membelah jalanan kota yang bisa dibilang cukup ramai pagi ini. Karena memang sudah pukul 06.30.
*****
Mereka tiba di SMK Tunas Bangsa.
"Nih udah sampe. Sana turun. Belajar yang bener, jangan pacaran mulu. Biar pinter", ucap Karin memperingatkan Chika sebelum adik satu-satunya itu turun.
'Selera gue ga ada yang di sini", batin Chika.
"Iya iya kak. Bawel banget si lo. Yaudah lo juga. Tiati di jalan. Gausah ngebut, yang penting gaspol", Chika memperingatkan Karin diiringi dengan tawa recehnya.
"Awas lo ya!!" Jawab karin dengan mengepalkan kedua tangannya.
~~~~~
Hellooo!!!
Gimana ceritanya?
Aku masi ga mood banget buat bikin, dan posisi udah ngantuk:v
Jadi, ya seadanya dulu.Jangan bosen baca ya.
Dan jangan lupa vote and comment.
Karena votment kalian itu berharga buat aku:((See you next chapt! :*
KAMU SEDANG MEMBACA
When Will We Meet? [Slow Update]
Teen FictionPertama kali publish tanggal 09 Maret 2019. Gimana sih, rasanya kalo kalian kenal sama orang yang belum pernah ketemu, ya dalam artian kalian kenal lewat HP. Dan gimana rasanya, kalo sahabat kalian nusuk dari belakang? Yang paling penting, gimana c...