Empat

32 17 3
                                    

Jam 2 sore sekolahan sudah lumayan sepi. Siswa yang rajin-rajinlah yang biasanya sering menetap di sekolah sehabis jam pelajaran selesai. Biasanya mereka yang berorganisasi dan yang aktif dalam ekstrakulikuler lah yang selalu pulang lebih telat dibandingkan dengan siswa yang lain.

Ruang osis dipenuhi para siswa yang sedang rapat, perpustakaan dipenuhi pada siswa yang sedang mengerjakan tugas dan sebagiannya lagi sedang sibuk membaca, lapang an dipenuhi oleh para siswa laki-laki yang sedang berlatih basket untuk persiapan perlombaan di akhir bula ini, lengkap pula dengan para siswa perempuan yang menjadi cheerleadernya, kemudian beberapa ruang ekskulpun dipenuhi oleh siswa-siswa yang mengikutinya.

Mungkin hanya Falah lah siswa yang sering menetap di sekolah namun tidak dengan kesibukan apapun. Falah biasanya akan nongkrong di kantin, menghabiskan waktunya sampai sore untuk menyelesaikan level-level dalam game onlinenya. Menurutnya lebih baik berlama-lama di sekolah dibandingkan harus pulang lebih awal. Jika sudah berada di rumah, Falah merasa seperti di penjara, Karena ayahnya akan selalu mengawasinya. Sedikit saja Falah ketahuan bermain game, maka uang jajan untuk seminggupun akan melayang.

Riuh sorak siulan para laki-laki sedikit membuyarkan konsentrasi Falah pada gamenya.

"Tut tuwiww.. Tut tuwiww.."
"Hai cantik mau kemana nih?"
"Kenalan Sama kakak yuk."

Begitulah sekiranya yang Falah dengar dengan jelas, yang lainnya hanya terdengar grasak-grusuk tak jelas. Falah membuang nafas kasar, Falah paling tidak suka ada yang mengganggunya ketika sedang bermain game.

" Brisik banget sih tuh si kunyuk." Dumel Falah kesal.

Falah memilih mangkir dari tempat duduk ya. Falah memutuskan untuk pulang lebih awal saja Karena Moodnya sekarang sudah rusak.

Dengan langkah santainya, tak disadari Falah sudah sampai di damping lapang an basket. Dilihatnya dua orang yang tak asing lagi sedang bercakap-cakap. Eh tunggu lebih tepatnya hanya siperempuannyalah yang mendominasi dalam percakapan itu, Arsen dan Ayesha.

Dengan langkah sedikit dijinjit, Falah bersembungu di balik tembok, sedikit menguping.

"Falah mana? Kok gak bareng? Biasanya kalian nempel? Terus kenapa dia gak jawab chat gue sih heh? Kayanya Makin sini Falah Makin cuek deh Sama gue, lo tahu gak kenapa?" Deretan pertanyaan yang dilontarkan Ayesha pada Arsen.

"Bisa ngamuk nih si Arsen." Gumam Falah plan. Dan mungkin hanya Falah sendirilah yang dapat mendengarnya.

Saat diperjalanan menuju gerbang, Falah menemukan sebuah ide agar Arsen tidak Marah lagi padanya. Batagor Mang Edi. Karena Arsen sangat menyukai batagor di depan sekolah, mungkin dengan Falah membelikannya kemarahan Arsen akan sedikit mereda.

Tanoa membuang waktu lagi Falah ikut berkerumun digerobak Mang Edi. Memang sedikit penuh dan sedikit harus mengantri. Namun bukan Falah namanya jika tidak melakukan kecurangan. Dengan sedikit Wajah memelas, Falah menghampiri Aini, adik kelasnya yang sudah cukup lama naksir padanya.

"Hai, bisa bantuin kakak gk?" Tanya Falah sok lugu.

Dengan antusias Aini menganggukan kepalanya.

"Maaf banget nih kakak boleh gak nitip beliin batagor Sama kamu? Biar sekalian gitu. Sebenarnya kakak mau-mau ajah sih ikutan ngantri, tapi kakak harus nungguin Arsen nih. Kalo kakak ikut ngantri nanti Arsen gak tahu lagi kalo kakak lagi nungguin dia." Papar Falah dengan segala alasannya.

"Boleh banget lah kak, kakak nunggu kak Arsen ajah disini, biar aku ajah yang beliin. Gak Pake pedeskan kak?" Dengan rasa penuh kemenangan Falah langsung mengangguk antusias.

Tak hampir 7 menit, akhirnya titipan Falah datang.

"Ini kak." Aini menyodorkan kresek hitam pada Falah. Falah menerimanya sembari menampilkan senyuman termanisnya, ini adalah salah satu jurus andalan Falah untuk menaklukan para perempuan.

"Makasih yah, maaf kakak ngerepotin." Ucap Falah basa-basi.

