Kicauan burung di atas rumah, Membangunkan callista yang semula terlelap dalam tidurnya kini mulai membuka mata.
Terdengar suara ketukan dari arah pintu, "lista, ayo bangun nanti kesiangan." ryna membangunkan anak tunggal kesayangannya. Callista masih belum menyahut, sepertinya dia sedang mengumpulkan nyawanya.
Dengan langkah yang tak beraturan, seraya berpegangan dengan tembok. Membuka pintu kamar dan keluar menuju toilet yang tepat berada di pojok kanan dapur.
Suasana hangat menemani ayah dan ibu callista di atas meja makan. Mereka sedang sarapan bersama, sedangkan callista sibuk mengikat tali sepatunya.
"Callista berangkat ya." mencium kedua punggung tangan orangtuanya, dan bergegas pergi ke sekolah.
Memandang kehidupan di luar sana dari balik kaca mobil, hari ini callista terlihat sangat badmood. Dia mencoba untuk membuat moodnya naik dengan bermain game online, tapi tidak berhasil.
Sampai disekolah, callista turun dari mobil. Tidak sengaja berpapasan dengan Mark. "Lo kenapa? Gue liat badmood banget." tanyanya sambil menaikkan kedua alisnya.
Callista menatap mark, juga wanita yang tepat disisi Mark. "Siapa?" Mengernyitkan dahinya dan mencoba untuk tenang. "Anak kelas 10 IPS?"
"Dia anak kelas 10 IPA, baru aja pindahan." jawab Mark spontan. Wanita itu melihat tajam ke arah callista seperti tidak menginginkan kehadirannya.
"Lo blasteran Indonesia-Belanda? Muka lo bule banget, cantik." Callista tersenyum tipis "makasih pujiannya, tapi gue harus pergi duluan." Terlihat senyum palsu diwajah wanita itu, tapi callista tidak peduli lalu pergi meninggalkan mereka.
Saat menoleh kebelakang, callista mendapati tatapan mata yang sedang memperhatikanya, wanita itu tidak terlihat baik.
Baru saja Mark ingin menyusul callista, Langkahnya tertahan oleh wanita itu. "Lepasin tangan gue, atau lu akan nyesel?" kali ini ancaman Mark berhasil membuat wanita itu melepaskan genggamannya dan mematung di tempat.
"Lista! Tunggu gue dong." menarik bahu callista hingga tubuhnya berhadapan lurus dengannya. "Kenapa lagi, sih?" Callista membalikkan badannya, lalu kembali berjalan.
"Gue tau lo kenapa, walau sepatah kata gak sempat terucap lewat mulut lo." Mark menghela nafas, berharap callista tidak salah paham.
Beberapa pasang mata dari kejauhan mulai menyorot ke arah Mark juga callista.
Mungkin ini yang dinamakan jengkel. Mark memang tidak tau malu, berbicara keras seperti itu didepan umum. Callista yang mendengar hanya menoleh, dan memutar bola matanya.
•••••
Next-
YOU ARE READING
Psycho Boyfriend
Romansa" Lo bisa aja terbang setinggi langit, tapi lo akan selalu kembali ke gue." -Mark tuan Callista menatap wajah mark, memukul dadanya pelan lalu memeluknya.