Sembilan

2 3 0
                                    

“Apa iya sikap gue akhir-akhir ini berubah?”

Iori kini sedang rebahan di atas kasurnya, menatap langit-langit kamar sembari merasakan pusing dan mualnya. Perkataan Nuha, Iori rasa memang benar, akhir-akhir ini ada yang berubah dengan dirinya.

“Mustahil banget gue suka sama si Falah.Yang ada gue gedek banget sama tuh orang.”

Iori membalikan badannya ke sebelah kiri, lalu menutup wajahnya dengan bantal. Iori rasa lebih baik tidur dari pada memikirkan hal yang tidak perlu.

Hampir saja masuk ke dalam alam mimpinya, ponsel Iori tiba-tiba saja berbunyi, membuat Iori terbangun. Ada sebuah notif pesan dari Binar.

Ri lo ada waktu gak? ada yang perlu gue omongin.

Gue ada di depan rumah lo.

Oh ok, gue kesana.

Iori menerka-nerka apa yang akan Binar bicarakan dengannya. Apa tentang Falah? Iori segera keluar dari kamarnya dan menghampiri Binar yang sudah menunggunya di luar rumah.

“Binar, di dalem aja yuk biar enak ngobrolnya.” Ajak Iori. Binar membuntuti Iori sampai di ruang TV.

Suasana mendadak sedikit kaku. Iori hanya mematung, menunggu Binar memulai pembicaraan.

“Ri, gue tau mungkin lo gak peduli sama yang bakal gue ceritain, tapi entah kenapa gue pikir gue harus cerita sama lo.” Binar membuka pembicaraan.

“Soal pertanyaan gue yang di kantin, itu sebenarnya gue cemburu Ri.” Binar berhenti sejenak, menarik nafas mengumpulkan keberanian untuk berbicara. Iori masih menunggu kelanjutannya. Binar menceritakan semuanya pada Iori, fakta yang selama ini ia simpan dalam-dalam.

“Sebenarnya gue udah lama suka sama Falah, dan jujur gue cemburu liat lo deket sama Falah. Falah cinta pertama gue, gue juga pernah deket sama dia, tapi dipertengahan jalan gue mutusin buat berhenti suka sama Falah. Gue terlalu takut sama kenyataan Ri. Gue tau dari Arsen, kalo Falah sebenarnya gak pernah suka sama gue. Falah cuma manfaatin gue aja. Falah emang playboy, karena dia cuma mau ngelampiasin rasa sakitnya.” Binar menyeka air matanya.

“Falah pernah dikhianatin?” Tanya Iori.

“Gue gak tau persisnya. Itu rahasianya Falah.”

“Terus lo sampai sekarang masih suka sama Falah?”

“Sampai detik ini gue masih sangat suka sama Falah. Tapi gue gak mau egois. Cinta gak bisa dipaksakan kan Ri?” Iori mengangguk. “Kali ini gue mau coba berhenti lagi.”

“Tapi setidaknya lo harus kasih tau Falah kalo lo masih suka sama dia.”

“Apa itu bisa merubah kenyataan Ri? apa dengan gue bilang ke Falah kalo gue cinta banget sama dia, Falah bakal balik jatuh cinta sama gue? bahkan setelah dulu gue mutusin buat ngejauh dari dia, dia sama sekali gak pernah peduli. Itu juga udah ngebuktiin kalo Falah emang gak pernah ada rasa sama gue.” Binar menarik nafas dalam-dalam, rasanya benar-benar lega karena sudah menceritakannya pada Iori.

“Ri makasih lo udah mau dengerin gue, gue bener-bener lega karena udah cerita sama lo.” Iori memegang tangan Binar, mencoba ikut menguatkan Binar.

“Gue seneng lo udah mau cerita sama gue. Lain kali kalo lo punya masalah lagi sebaiknya lo harus cerita sama gue atau sama yang lain. Nanggung masalah sendiri itu gak baik, lebih baik kita cari solusinya sama-samakan?!”

Iori memeluk Binar. Iori juga sangat senang Binar mau berbagi cerita dengannya. Sahabat memang harus seperti itu bukan? seberapa besar masalah yang kita miliki lebih baik kita berbagi dengan sahabat. Sahabat bukan hanya ada disaat sedang bahagia saja, melainkan ikut merasakan segala rasa yang melanda. Ketika bahagia sahabat akan ikut bahagia, dan ketika sulit sahabat akan ikut menguatkan, memberikan kita semangat.

.
.
.
.

Don't forget for comment💕

Trust MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang