12. ULANGAN KENAIKAN KELAS

178 24 7
                                    

Tak terasa, waktu terus berlalu. Reza dan Chika sudah dekat selama ini. Mereka tidak merasakannya. Karena mereka saling melengkapi dalam hari-hari mereka.

Chika memberi semangat kepada Reza, dan Reza juga memberi semangat kepada Chika. Mereka saling support. Dan mereka ingin bersama-sama meraih kesuksesan mereka.

Pagi ini, Chika sudah bersiap-siap untuk berangkat ke sekolahnya. Ia harus berangkat pagi, karena ia ingin bertanya materi yang belum ia paham kepada temannya yang lebih pandai darinya. Dan kali ini, Chika membawa tas yang cukup berat, karena selesai ulangan ia harus mengikuti les.

Setelah ia rasa semuanya siap, ia berpamitan kepada kedua orang tuanya. Kali ini, ia berangkat sendiri tanpa kakaknya. Karena seperti biasa, kakaknya sudah dijemput sang kekasihnya.

Kemudian ia mulai membelah jalanan yang masih sepi dan berjalan dengan kecepatan 50km/jam. Lumayan ngebut, tapi asik. Begitulah menurut Chika. Chika adalah perempuan pemberani. Ia menyukai tantangan yang memacu cepat detak jantungnya. Ya, seperti saat ia membayangkan Reza. Jika ia membayangkan Reza, detak jantungnya berdegup 3x lebih cepat dibanding biasanya. Chika menyukai itu.

Di lain tempat.
Reza mulai memasukkan beberapa alat tulis ke dalam tas navy nya. Dengan berseragam lengkap dan baju yang ketat membuat pria ini terlihat lebih gagah. Dan perut sixpack nya terlihat menonjol walaupun ia menggunakan baju.

Kemudian, ia keluar dari kosnya dan mengendarai ninja yang sudah dibelikan orang tuanya sebelum ia ke Jogja. Berbaju rapih, bersih, dan tak lupa menggunakan minyak wangi, menambah ketertarikan perempuan yang dilewatinya.

Ia mulai membelah jalanan Jogja yang sudah cukup ramai. Ia tidak bisa tenang, karena Chika dan soal-soal sudah berkecamuk memenuhi pikiran Reza. Ia takut jika dalam ulangan ini ia gagal dan Chika tau, Chika tidak bisa lagi bersama Reza.

Sampailah ia di sekolah tercintanya. Sekolah yang dulunya hanya ia angan-angan, sekarang sudah ada di depan mata. Yang dulunya hanya melihat lewat ponselnya saja, sekarang ia sudah bisa melihat setiap hari dengan nyata. Ia bersyukur karena usaha dan doanya dikabulkan oleh Allah.

Nilai kelulusan SMP nya sudah tinggi, tapi ia akan berusaha lebih keras lagi. Bukan karena ia tidak bersyukur dengan keadaan saat ini, tapi ia masih ingin membahagiakan orang tuanya. Dan ia yakin, jika ia berhasil nanti, orang tuanya akan bangga mempunyai anak seperti Reza.

Chika's School.
Tuuuutttt.. Tuuuutttt.. Tuuuutttt..

Bel pertanda untuk memulai ulangan sudah berbunyi. Chika mulai khawatir dengan pemikirannya. Sama seperti Reza, pemikirannya tidak karuan. Setiap menit pemikirannya selalu berubah. Kadang ia berpikir dengan Reza, soal-soal yang ada di hadapannya, dan keadaan fisiknya.

Jujur saja, Chika masih sakit hari ini. Hari pertama Chika mengikuti ulangan, ia malah tidak baik kesehatannya. Memang sih hanya flu dan batuk, tetapi itu juga mengganggu konsentrasi Chika dalam mengerjakan soal-soal yang sedari tadi menunggu Chika memberikan jawaban yang jelas.

Chika mengerjakan soal itu dengan teliti dan hati-hati. Ia tak mau ada satu jawaban pun yang salah. Ia tidak ingin gagal saat ini.

Setelah satu setengah jam, bel penutup pun berbunyi. Dan itulah yang menjadi pertanda bahwa semua yang tengah mengerjakan ulangan, harus segera dikumpulkan dan segera keluar dari ruangan. Untungnya, Chika sudah menyelesaikan soal-soal itu dan bergegas untuk keluar ruangan.

Namun, saat ia baru saja melangkahkan kakinya, ia sudah tidak bisa menopang tubuhnya. Kedua matanya mulai buram dan berkunang-kunang. Kepalanya terasa sangat berat. Dan tiba-tiba ia pingsan tak sadarkan diri.

Beruntung, penjaga ruangan itu langsung membawa Chika ke UKS dan menyuruh PMR yang ada di sana untuk menangani Chika. PMR itu langsung menidurkan Chika dalam ranjang putih seperti yang ada di dalam UKS pada umumnya. Bagian bawah hidung Chika diolesi sedikit minyak kayu putih agar Chika cepat tersadar.

Reza's School.
Reza tengah berkutat dengan soal-soal yang ia rasa mematikannya secara perlahan. Namun, ia tak menyerah. Ia terus berusaha memecahkan soal-soal itu. Keringat dingin. Reza mulai bercucuran keluar dari pori-pori tubuhnya.

Waktu mengerjakan ulangan hanya tersisa 10 menit. Dan Reza sudah berhasil menyelesaikannya dan segera keluar dari ruangan itu. Saat ia baru saja melangkahkan kakinya, ia tersandung dan jatuh mencium lantai. Ia mengaduh kesakitan.

Kemudian, firasatnya sudah tidak baik lagi. Ia menyangka hal buruk terjadi pada Chika. Ia langsung bangun dan segera keluar ruangan tanpa peduli dengan teman-temannya yang sudah tertawa dan melihat tingkah aneh Reza.

Ia mengambil Handphone nya dan mulai menelpon Chika. Satu kali panggilan tak diangkat Chika. Panggilan kedua juga sama. Panggilan ketiga pun masih tak ada respon. Dan sampai panggilan ke 22, Chika tak mengangkatnya.

Reza sudah tidak sabar menunggu kabar Chika. Kalau saja, Jogja-Pekalongan itu hanya 100 meter. Reza tak perlu khawatir dengan keadaan Chika.

Seandainya kamu itu adik Perempuanku, kamu akan aku jaga sampai kapanpun sebelum akhir hayatnya.

-Reza Ardan Maulana

~~~~~

Hai hai!
Kembali lagi!!!!
Maap ya segini dulu, masih gaenak badan hehe.

Nanti deh, aku up lagi:*
Vote and comment terus ya:*

I love you all💙

See you next chapter!




When Will We Meet? [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang