Prologue

16 1 1
                                    


   "Ssssttt....BLAM!!!!" suara khas milik Nia mengagetkan Alya di sebelahnya.
   "Kenapa kaget??(tertawa kecil)tanyanya pada Alya,hingga sekarang Alya masih menutup telinganya.
   " Berisik..."ucapnya dengan ketus.
   "Ya,iya sorry. Abisnya kamu lucu banget kalau ketakutan...." balasnya lalu bersandar di sofa.
   "Ya.Kak,Alya ngantuk.Tidur dulu ya....." timpal Alya sambil mencium pipi Nia sekilas.
   "Ehhhmm..okay..."

                           *-*

    Hari ini,dia Alya memulai hari barunya dengan sarapan roti ala Budhe Ratih alias pembantu sekaligus pengasuh Alya dan Nia,kakaknya.
    "Non!!! Turun ya buat sarapan!!!." teriakan Budhe ratih menggelegar sampai di dalam kamar Alya.
    "Iya budhe,habis ini Alya turun kok.Tunggu sebentar ya..."
  
   Ya,hari ini hari Alya bersekolah di SMA.Hidupnya mulai mandiri,sejak ia dan Nia ditinggal pergi oleh kedua orangtuanya.Dan sekarang yang mengurusi semua di rumah hanya Budhe Ratih.Terkadang Alya membantunya,tapi ya setengah-setengah.

                             *-*

    Dia Alya Raulidyanta,cewek cupu berambut kepang,dengan kacamata bulat berwarna hitam berkesan bahwa ia masih seperti anak seumuran 'TK'.Umurnya genap 16 tahun,memang sih dia masih junior di SMA barunya.Tetapi ia punya ciri khas tersendiri.Suaranya bak ratu yang sedang bernyanyi riang untuk para putra putri kerajaannya.

    "Okey,sekarang sudah sampai.Kamu kenapa Al??" tanyanya menoleh ke arah Alya.
    "Aku takut kak..." rintihan Alya hampir membuat Nia semakin gelisah.
    "It's okay honey....ini nggak apa-apa.Kamu bisa...OK!!!" dengan cepat Nia mengambil posisi tangan menggenggam erat tangan Alya.
    "Aku takut kalau aku begini pasti jadi bahan bully-an...." ia semakin takut,dan genggaman tangan Nia semakin erat.
    "Nggak kok sayang,ada kakak.Kamu percaya sama kakak.Di sekolah ini nggak ada yang namanya membully antar siswa.Emmm....gini deh,kalau misalnya ada yang berbuat nggak senonoh sama kamu,kakak pasti akan turun tangan langsung...." ucap Nia lembut lalu memeluk adik semata wayangnya itu dengan rasa hangat.
    "Makasih kak,aku percaya kok sama kak Nia." balasnya masih dalam pelukan Nia.
    "Jangan lupa banggain ayah sama bunda.Mereka disana mau liat Alya bahagia disini...." tanpa diduga setetes buliran air mata bercucuran di pipi Alya.Semakin terisak dalam pelukan Nia.

     Aku janji kak.Alya pasti banggain bunda sama ayah.......

Welcome SeoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang