Part 1 *about him*

807 43 0
                                    

Aksel Penthouse in Manhattan, New York 7.27 am

Sunyi, yang terdengar hanyalah dengkuran halus seorang pria yang tertidur di dalam kamar besar tersebut. Bahkan sinar matahari yang dengan lancang menampar wajah dengan garis rahang tegas itu pun tak berguna membanggunkannya. Pria tersebut menaruh lengan dengan otot bisep di kedua matanya berharap dapat menghalau matahari bersinar.

tok.. tok.. tok..

suara ketukan dari pintu kamar kokoh tersebut , yang diikuti dengan suara bass yang membangunkannya.

"maaf tuan mengganggu tidurmu, tetapi tuan mempunyai meeting penting dengan perusahan Log mengenai proyek yang berjalan di Dubai tuan"

pria berselimut itu pun terbangun dengan malasnya kemudian meraih handphone di nakas samping tempat tidurnya.

"for god sake, it's only 7 am Jona!. Dan rapat itu baru mulai jam 10" erang pria tersebut kemudian ia pun duduk dan meregangkan otot otot badannya.

"maaf sekali lagi tuan, tetapi tuan memajukan rapatnya jadi jam 9" ujar jona masih setia menunggu tuannya bangun.

"did i?" kata pria tersebut lebih kepada dirinya bukan untuk Jona tangan kanannya. "okay, i will be ready in 30min" ujarnya kemudian berjalan ke kamar mandi.

30 minute later...

Pria tersebut sudah rapih dengan setelan jas yang khusus di buatkan hanya untuknya. Ia pun berjalan menuruni tangga sambil mengancing jas hitamnya.

Jona yang melihat tuannya menuruni tangga membungkuk dengan sopan, "apa tuan mau sarapan terlebih dahulu?"

"Tidak kita langsung saja"
Kemuadian mereka pun berjalan keluar menuju lift khusus hanya untuk pria tersebut. Jona memperasilahkan tuannya masuk terlebih dahulu dan memencet lantai terbawah gedung tersebut kemudian menuju mobil Rolls Roys-nya dan membelah jalanan Manhattan.

Tidak kurang dari 25 menit mereka sudah sampai di gedung Lucio Corp. Perusahaan nomor 1 di dunia yang bergerak di berbagai bidang seperti hotel, kasino, club, dan teknologi.

Pria tersebut berjalan di lobby di ikuti dengan Jona, kehadiran pria itu manjadi pusat perhatian. Seluruh karyawan yang berada di lobby berhenti melakukan kegiatan dan menunduk hormat dengan sedikit rasa takut.

Bagaimana tidak takut pria ini adalah Aksel Vicente Lucio anak pertama dari Calvino Lucio dan Rosabella Lucio. Aksel mewarisi ketampanan kepintaran dan kegeniusan pendiri Lucio Corp vino.

Tidak hanya itu ia pun mewarisi ketegasan dan kedinginannya, siapapun yang menatapnya akan langsung terintimidasi.

Aksel berjalan memasuki lift dan langsung menuju lantai 25 dimana ruang meeting berada. Ia menatap jamnya 8.55am.

"Ini dokumen-dokumen pengeluaran selama 1 tahun proyek dubai berjalan tuan" Jona menyerahkan dokumen teraebut dan di terima oleh Aksel.

Aksel meneliti dokumen tersebut, dan taklama mereka sampai di lantai 25.
"hmm" ujarnya sambil menyerahkan kembali dokumen tersebut.

Aksel berjalan dengan gagah menuju ruang meeting yang sudah di penuhi orang, saat Aksel memasuki ruangan semua orang berdiri dan membungkuk hormat, orang yang di hormati hanya berjalan menuju kursi kebesarannya.

"Baiklah mari kita mulai rapat hari ini" ujar Jona dan mengambil kursi di samping kanan Aksel.

Rapat pun berjalan cukup memakan waktu sampai dengan pukul 12.00 pm.

Rapat selesai Aksel memasuki ruangannya di ikuti oleh sekertarisnya Key. "Apa jadwalku berikutnya?"

"Tidak ada yang mendesak tuan, semua pertemuan kecil sudah di alihkan kepada Mr. Louis seperti yang tuan inginkan, Tuan Pio Oliver memberi pesan bahwa makan siang ini tuan di tunggu di Venus Restoran" ujar Key

"Kau boleh keluar" ujar aksel yang sibuk dengan dokumen-dokumen yang harus di cek dan di tanda tangani di mejanya. Tak lama terdengar suara pintu tertutup.

Aksel langsung memejamkan matanya dan menghembuskan nafas panjang dan kasar. Yang terpintas di kepalanya adalah hidupnya sangat monoton.

Yang dilakukan hanya kerja, club, one night stand, dan kembali kerja. Ia mulai merasa jenuh dengan lingkaran kehidupannya akhir akhir ini. Walaupun ada Pio, Sandy dan Arkan teman masa kecilnya tetap saja melihat muka 3 bajingan itu selama 25 tahun membuatnya muak.

drt...drt...drt...

Handphonenya bergetar menandakan adanya panggilan masuk, Aksel meraih benda tipis tersebut yang menampakan foto wanita cantik yang selalu ada untuknya. Aksel tersenyum lalu mengangkat telfon.

"Yes mom?"
"Son where r u
? Mom akan bertemu denganmu di paris kan? Kau harus datang 2 minggu lagi ulang tahun pernikahan mom dan dad aksel" ujar Bella ibu Aksel.

"mom slow down" ujar aksel menenangkan mamanya.

"tenang kau bilang? bagaimana mom bisa tenang kau bahkan tidak pernah lagi datang ke paris setelah....."

"Stop mom, juat don't say it" ujar aksel dingin
Aksel dapat mendengar hembusan nafas kasar ibunya.

"Mau sampai kapan kau seperti ini?, paris itu luas sayang kemungkinan uintuk bertemu dengannya sangatlah kecil. She doesn't deserve you, dari awal mom sudah tau dia hanya akan membawa masalah" ujar Bella marah

Aksel tau persis dari awal ibunya tak pernah menyukai dia bahkan terang terangan mengatai dia di depan Aksel. Ini semua sudah menjadi makanan Aksel selama 2 tahun terakhir.

"Mom...".

"Don't Mom me, i just miss my old son" Ujarnya dengan nada kesedihan yang sangat jelas.

" i am your son mom"
"then if you are my son you will come to Paris
" Ujar Bella

"But mom....."
"Thats all i ask Aksel,Please"
Ujar Bella sambil menghembuskan nafasnya dan langsung menutup telfon sepihak.

Aksel hanya bisa memandang benda pipih tersebut dengan rasa bersalah dia mencintai ibunya hanya saja dia tidak ingin kembali kesana dan mengingat masalalunya.

Tbc...

Jangan lupa vote dan commentnya teman teman 🌸💜

Kalo ada yang kurang serek coba di kaih tau ke caca ya semua

Love- caca

My AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang