Bab 2

3.5K 374 3
                                    

Tangan Rani sedikit bergetar ketika  megambil spidol dan penghapus di rak. Rayya tidak mengatakan apa pun. Bukan sekali dua kali Mama Ashila datang untuk sekedar menyampaikan keinginannya. Keinginan yang jelas-jelas bertentangan dengan program yang dilaksanakan di TK Mandiri. Setiap guru pernah mengalami hal yang sama.  Pagi ini, berhubung Rani yang mendapat giliran menyambut anak-anak di gerbang, akhirnya harus menghadapi wanita yang pada dasarnya tidak pernah ikhlas menyekolahkan anaknya di sini. 

"Minum, Ran." Rayya menyodorkan botol berisi minuman yang dibawanya dari rumah.

Rani menerima botol minuman biru itu lalu menenggak isinya cepat.

"Sorry, Bu Kepsek! Ngadepin mamanya Ashila bener-bener menguras tenaga." Rani menggoyang-goyang botol yang telah kosong.

"Kamu tadi nanya nggak, apa Ashila mau langsung dikawinin setelah tamat TK?" Rayya bertanya sambil tertawa.

Rani cemberut mendengar pertanyaan Rayya.

"Ya, nggaklah. Bisa-bisa saya langsung diceramahin panjang lebar. Terus dikata-katain nggak tahu apa-apa tentang cara mengasuh anak karena belum menikah." 

Rayya spontan tertawa mendengar ucapan Rani. Bukan hanya Mama Ashila yang mengatakan bahwa guru TK yang masih gadis tidak tahu apa-apa tentang mendidik Anak Usia Dini. Belum berpengalaman dan belum punya jiwa keibuan. Rani yang lulusan PGAUD jelas-jelas nggak terima. 

"Ya, elah. Saya ini kuliah jurusannya Pendidikan Guru Anak Usia Dini, loh. Empat tahun. Kok tega banget ngomong saya nggak tahu apa-apa," ujar Rani saat itu sambil menghentak-hentakkan kakinya di lantai kantor begitu bayangan orang tua murid itu tampak lagi. Rayya dan guru lain hanya bisa tertawa melihat aksi dramatis Rani.

"Setengah delapan, kamu yang ngebel atau saya?"

"Saya saja," ujar rani sambil  beranjak dari duduknya lalu berjalan ke arah kantor. Selang beberapa lama, suara bel berbunyi menandakan waktunya anak-anak memulai kegiatan.

Mendengar suara bel seluruh anak berlari mendekat ke arah Rani yang hari ini bertugas sebagai guru piket. Anak-anak yang sudah berdiri sesuai kelasnya mengikuti instruksi Rani. Sementara itu Ayu mempersiapkan sound dan irama yang biasa dugunakan untuk senam.

Sesuai SOP yang telah disepakati setiap petugas piket bertanggung jawab mengatur jalannya kegiatan. Mulai dari menekan bel sampai instruktur senam. Rayya yang menjadi pasangan Rani di sentra Bahan Alam mengambil posisi di sebelah gadis yang telah berdiri di depan anak-anak sejak tadi. Sementara empat guru yang lain mengambil posisi di barisan anak-anaknya masing-masing. 

Berdiri di depan anak-anak seperti ini selalu menjadi kebahagiaan tersendiri bagi Rayya. Gerakan anak-anak yang jauh dari kata sempurna selalu menimbulkan kelucuan tersendiri. Tidak akan ada yang protes apalagi mengejek. Masing-masing bergerak sesuai apa yang ada di pikiran mereka. Setiapkali diingatkan untuk meniru gerakan guru yang ada di depan, anak-anak itu pasti langsung menjawab, "sudah kok, Bu Guru."

Yah, meskipun pada kenyataannya tidak persisi sama. Rayya dan yang lainnya tidak lagi berkomentar. Yang terpenting adalah mereka mau bergerak.

Tidak semua anak mau ikut senam. Dari tiga puluh dua siswa ada dua anak yang memilih duduk dan hanya melihat. Salah satunya adalah Ashila. Sejak pertama masuk TK Mandiri, Ashila memang tidak pernah mau ikut senam.

Rayya dan guru yang lain pernah bertanya mengapa Ashila tidak mau ikut senam. Anak perempuan yang begitu suka warna biru itu hanya diam saja. Setelah dibujuk beberapa kali dan Ashila tetap tidak mau ikut senam, akhirya mereka sepakat membiarkannya.

"Eh, Ashila sampai kapan libur senamnya?" tanya Rayya suatu hari.

Ashila diam saja. Pandangannya lurus ke dapan,  memerhatikan teman-temannya yang sedang bersiap-siap senam. Rayya yang tahu Ashila memang tidak mau ikut senam akhirnya beranjak dari duduknya di samping Ashila.

"Baiklah, Ashila boleh kok nggak ikut senam. Tapi harus tetap ikut jasmani, gimana?"

Pandangan kosong Ashila langsung berpindah ke arah Rayya. Tatapannya berbinar begitu mendengar ucapan guru sentranya itu. Sejak saat itu Ashila tidak pernah ikut senam. Namun segera bergabung saat kelasnya melakukan jasmani. 

Jasmani adalah sebuah kegiatan yang dirancang dan dilakukan setelah materi pagi. Dilakukan sesuai tema dan asfek perkembangan motorik kasar serta usia anak-anak. Saat aspek yang ingin dibangun adalah kekuatan kaki, maka kegiatan jasmani yang dilakukan adalah bermain kelinci. Kekuatan pergelangan tangan maka anak-anak akan diminta memanjat lalu bergantung di pohon-pohon mangga. 

Perlu perencanaan matang untuk menentukan kegiatan. Bukan asal tentukan saja. Didesain semenyenangkan mungkin sehingga saat melakukannya anak-anak merasa senang.

Rayya dan semua guru sepakat untuk tidak memaksakan apa pun kepada semua anak-anak. Mereka lebih memilih memberikan pilihan-pilihan dengan alasan yang jelas. Pengalaman pernah tidak diberi kesempatan mengungkapkan keinginannya membuat Rayya tidak ingin melakukan hal itu terhadap anak-anak didiknya.


Wonderful PlaygroundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang