07

4.3K 574 60
                                    

Min Yoongi kaget bukan kepalang ketika namanya mendadak dipanggil oleh seseorang dengan suara nyaring. Reaksi alaminya adalah mengumpat, kemudian kembali kaget pada ucapannya karena yang ia sebut adalah nama orang yang belakangan ini membiarkannya sendirian.

"Hyung!"

Sekali lagi, Kim Taehyung memanggilnya. Membuat Yoongi menoleh—lelaki itu tidak membiarkan dirinya menyahut. Yoongi hanya memberi tatapan datar. Entah mengapa emosinya mendadak terasa akan meledak kalau ia berani buka suara sedikit saja.

Sementara itu, Taehyung lari kepadanya dengan senyum lebar. Seolah ia tidak memiliki beban di antara langkahnya setelah apa yang ia lakukan.

Yoongi ingin sekali berteriak marah. Tapi ia rasa itu bukan keputusan tepat. Senyum lebar Taehyung rasanya terlalu sayang untuk diruntuhkan. Toh ia juga menunggu pria itu muncul seperti ini setiap hari.

Jadi akhirnya Yoongi tetap membisu, menunggu Taehyung menata napas. Hingga pria di depannya tenang, mereka masih terus berkontak mata. Si pale menuntut penjelasan lewat sana.

"Bagaimana kabarmu?"

Hening sesaat.

Itu saja? Yoongi sampai menaikkan sebelah alis. Pria itu berdehem ketika Taehyung hanya mengangkat bahu. Seolah berkata ya benar, itu saja yang ingin kukatakan.

Yoongi marah sekali, sial.

"Apa kau kembali karena ingin tau itu saja? Kukira kau sudah tahu jawabannya. Minggir, kau menghalangi jalanku."

Yang lebih muda menggaruk leher canggung. "T-tapi pintunya sudah ada di depanmu, hyung."

"Berisik."

Yoongi tidak percaya ia baru saja mempermalukan dirinya. Rona yang terkumpul di wajahnya merah sekali. Taehyung sampai tidak bisa menahan senyum.

Tanpa bicara lagi, pintu dibuka buru-buru. Yoongi tidak menghalangi ketika Taehyung ikut melenggang masuk tanpa permisi. Membuntuti kemanapun langkahnya seperti seekor anak bebek.

"Hyung apa kau rindu denganku?"

Tidak ada jawaban. Yoongi mondar mandir, mendadak mencari kesibukan yang membuat dirinya terlihat semakin aneh. Taehyung tahu pemuda itu tengah berusaha menutupi sesuatu. Taehyung tidak menunggu, masih mengikuti Yoongi, menuntut jawaban.

"Kim Taehyung, duduklah dan berhenti berkeliaran di rumahku dengan kakimu yang belum kau cuci." Yang lebih muda terkekeh. Entah bagaimana omelan Yoongi begitu menggemaskan ditelinganya. Sedangkan si pale melempar tatapan heran. "Sinting ya?" tanyanya cuek sebelum berlalu. Taehyung ngeluyur ke kamar mandi, cepat-cepat melaksanakan perintah Yoongi.

"Hyung ayo kita pergi keluar untuk makan malam."

Taehyung mengeringkan kaki, berjalan berjinjit mendekati Yoongi yang bergelut dengan cucian piring.

"Aku capek."

Suara guyuran air keran jadi pengisi keheningan selanjutnya. Taehyung hanya berdiri diam dibelakang Yoongi, menyadari sunyi yang tercipta karena diamnya mereka. Mendadak hatinya merasa menyesal. Kalau Yoongi biasanya sendirian begini, bukankah ia akan merasa kesepian.

"Hyung"

"Apa?"

"Maafkan aku ya, aku tidak dewasa." Gerakan tangan Yoongi sempat terhenti meski sesaat. Dirinya masih tidak punya kata untuk dihaturkan. Hanya menajamkan indra untuk mendengar. "Harusnya aku tidak cemburu dengan Jimin hyung. Itu sangat konyol."

After DawnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang