"Hei Al..."Alfian menoleh, melihat teman penulis seniornya, Seirina, "Apa Sei?? ada keperluan apa??"Seirina terengah engah, ada 4 buku yang di peluknya erat erat "Pak Arsya memberikan ini padamu, entah apa ini"Alfian melihat sebuah surat kecil lalu mengambilnya "nanti siang bisa temani aku?? aku perlu beberapa ide"
Alfian mengangguk "satu ide sepuluh ribu ya??"tawar Alfian jahil membuat Seirina memasang wajah membunuh, Alfian tidak berhenti tertawa, malah tangannya mencubit tangan Seirina, "Aaaa!!! jangan!!"jerit Seirina, membuat perhatian mengarah pada mereka, ada beberapa orang yang berbisik bisik, "mereka sangat akrab, apa mereka sudah jadian??"
mendengar bisik bisik itu, Alfian melepaskan cubitan pada pipi Seirina "sudah ya?? aku mau menulis dahulu"ucapan yang membuat pendengarnya menggeleng geleng, itu karena ada saja penulis yang menulis cerita saat sudah merilis sebuah novel, dan hanya Alfian yang terus melakukan itu.
Alfian berbalik dan melambaikan tangan kepada Seirina, "Hei Sei!! aku gak bisa nemenin nanti siang, biarin saja William yang menemanimu!!"muka Seirina memerah, ingin sekali dia melempar buku yang ada di pelukannya ke punggung Alfian, tetapi mengingat buku yang di peluk Alfian merupakan buku pinjaman, dan... satu Novel Alfian[Pengejaran Pelaku Merah Putih] membuat Seirina mengurungkan niatnya.
***
Alfian sekarang sedang meminum kopi di cafe permata, "mau pesan lagi??"Lisha, teman lama Alfian datang, tidak biasanya dia datang ke Cafe nya, itu sangat jarang, mengingat Lisha mempercayakan semuanya pada ketua koki disini, "Gak dan makasih, aku hanya membutuhkan satu kopi, ah, rasanya ide di kepalaku mengalir deras"
Lisha menggelengkan kepala, dia menyandarkan punggungnya di kursi Cafe, melihat Alfian yang sekarang sedang sibuk mengetik membuatnya hampir saja melupakan kenangannya, saat masa SMA dulu, walaupun dia tahu kalau Alfian lebih sering menghabiskan waktu dengan Riana, Reyna ataupun dengan Xio, Raihan, Ramdan, Daffa dan lainnya, tapi menghabiskan waktu satu kali dengan Alfian itu sangat mengesankan.
"hei, kamu bisa memperbaiki ini??"
Lisha segera menatap leptop Alfian, disana tertulis, aku tidak tahu, tapi... entahlah, sepertinya aku berhasil dengan mudah membaca fikirannya, membuatku akhirnya mengatakan "selamat sha, akhirnya kamu bisa menebakku"Lisha mengernyit, tidak mengerti apa yang harus diperbaiki.
tetapi matanya jatuh pada kata "sha" yang sepertinya merupakan nama dirinya, tangannya menarik mouse yang dia pegang, dia meng-scroll ke atas, ada nama "Ria" yang merupakan nama panggilan dari Riana, jangan jangan... "kamu membuat karya perjalanan hidupmu??"
Alfian mengangguk, Lisha mengembuskan nafasnya, "lalu untuk apa kamu meminta ku untuk memperbaiki??"Alfian menyeringai lebar, sumpah, Lisha kenal banget senyuman itu, itu merupakan senyuman saat Alfian sedang ingin jahil "dasar Jahil!!!"
***
Alfian pulang maghrib jam 18.24, dirinya di antar Reyna yang kebetulan datang saat Alfian diserang habis habisan di cafe, tubuhnya ingin sekali mandi, tapi dirinya terbelalak ketika melihat ibunya yang tak sadarkan diri di ruang tamu, tanpa ba bi bu Alfian langsung membawa ibunya ke luar, untungnya mobil Reyna belum hilang.
"Tante kenapa Al??"Reyna bertanya panik, dengan kecepatan tinggi dia menyalakan mobil, "Ibu..., kayaknya serangan jantung ibu kambuh lagi"mobil dijalankan, jalanan sepi membuat mereka cepat keruma sakit, para dokter yang sudah mengenal Alfian segera membawa ibu nya.
"Sabar Al, Tante pasti gak papa"
ucapan Reyna tidak menghentikan Alfian yang berjalan bulak balik seperti setrikaan, wajah Alfian diliputi oleh kepanikan, pintu ruangan dibuka oleh dokter, Alfian tanpa membuang buang waktu langsung mendekati dokter, "begini, kondisi ibu Fitri sudah membaik, kita hanya tinggal menunggu dia siuman"
Alfian bernapas lega, untung saja dia tidak lambat membawa ibunya, tidak bisa dibayangkan apabila ibunya terlambat diselamatkan, Reyna tersenyum lebar, merasa bersyukur bisa melihat ibu Alfian lagi, "hei Al, aku boleh membantu mu?? sedikit saja"Alfian mengangguk, tetapi sepertinya bantuan itu tidak sekarang, melainkan nanti, nanti di saat Alfian dalam keadaan terdesak.