"Enggak ngerepotin Sam sekali kok kak. Jangankan kak nitip batagor, kakak nitip hatipun aku gak keberatan kok." Jawab Aini gombal. Pipinya menampakkan rona merah. Dan Falah hanya mananggapinya hanya dengan senyuman.

Kelakuan Falah memang selalu begitu, memanfaatkan ketenarannya untuk mempermudah kelangsungan hidupnya. Falah cukup tersenyum tulus dan para perempuan pasti tidak akan menolak permintaannya. Namun kesulitan kini sedang dirasakan oleh seorang gadis yang menyeludupkan badannya di tengah kerumunan massa. Entah mengapa, hal itu menyita perhatian Falah.

"Mang aku satu." Iori angkat bicara di antara keramaian yang ada.

"Ngapain sih dia, bukannya teriak, ngomong pelan kaya gitu mana mungkin si Mang denger." Falah menggrutu sendiri dalam Hati. "Bentar lagi juga dia bakal mundur." Duga Falah masih di dalam Hati. Dan benar saja, perlahan-lahan Iori memundurkan badannya dari kerumunan massa. Iori terlihat sedikit kecewa.

Sebuah lampu terang menyala dalam kepala Falah. Falah berniat menggoda Iori. Entah mengapa perempuan yang Sama sekali tidak dikenal Falah itu membuat Falah begitu penasaran.

Falah menghampiri Iori yang hendak beranjak pergi.

"Mau kemana?" Tanya Falah yang membuat Iori membalikkan badannya menghadap Falah. Iori menghiraukan pertanyaan Falah dan segera bergegas pergi.

Seumurnya Falah tidak pernah dicuekkan oleh perempuan. Mungkin hanya Iorilah perempuan yang Sama sekali tidak melirik laki-laki berwajah tampan ini.

"Mau kemana? Gak jadi beli batagor ya?" Tanya Falah sedikit menyindir. Falah semakin penasaran dengan sikap dinginnya Iori.

"Gak." Jawab Iori singkat sebelum melangkah meninggalkan Falah.

Falah tak membiarkan Iori pergi begitu saja. Belum tiga langkah, langkah Iori sudah terhenti lagi dengan tarikan tangan Falah pada pergelangan tangan Iori.

"Nih." Falah menyodorkan kresek hitam yang berisi batagor tadi, yang sebenarnya Falah beli untuk Arsen.

"Apaan?" Tanya Iori bingung.

"Tentang ajah bukan makanan haram taupun obat terlarang kok." Canda Falah sembari terus menyodorkan kresek hitam yang dipegangnya.

Iori menatap kresek dan Falah saling bergantian.

Tanpa berpikir panjang lagi, Iori meraih kresek hitam yang dipegang Falah. Iori tak ingin berlama-lama menghabiskan waktunya dengan orang aneh seperti Falah.

"Nah gitu dong." Falah tersrnyum puas. "Mau makan bareng gue gak?" Tawar Falah. Namun ini bukan hanya sekedar tawaran biasa, Falah hanya ingin mengetes Iori, apakah Iori Sama dengan perempuan lainnya yang jika Falah ajak makan bareng akan selalu menjawab 'ya'.

"Enggak, makasih yah." Iori kini benar-benar melangkah meninggalkan Falah. Falah yang ditinggalkan Iori Tersenyum lebar hingga memperlihatkan gigi rapinya. Seperti dugaannya, Iori memang berbeda.

"Nama kamu?" Teriak Falah pada Iori yang sudah cukup jauh dari hadapannya. Namun Iori tak sedikitpun membalikkan lagi badannya. Falah tahu bahwa Iori mendengarnya, tapi Iori sengaja tidak mendengar teriakkan Falah.

"Princess ice." Gumam Falah sembari tersenyum merekah.

"Ngapain lo senyum-senyum sendiri, udah gak waras yah lo." Suara Arsen menyadarkan Falah dari bawah sadarnya.

"Aduh." Falah menepuk jidatnya, Falah Baru ingat dengan batagor untuk Arsen yang malah ia berikan pada Iori.

"Kenapa?" Tanya Arsen tak mengerti dengan tingkah anehnya Falah. Tapi Falah hanya memberi jawaban dengan nyengir kuda.

"Oh iya kita masih punya urusan." Ucap Arsen sembari tersenyum mencurigakan, dan Falah hafal betul arti senyuman itu. Sebelum sesuatu akan terjadi padanya, dengan sesegera mungkin Falah berlari melarikan diri. Arsen tak mau kalah, IA langsung mengejar Falah yang berlari menghindari kemarahannya.

Seperti Tom and Jerry, mereka saling kejar-kejaran, tak ada yang mau kalah. Dengan Wajah sangarnya Arsen mengejar Falah yang ketakutan.


.
.
.
.
.
.


Jangan lupa tinggalkan jejak yah kawan.
Terus support aku dengan vote dan komentarnya yah.









-Trust Me-











Trust MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang