Menatap ke arah langit yang gelap, dengan ribuan bintang yang menghiasinya. Kini callista tenggelam dalam renunganya.
"Woi! Ngapain disitu" terdengar suara laki-laki dari kejauhan. tidak salah lagi, Itu pasti Mark tuan.
Mark berlari ke arah callista atau yang sering dipanggilnya dengan sebutan "Lista". Seperti biasanya, Mark menunjukkan kemahiran saltonya.
Callista menatap malas ke arah Mark, ini bukanlah waktu yang tepat untuk memamerkan kemampuannya. "Ngapain sih, lo kesini?"
Mark masih melompat-lompat tidak jelas entah ke arah mana.
"Mark! Budek ya lo" karena malas dengan kelakuan Mark, callista pergi melangkahkan kedua kakinya yang sama sekali tidak ber alas.
"Eh ta, Mau kemana?" Mark berteriak karena melihat callista yang sudah lumayan jauh dari tempat yang sekarang ia injak.
Callista mencoba tidak peduli dengan Mark, tapi entah kenapa dia selalu saja tidak bisa pergi jauh-jauh dari Mark.
Callista mempunyai kekhawatiran yang berlebih pada mark, oleh sebab itu dia tidak bisa jauh dari mark. Tidak heran callista seperti itu, karena sejak umur 5 tahun dia sudah bersahabat dan bertetangga dengan Mark.
Hingga saat ini, callista sudah beranjak menjadi wanita dewasa yang sedang menduduki kelas 1 SMA, diapun masih setia bersama Mark, dan tidak ingin kehilangannya.
Menurut callista Mark sudahlah menjadi bagian terpenting dari kehidupannya setelah keluarga.
Kini dia kembali ke taman yang ditempati sebelumnya, mendapati Mark yang sedang bersandar di balik pohon kelapa. Kini matanya tertutup perlahan, sepertinya dia cukup lelah.
Callista menepuk pundaknya 2 kali, Dia masih belum terbangun. Callista berpikir sejenak, cara apa yang bisa dia gunakan untuk membangunkan sang raja tidur.
Kali ini yang terlintas di benak callista adalah leher. Bagian tubuh itulah yang sangat sensitif di tubuh Mark.
Menempelkan kedua jarinya di leher Mark, mengusapnya pelan hingga Mark mulai merasa terganggu.
Karena refleks, tidak sengaja Mark menggenggam dengan kencang tangan callista yang sedari tadi menggelitiknya.
"Lepasin woi, sakit!" Callista meringis kesakitan. "Ah sorry ta, gue reflek" melepaskan genggamannya, lalu mengusap pelan rambut callista.
•••••
Vomentnya jangan lupa,
Saya up kapan aja.See you next💕
YOU ARE READING
Psycho Boyfriend
Romance" Lo bisa aja terbang setinggi langit, tapi lo akan selalu kembali ke gue." -Mark tuan Callista menatap wajah mark, memukul dadanya pelan lalu memeluknya.