Part 4 *plane and plan*

689 33 1
                                    

3 days after rabbit

Lucio building Manhattan, New York City. 10:24 am

Sudah 3 hari setelah hari itu, hari dimana Aksel bertemu dengan wanita bermata violet. 3 hari pula seluruh pekerjaanya tidak beres, bahkan sekarang di tengah meeting dia tidak berminat untuk mendengarkan.

Aksel menghela nafasnya "rapat kita tunda" ujar Aksel lalu berdiri meninggalkan ruangan dengan acuh menuju ruangannya.

Sesampai di ruangan Aksel memilih membaringkan tubuhnya di sofa dan memejamkan matanya.

Setiap kali dia memejamkan matanya dia melihat wanita itu, wanita yang membawa kembali perasaan ingin memiliki perasaan ingin di cintai. Senyumnya, tatapannya semua tentangnya membuat Aksel tidak tenang dan dia tidak suka dengan perasaan-perasaan itu.

Aksel menghela nafanya lalu berdiri menuju kursi kebesarannya dan memencet intercom. "bawakan dokumen yang saya minta"
"Baik tuan"

Tak lama Key masuk membawakan dokumen dan disusul Pio. "Ini Tuan, maaf saya sudah memberitau Tuan Oliver kalau Tuan sedang tidak ingin di ganggu tapi Tuan Oliver tidak mendengarkan" ujar Key. Orang yang di bicarakan hanya melenggang tanpa merasa bersalah di sofa.

Aksel hanya mengangguk, Key pun pergi. "Ada perlu apa?" Tanya Aksel to the point.

"tidak aku hanya ini kemari" ujar Pio sambil membuka majalah yang dia bawa dari kantornya yang jelas bukan majalah bisnis.

Aksel masih berkutat dengan dokumen-dokumennya. "Oke, tujanku ke sini karena kau" Aksel pun meletkkan pulpennya dan berjalan mengambil beer di dalam kulkas. Menyerahkan satu ke Pio dan duduk di samping sahabat kecilnya.

"Ada apa denganku?" Tanya Aksel, Pio jengah sangat jengah dengan sikap sahabatnya ini rasanya ia ingin meninjunya.

"Kau bersikap layaknya anak kecil yang tidak mendapatkan permennya, moodmu tidak bisa di tebak" ujar Pio, Aksel hanya mengedikkan bahunya acuh.

Taklama Arkan datang, "siapa lagi yang kau bawa ke sini ha?" Ujar sinis Aksel.
"Awalnya aku mengajak Sandy, tapi Sandy sedang bersama Monika"

"ada apa dengannya?" Tanya Arkan duduk di hadapan Pio dan Aksel. Pio hanya mengedikkan bahunya "sepertinya otaknya tertinggal di rabbit" ujar Pio.

"Oh, wanita yang meninggalkan seorang Aksel Vincente Lucio, pewaris Lucio Corp?" Ujar Arkan sambil tersenyum mengejek.
"Kalo memang tidak ada pembicaraan penting yang mau di bicarain kalian bisa keluar" ujar sinis Aksel. Yaa mereka tau Aksel tertarik dengan wanita di Rabbit malam itu yang duduk bersama teman-teman lainnya. Dan hari itu untuk pertama kalinya Aksel tidak dapat membawa wanita itu ke hotel, yaa wanita itu pergi meninggalkan Aksel.

"You like her don't you" tanya Arkan
"Bukan urusanmu brengsek!" ujar Aksel sambil melempar kaleng beer yang sudah kosong kearahnya.

"Oke bukan suka, tapi obsesi..." ujar Pio
"Oke seorang Aksel Lucio hanya terobsesi dengan perempuan tak di kenal, oh yaa kapan terakhir kita tau seorang Aksel terobsesi pada seorang wanita sampai sampai tidak melirik wanita lain, tidak fokus kerja, datang ke rabbit pulang dengan tangan kosong? Never" ujar Arkan mengejek.

"Persis remaja labil" ujar Pio yang di sambut tawa Arkan. "Come on sel, kau bisa menyuruh Jona dan dalam hitungan menit semua info tentang wanita itu ada di tanganmu" ujar Arkan.

"Aah mungkin dia lupa kalau dia pewaris Lucio Corp" ujar Pio sambil tertawa. Sedetik kemudian Aksel tersadar benar juga aku tinggal menyuruh Jona untuk mencari dia kenapa aku bisa bodoh seperti ini, kenapa aku harus repot-repot ke sana menunggu siapa tau dia datang bodoh kau Aksel rutuk Aksel dalam hati.

My AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang