Chapter 14

232 8 1
                                    

"Kenapa? Kamu tanya kenapa?!!!!" bentak Gino sambil mengangkat beberapa kertas yang berisi kertas kerja yang basah. "Ini!! Ini semua kamu kan yang numpahin!!"

"Eng-enggak kok paa." balas Titis.

"Ngak usah bohong lo!!" tambah Danis.

"Tiss, kamu ngak ngelakuin itu kan." ujar Nadhis tegas namun masih dengan nada rendah.

"Engak, hiks.. Aku ngak, hiks... Nge lakuin hiks.. Itu." bela Titis.

"Dasar anak gak tau di untung!!!! Udah enak di besarin, malah balas dendam buat ngehancurin keluarga ini." bentak Gino, "Anak gak tau untung!!"

"Hiks..hiks.."

"Benar kata orang-orang anak perempuan itu pembawa sial dan gak bisa di andelin." ujar Gino penuh penekanan sambil mengacak rambutnya frustasi.

"Apa?? Jadi papa ngebesarin aku dengan tidak ikhlas, anak perempuan gak bisa di andelin? Kita liat siap yang bakal kalah nanti." ucap Titis emosi saat mendengar ucapan sang ayah.

"Apa yang harus di lihat hahh? Gak usah mimpi lo anak pembawa sial!!." timbal Danis dengan tangan yang di lipat di dada..

"Pembawa sial, itukah sebutan kalian untuk ku?? Mungkin bagi kalain aku hanya pembawa sial!!, Baiklah supaya kalian tak menjadi sial aku akan meninggalkan keluarga ini, bahkan coreng nama ku dari keluarga ini." ujar Titis sambil menguatkan ucapanya di setiap kata, supaya tak kalah dengan isakanya.

"Okeee, itu yang kami perlukan di keluarga ini." ucap Danis sambil tersenyum kemenangan.

"Baik lah silahkan, kalau mampu membuat keluarga ini damai. Dan jangan bawa barang barang pemberian kami." ujar Gino.

"Baiklah saya akan keluar dari rumah ini sekarang juga, bahkan supaya rumah ini tak bersampah karena saya, saya akan mengambil barang milik saya." balas Titis dengan segera menuju ke kamarnya, dan mengambil buku sekolahnya yang tadinya ia beli dengan uang kerjanya karena Gino belum memberikan uang transferan tiap bulan, dll yang ia ambil dari kamarnya.

Setelah selesai berberes beres Ia segera menghampiri kedua orang tuanya lagi.

"Ini kunci motor dan atm pemberian anda dan dan uang kes, saya mau ngucapin sesuatu, sebenarnya saya gak numpahin air ke kertas kerja anda, lagian saya baru pulang sampai baju sekolah saya aja belum ganti kan, dan waspadai siapa orang yang ngelakuin itu karena orangnya ada di dekatmu." jelas Titis sambil menatap tajam Danis. "Selamat Tinggal saya gak bakal berurusan dengan keluarga ini." Titis pun keluar dari rumah tersebut.

Flashback Off

"Hiks..hiks..hiks." Titis pun masih mengeluarkan tangisan kepedihanya untuk mengurangi beban walaupun bebanya sudah diketahui oleh Chelsie.

Tanpa sadar seorang cowok datang dengan berdiri di depannya, sampai Titis mengusap air matanya dan mendongak ke atas.

"Lo kenapa?" Tanya cowok tadi. Titis hanya menggeleng dan menundukkan kembali kepalanya dan menitikan air mata nya kembali.

Cowok tadi masih setia dengan berdiri di hadapan tadi sampai tak selera untuk duduk disampingnya. Namun tangan cowok tersebut ia julukan tangan nya ke tangan Titis, sampai yang punya tangan mendongakkan kepalanya lagi. Sedangkan si cowok tadi menarik tangan Titis supaya berdiri, Titis yang mengerti maksud nya langsung berdiri dan.........

Tenang dan Hangat

Hanya itu yang Titis rasakan saat cowok tadi langsung memeluk tubuh kecil Titis.

ChelsieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang