Kali ini bel istirahat berbunyi. Mark menunggu callista di depan kelas seperti biasanya, namun kali ini ekspresinya berbeda. Tampak khawatir.
Callista keluar kelas bergandengan dengan Silvia. Mark melambaikan tangannya pada callista, sebenarnya callista sadar tapi dia langsung membuang muka.
"Lista. lo gak liat Mark tadi depan kelas? Dia sampe ngelambai-lambai loh." Callista menghela nafas. "Biarin aja." Silvia menggeleng. "Lo pasti lagi ada masalah kan sama mark? Cerita dong sama gue."
"Males ah. Lo aja gak mau cerita ke gue soal yang kemarin. Soal kalung itu." Callista melipat kedua tangannya. "kemarin itu sebenarnya, gue ditembak sama jb. Terus gue terima." Callista hanya mengangguk.
"Jadi, kapan lo jadian sama Mark?" Pertanyaan Silvia kali ini berhasil membuat callista hampir tersedak makanannya. "Gila lo. Suka aja enggak, benci iya."
Silvia mengeluarkan buku kecil dari dalam kantung roknya. "kalo dilihat dari buku ini. 95% rasa suka itu dimulai dari rasa benci." Callista tetap membantah. "gue udah anggep dia kayak kakak gue sendiri, mana mungkin gue suka."
"Lo itu ya. Susah banget kalo dibilangin!" Silvia menjitak kepala callista pelan."btw ta, gue denger dari anak kelas sebelah katanya ada yang naksir Mark tuh. Ati-ati aja nanti lo ketikung."
"Mark gak mungkin jadian sama orang lain. dia bilang katanya gue prioritasnya." Silvia hampir ingin menabok sahabatnya. "Itu namanya kode ta, ya ampun lo kenapa sih gak peka peka."
"Kode apaan sih, maksud lo? Kode pos?" Silvia gemas dengan otak sahabatnya yang terlalu bodoh dalam hal percintaan.
Laki-laki dengan tinggi kira-kira 178 cm, berdiri di depan mereka. Keduanya mendongak bersamaan, ternyata itu adalah Jb. Cowok yang di taksir Silvia sejak lama yang sekarang menjadi pacarnya.
"Ikut gue ke perpus yuk." Silvia menatap sahabat dan pacarnya bergantian. Dia sebenarnya tidak ingin meninggalkan callista sendiri, disisi lain dia sungkan jika harus menolak ajakan Jb.
Untung saja kali ini callista peka terhadap sahabatnya. Callista mengangguk mengisyaratkan kalau dia mengizinkan sahabatnya pergi bersama Jb.
Junior yang melihat callista duduk sendirian, tidak akan melewatkan kesempatannya. Dia mencoba mendekat ke arah callista, tapi Mark lebih dulu duduk di samping callista. Mau tidak mau junior harus mengalah.
"Lista." Mark menatap wajah sahabat kecilnya dalam dalam. Wajahnya terlihat serius. "Ngapain lo?" Callista mengambil kaca kecil dari dalam sakunya. Memastikan kalau di wajahnya tidak ada keanehan.
"Gue sayang sama lo, mau gak jadi pacar gue?"
"Mabok apa, barusan?" Callista memukul Mark pelan.
•••••
YOU ARE READING
Psycho Boyfriend
Romance" Lo bisa aja terbang setinggi langit, tapi lo akan selalu kembali ke gue." -Mark tuan Callista menatap wajah mark, memukul dadanya pelan lalu memeluknya.