"Alfian kan??"bukan Alfian yang menoleh, melainkan Reyna, dia hapal 100% suara orang ini, Adit, teman saat SD, penampilannya sekarang sudah seperti dokter dengan jas putih dan tanda pengenal, "jadi dokter dit??"Adit mengangguk lalu menatap Alfian, "Ibu Fitri akan sadar 5 jam lagi, kamu mau menunggu?"
Alfian menoleh, dirinya langsung tersenyum lebar melihat Adit, "ku dengar kamu menjelaskan tentang ilmu kedokteran pada salah satu penulis, betul tidak itu??"Alfian menyerahkan kertas dengan nama Aditya Wirano dengan alamat rumah sakit, "William?? iya, dia berani membayarku di atas 2 juta untuk tiga penjelasan"
"lumayan kan??"Alfian terkekeh, Adit juga ikut tertawa kecil, Reyna?? dia tidak tertawa (tidak mengerti maksud dari pembicaraan) Adit menghentikan tawa nya, Alfian sudah lebih dulu dari Adit "mau makan malam?? aku bisa belikan"tawar Adit membuka sebuah buku kecil, Alfian menggeleng, dalam kondisi ini rasa laparnya telah hilang, "betulan??"tanya Adit, Alfian menggeleng "aku tidak lapar"Adi tersenyum, dia tahu kalau Alfian sedang drop, rasa laparnya akan hilang "saat dalam keadaan terbawah, seseorang akan tidak merasakan lapar, tapi saat dia makan, rasa laparnya yang hilang akan kembali dan dia merasakan lapar yang luar biasa, ah ya, bagaimana dengan mu Rey??"
"A..., aku pesan, tunggu dulu tunggu dulu, pesan makananya dimana??"Reyna mencoba memastikan, bisa saja kan di kantin rumah sakit?? Adit paham dengan ucapan Reyna, membuatnya menjawab dengan sedikit riang "KRS"Reyna melotot, dia menggeleng tidak mau, "beneran nih??"tanya Adit dengan sedikit senyum jahil, "iya, aku rela gak makan deh"jawab Reyna tanpa tahu apa arti sebenarnya KRS, "ya udeh deh gak papa, yang lagi diet mah gak bakal makan di KRS"
Alfian tertawa kecil, dia tahu apa itu KRS berdasarkan kalimat terakhir yang di ucapkan Adit, itu adalah singkatan nama restoran dengan nama Asli "Kare-Rendang-Steak" yang merupakan nama Restoran favorit Reyna, "betulan gak lapar Rey??"Reyna menggerakan wajah ke Alfian, "gak, gak akan"
Alfian tertawa kecil, 10 menit kemudian Adit kembali dengan Kare+rendang, Reyna tentu saja bingung, "kok di..." Reyna terbelalak, jangan jangan dia salah mengartikan?? Adit mengerti dengan apa yang dikagetkan Reyna segera menjawab dengan nada yang super santai "iya, di Kare-Rendang-Steak, memang kamu kira dimana?? toh Alfian juga pasti udah tahu"
Reyna menatap tajam Alfian yang hanya bisa diam, padahal sebtulnya Alfian sedang mebahan diri untuk tidak tertawa, "kok gak ngasih tahu??"Reyna mencubit tangan kekar Alfian, membuat yang dicubit mengibaskan tangannya, tapi cubitan itu sedang dalam mode "tokek" membuat tangan Reyna tidak bisa dilepas.
"Alfian kan memang pintar menganalis, itu sudah ada sejak SD, dia sudah membuat 12 trik di buku nya [Pengejaran Pelaku Merah Putih] dan lagi dia juga menjelaskan berbagai Misteri di Novel Intraksi Ailin, jadi wajar dong kalau dia tahu??"jawab Adit, membuat cubitan itu melonggar.
Alfian?? dia tidak tahan, kepalanya meledak karena ada tampungan air yang ada di otaknya jebol, atau kalau kalian tidak mengerti, ada ide yang sangat banyak di otak Alfian, yang membuatnya tanpa sadar membacakan apa yang ada di otaknya "Dia marah padamu, Dia ingin membunuhmu, jangan padamkan lampu sekarang, atau sabitnya yang tajam akan menebas lehermu"
sunyi, setelah Alfian mengucapkannya, "kenapa??"tanya Alfian menatap Reyna dan Adit yang terdiam, "aku ingin membaca karya mu"ucap Adit, Alfian menggeleng "belum selesai, lagipula hanya Kak Wytra yang boleh membacanya"Kak Wytra adalah editor Alfian, dia adalah saudara jauh Alfian, "tidak ada yang boleh membaca karya mu yang belum selesai selain kakak"itulah kata kata yang dikeluarkan saat Alfian bertanya boleh tidak memperlihatkan karyanya yang belum selesai.
"ah sudahlah, aku makan duluan, selamat makan!!"Reyna dengan cepat menyatanap nasi kare nya, Alfian juga sama sama memakan Rendang yang dibelikan Adit, benar saja, rasa laparnya yang sedang mati sekarang hidup kembali dan Alfian merasa sangat sangat lapar.
To Be Continue
salah satu Novel Alfian ada yang mau Alfian tuliskan??
YOU ARE READING
Cahaya Sang Penulis
Teen FictionAlfian merupakan penulis terkenal dari Indonesia, saat selesai SMA, dia sudah menjadi penulis terkenal dengan penjualan buku paling laris, namun perjalanan hidup di dunia penulisan tidak pernah seindah yang orang bayangkan