03

425 68 23
                                    

WARNING!!!!

Chapter ini mungkin agak gk nyaman karena ada (uhuk) adegan mature not so bl 🙈

****

Seungcheol tahu dari cara Raina menjawab pesan-pesan singkatnya bahwa gadis itu tidak akan cocok dengannya. Bukan dalam hal yang buruk, justru sebaliknya.

Terlalu polos, terlalu plin-plan, tidak tahu pasti apa yang dia inginkan. Jika gadis itu sedikit saja lebih mengenal dirinya sendiri, lebih agresif dan menuntut, tapi juga polos dan manis secara bersamaan (Seungcheol tidak sedang membandingkannya dengan siapapun, sungguh) mungkin Seungcheol benar-benar bisa punya akhir yang bagus dengan Raina.

Nyatanya setelah acara nonton mereka yang berlangsung penuh kesalahpahaman dan berakhir dengan Seungcheol yang membuat gadis itu menangis, sebagai seorang pria dewasa dia justru berakhir di klub malam. Bak tidak punya masa depan sama sekali dia menyendiri dan minum-minum, meratapi hari-hari buruknya yang terus terjadi sepanjang waktu: Jihoon menghindarinya, tugas terbengkalai, belum lagi tingkah tidak terkendali murid-muridnya yang baru menginjak masa pubertas, sekarang kencan yang gagal total. Ingin meledak kepala Seungcheol rasanya.

Beruntung sebelum dia benar-benar teler dan pingsan di bar seorang wanita menghentikannya dengan memanggil namanya, "Seungcheol?"

Seungcheol kenal suara itu walaupun pandangannya sedikit mengabur. "Soo ah?"

"Choi Seungcheol?"

Seungcheol tidak bisa salah tebak. Itu memang Im Soo ah, wanita pekerja sosial yang sempat dekat dengan Seungcheol di minggu-minggu awal kepindahannya. Bukan hanya dekat, mereka bahkan pernah tidur bersama beberapa kali tapi itu semua semata-mata hanya karena mereka dua orang dewasa lajang yang kesepian.

Bahkan malam ini pun Seungcheol akan merasa tersanjung jika Soo ah mau berada di atas ranjangnya sekali lagi untuk digagahi.

"Hei, lama tidak bertemu ya," ujar Seungcheol. "ingin pulang ke rumahku malam ini?"

Bibir wanita itu meretas senyum. "Tentu."

***

Seungcheol tidak lupa caranya berhubungan seks. Dia juga yakin penisnya masih berfungsi saat dia onani pagi ini. Tapi entah kenapa penisnya tidak mau menegang sama sekali.

Tiga puluh menit sudah Soo ah berjongkok dengan penis Seungcheol di mulutnya, tanpa apapun kecuali celana dalam, payudaranya yang bulat dan sintal dibiarkan bergelantung begitu saja. Seungcheol bisa bersumpah bahwa itu adalah bagian terindah dari tubuh Soo ah setelah matanya. Bahkan Seungcheol tidak pernah mengabaikan dada wanita itu saat mereka berhubungan seks. Tapi kali ini tangannya bahkan malas bergerak untuk menyentuhnya, walaupun begitu Soo ah tetap meletakan tangan Seungcheol di sana.

"Astaga Seungcheol apa yang salah denganmu?" Soo ah melepaskan penisnya, suaranya yang melengking menjadi sedikit serak. "Aku tidak bisa lagi begini, rahangku mati rasa. Kau mau melakukan ini atau tidak?"

Seungcheol pun tidak tahu apa yang salah. Kenapa? Kenapa dengan dirinya?

Yang Seungcheol tahu dia tidak ingin Soo ah pergi. Seungcheol butuh seseorang. Seseorang untuk menemaninya, seseorang untuk disetubuhi, seseorang yang bisa membuatnya lupa tentang Jihoon.

Namun suaranya sukar keluar. Dia hanya memberikan tatapan memelas pada Soo ah, berharap wanita itu mengerti.

"Aku tidak bisa jika kau begini terus."

Seungcheol menghembuskan napas berat. Otaknya berpikir keras sementara Soo ah sibuk memunguti kembali bajunya.

Wanita itu sudah akan memakai bra nya ketika Seungcheol menarik tubuhnya, menciumnya dengan kasar, melepas celana dalamnya dan membuatnya menungging di atas tempat tidur Seungcheol.

Are We Okay?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang