Jihoon dan Jinyoung tengah berada di sebuah ruangan dimana keduanya tengah sibuk melihat komentar berita kencan mereka di tablet masing-masing."Waah, hebat, banyak yang mengira aku menggodamu Pangeran Belial."
"Dan banyak yang mengira aku memanfaatkan popularitasmu Pangeran Gusion, kita impas."
Jihoon meletakkan tabletnya di meja.
"Aku heran, kenapa manusia mudah dibodohi."
Sembari menuangkan anggur ke dalam gelas yang ada di meja, Jihoon perlahan menyesap anggur itu.
"Itulah sifat alami manusia, Park. Mereka gampang percaya dan gampang tergoda. Dan tugas kita untuk menyesatkan mereka bukan"
Jinyoung menunjukkan smirknya. Senyuman yang mampu memikat manusia manapun untuk tunduk dan memujanya. Tapi sayang senyuman itu tak mempan untuk Jihoon, karena Jihoon bukan manusia.
"Kau benar, semakin banyak manusia yang menjadi pendosa, semakin banyak juga mangsa yang ku dapat."
Jinyoung turut meletakkan tabletnya di meja. Ia menopang dagu dan memandang Jihoon penasaran.
"Tanya saja kalau kau ingin tau, jangan memandangiku seperti itu."
Jihoon sibuk memutar-mutar cairan anggur dalam gelasnya.
"Kenapa? Kau takut kupandangi?"
Goda Jinyoung, membuat Jihoon menegak sekaligus cairan yang tersisa di gelas dan meletakkan gelasnya.
"Kenapa aku harus takut pada tatapanmu? Aku geli bodoh! Cepat kalau mau tanya!"
Jinyoung terkekeh, entah kenapa ia suka sekali melihat iblis satu ini kesal.
"Kau bisa membaca pikiranku Pangeran Gusion, kenapa aku harus mengulanginya?"
"Terserah, aku pergi."
Jihoon berdiri hendak pergi meninggalkan ruangan, sebelum Jinyoung menahan pergerakannya.
"Baiklah, jangan marah."
Tarikan tangan Jinyoung membuat Jihoon kembali duduk di tempatnya semula.
"Jadi? Apa benar King Lucifer menyegel kekuatanmu Jihoon?"
"Daehwi yang cerita?"
"Sudah jawab saja, tadi kau memintaku bertanya langsung!"
"Ya, Ayah menyegel kekuatanku sejak aku berusia 5 tahun. Dan sampai sekarang aku tak tahu alasannya."
"Bukankah kau bisa membaca pikiran?"
"Kau kira mudah membaca pikiran Ayahku?"
Jihoon protes.
"Benar juga, lalu apa kau tau dimana Ayahmu menyegel kekuatanmu?"
Jihoon menghela nafas. Ia memijit keningnya yang tiba-tiba menjadi pening.
"Entahlah, tapi Astaroth bilang padaku tentang sebuah Mawar Merah di Puncak tertinggi Gehenna."
Puncak tertinggi Gehenna adalah tempat yang sangat gersang dan panas. Di sana dikelilingi api abadi neraka yang terpanas. Tempat yang hanya boleh didatangi oleh Raja-Raja penguasa di Gehenna, karena tempat itu adalah perbatasan antara Gehenna dan Nirwanna.
Dan entah kenapa, tiba-tiba saja Jinyoung penasaran dengan kekuaran sang Putra Lucifer yang sesungguhnya.
"Hey Park Jihoon, aku punya penawaran menarik...."
.
.
."Sudah puas dengan apa yang kau dapat Kang Daniel?"
Seorang wanita dengan gaun merah tampak menghampiri seorang pria tampan yang tengah duduk santai sambil menyesap Ice Americano.
Pria itu, Kang Daniel. Seorang pendatang baru yang berhasil mencuri perhatian dengan album debutnya.
"Tentu saja belum, aku bahkan belum menyentuh mangsaku Kim Chungha!"
"Sebenarnya apa tujuanmu? Bahkan tanpa menjadi artis pun kau sudah kaya"
"Tujuanku, to steal a cute bunny from his owners."
Pandangan Daniel jauh menerawang entah kemana, membayangkan wajah manis dan mata cantik yang berhasil menyita perhatiannya beberapa tahun belakangan ini.
"Artis sepertimu mau mencuri kelinci? Hey, bahkan kau bisa membeli jenis kelinci mahal dan kandang yang mewah."
Daniel memandang wanita yang menjadi manajernya itu kesal.
"Ya! Apa kau tidak mengerti kata perumpamaan Kim!! Aku heran, orang sepertimu bisa menjadi lulusan terbaik SNU"
"Apa kau bilang?? Aku pintar Kang Daniel!!"
"Ya, ya, ya terserah, talk to my hand"
Daniel beranjak keluar dari ruangan, meninggalkan Chungha yang makin kesal.
"Lihat saja!! Aku tak mau menjadi Manajermu lagi Kang Sialan!!"
.
.
."Kau Gila!"
"Ayolah, apa kau tak lelah harus mencari mangsa tiap kau dalam batasanmu sayang?"
Jinyoung menarik Jihoon agar duduk berdempetan dengannya. Bibir tipisnya ia bawa mendekat ke telinga Jihoon.
"Dan aku penasaran, seberapa kuat sebenarnya dirimu."
Jinyoung berbisik dan menghembuskan pelan nafasnya pada telinga Jihoon. Lalu mengecup singkat pipi kekasih nya itu. Jihoon hanya memejamkan mata, menahan gejolak aneh yang dirasakan tubuhnya. Benar kata orang dan iblis di luaran sana, jika Putra Abraxas benar-benar perayu ulung.
tok..tok..tok..
"Apa aku mengganggu acara bermesraan kalian pangeran-pangeran sekalian?"
Entah sejak kapan Minhyun datang dan bersandar di pintu.
"Ck, kau sangat menganggu Hyung"
Jinyoung mendecak kesal.
"Oh, apakah aku benar menganggu kegiatan kalian Pangeran Gusion? Aku minta maaf sudah lancang."
Minhyun makin menggoda sepasang kekasih itu begitu melihat wajah Jihoon yang terlihat memerah.
"Hahaha, maaf maaf, Sajangnim memintaku memanggil kalian, Produser sudah datang, waktunya rekaman."
Jihoon beranjak lebih dulu. Tanpa sepatah kata meninggalkan Minhyun dan Jinyoung berdua. Jangan lupakan wajahnya yang masih terlihat merah.
"How a cute devil"
Gumam Minhyun.
"Yeah, and those cutie is mine. Sampaikan pada Ayah kalau aku akan berkunjung Hyung."
"Bersama kekasihmu?"
"Tentu saja"
to be continued.
KAMU SEDANG MEMBACA
La Vie En Rose [WINKDEEP]
Fiksi PenggemarUnited by Red String Symbolized by Red Rose Park Jihoon, son of Lucifer Bae Jinyoung, son of Abraxas their destiny, has been written Fallen Angel Au! BXB