Setelah gadis itu mengantarku sampai depan ruang guru, dia pergi meninggalkanku dengan cepat. Sepertinya dia hendak bolos, lalu saat aku mengganggu ketenangannya dia langsung membatalkannya. Tapi tidak mungkin jika itu adalah penyebab dari ketakutannya. Itu terlalu besar untuk rasa takut karena gagal bolos.
Aku mungkin saja dapat merasakan emosi seseorang, tapi bukan berarti aku dapat mengetahui penyebab dan seluruh pikiran orang itu. Mustahil jika ada orang yang benar benar dapat melihat seluruh pikiran orang lain. Kalaupun ada orang yang bisa, itu tentu sangat mengganggu privasi orang lain.
Sudahlah, kini aku harus bertemu guru baruku lalu pergi menuju kelas baruku juga.
"Permisi, saya Sam Derhan murid baru di sini," ucapku pada Kepala Sekolah yang berada di dalam ruang Kepsek.
"Oh Sam ya? Ah iya benar, kau akan berada di kelas 11-C. Bu Jasmine yang akan menjadi wali kelas barumu," ucapnya sembari melihat lihat isi dari tumpukan kertas yang berada di meja nya.
Lalu pria tua itu bangkit dari duduknya pergi keluar dari ruangannya menuju ruangan dengan papan bertuliskan 'Ruang Guru' di atasnya. Pria tua itu memasukinya sedangkan aku menunggunya di luar. Tak lama setelahnya, pria tua itu keluar dengan seorang wanita tua di sampingnya.
"Kamu Sam kan? Ayo ke kelas saya, sebentar lagi jam belajar akan segera dimulai setelah pembiasaan," ucapnya ramah.
"Pembiasaan?"
"Oh, jadi 30 menit sebelum memulai pelajaran semua pelajar di sini diberi waktu untuk membaca buku sebagai pembiasaan. Biasanya sih murid murid akan diawasi, tapi karena ada murid baru makanya aku tidak mengawas," jelasnya panjang lebar sepanjang perjalanan menuju kelas.
Begitu toh, ternyata di sekolah ini ada suatu pembiasaan yang memberi waktu beberapa menit sebelum belajar untuk membaca baca buku. Sekolah ini sepertinya menarik. Yah, lain kali jika kutemui gadis itu lagi aku akan mencoba mendekatinya. Entah kenapa dia sangat membuatku penasaran. Aku sering menemui orang orang dengan emosi tercampur aduk dan sering berubah ubah, tapi dia sangat membuatku penasaran.
Sepertinya doa ku terkabul dengan cepat, aku ternyata mendapat kelas yang sama dengan gadis itu. Kulihat dia satu satunya yang duduk sendiri, ini sih sudah jelas aku akan duduk di sebelahnya.
"Anak anak kita kedatangan murid baru. Sana perkenalkan dirimu dulu."
Dengan ekspresi datar aku pun memperkenalkan diriku sendiri, "hai semuanya, nama saya Sam Derhan dari SMA Tarunza."
Setelah aku selesai memperkenalkan diriku sendiri, tiba tiba seorang wanita yang duduk di hadapanku ini mengangkat tangannya hendak ingin bertanya.
"Sam kamu campuran atau bagaimana sih? Wajah dan namamu seperti blasteran."
"Ya, ayahku orang Jerman."
Sekilas anak anak di kelas seperti terkagum kagum. Suasana kelas yang awalnya hening tiba tiba berubah drastis menjadi ramai. Satu kata yang sering terdengar jelas adalah 'Bule'.
"Oke oke sudah ya, Sam kamu duduk di bangku yang berada di sana ya," ucap guru itu sembari menunjuk sebuah bangku kosong yang siap kutempati.
Tunggu dulu, bangku kosong itu bukan di sebelah gadis itu tapi bangku paling belakang yang tak dihuni siapapun bahkan sepertinya terisolasikan. Letak bangku gadis itu berada di paling depan pojok kanan sedangkan aku berada di baris yang sama namun paling belakang. Aku akan duduk sendirian tanpa teman sebangku, itu benar benar tidak bagus. Bagaimana caraku meminta dibangunkan jika aku ingin tidur di kelas.
Aku pun menurut saja dengan guru itu. Melangkah ke depan dengan tatapan kosong tanpa emosi, duduk di bangku kosong yang siap kutempati ini. Bangkunya terlihat masih baru tanpa adanya coretan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Phobia
Roman pour AdolescentsJarakku dan jarakmu dekat, tapi fobiamu membuatku merasa jauh darimu