Satu

57 45 24
                                    

Tingkahnya layak dikatakan seperti maling. Jalan mengendap-ngendap, celingukan ke kiri ke kanan untuk memastikan keadaan, lalu dalam hitungan ketiga dia meloncati pagar setinggi kurang lebih dua meter. Yang selalu bertingkah seperti itu siapa lagi jika bukan Falah. Siswa yang kerjaannya selalu telat masuk sekolah.

"Akhirnya." Ucap Falah lirih setelah susah payah menaiki pagar tinggi milik sekolah.

Misi selanjutnya adalah masuk kelas. Ini adalah misi yang sedikit menantang. Jika pada misi sebelumnya Falah dapat dengan mudah melewati pagar sekolah, dimisi kedua ini berbeda, Karena sialnya hari ini jam pelajaran pertama adalah pelajaran Pak Hartono, guru sosiologi yang killer.

"Kalo satpam sih masih bisa gue kibulin, lah kalo Pak Hartono mana bisa gue ajak nego." Ucap Falah cemas pada dirinya sendiri.

Falah berjalan menuju kelasnya dengan mengendap-ngendap lagi Dan sekarang ia sedikit menundukan kepalanya agar tak nampak dari jendela. Perlahan-lahan ia mengintip suasana kelas dari balik jendela luar. Dan seperti yang sudah Falah tahu, keadaan kelas sangat tentang jika sedang pelajaran Pak Hartono.

"Kamu lagi apa?" Tanya seseorang yang menepuk pundaknya. Seketika Falah mengalami auto kaget. Dan saat Falah perlahan melirik ternyata bukan guru yang menepuk pundaknya itu, melainkan seorang oerempuan berseragam yang Sama dengannya. Namun aneh ya Falah Sama sekali tak mengenai ya juga tidak pernah melihatnya di sekolah. Pasalnya Falah adalah orang jenius, Falah mampu mengenali semua murid di sekolahannya, bukan hanya murid, tapi juga satpam-satpam, para OB, bu Rasmini penjual di kantin, bahkan bang Ucil yang sering kali datang ke sekolah untuk sedok wc.

Tanpa izin, Falah dengan sigap menarik tangan perempuan yang sama sekali belum dikenalinya ke tengah lapang untuk menjauh dari kelasnya. Yang ditarik hanya mengikuti tanpa mengerti apa yang akan dilakukan oleh orang yang sama-sama tak dikenalinya itu.

"Lepasin."Perempuan itu menarik tangannya dari genggaman Falah.

" Nyantai ajah kali, gak bakal gue gandeng nyampe pelaminan juga kali. " Oceh Falah usil.

" Lo ngapain bawa gue kesini? " Tanya perempuan itu penasaran.

" Lo mau ya apa?" Goda Falah. Namun. Yang digoda malah kesal Dan beranjak pergi. Dan lagi-lagi dengan sigap Falah menahan tangan perempuan itu lagi.

" Apa-apaan sih Lo, gue mau masuk kelas. " Bentak perempuan itu sedikit galak. Dan Falah yang dibentaki hanya menyeringai tak berdosa.

"Gue mau Nanya nama lo ajah kok."

"Lo nyeret gue kesini cuma mau Nanya ituan doang? Kurang kerjaan amat sih lo." Ucap perempuan itu ketus.

"Ini penting tahu, nama lo siapa sih, kayanya lo anak Baru yah, soalnya gue gak pernah liat lo tuh. Gue itu hafal semua orang di sekolah ini, dari mulai ibu kantin , tukang sedot wc, tukang batagor depan sekolah, satpam-satpam, terus... "Belum sempat menyelesaikan ucapan ya, perempuan itu malah lekas pergi meninggalkan Falah yang sedang asik mengoceh. " Woigue belum selesai ngomong. Lo belum ngasih tahu nama lo siapa." Teriak Falah pada siswa perempuan yang sudah mulai menjauh dari hadapannya.

"Berisik woy." Teriak salah satu siswa dari balik kaca kelas yang merasa terganggu dengan teriakan Falah.

Sial. Kata itu yang kini dirutuki Falah.

---000---

Kantin adalah tempat yang tak pernah sepi. Bahkan kini meja-mejanyapun sudah full terisi. Dengan berat hati Iori, Binar, Ava, dan Nuha membawa batagor dan cilok mereka ke luar kantin.

"Harusnya nih kantin direnov lagi kek. Gak etis banget makan dikoridor Kaya gini." Gerutu Nuha tak terima dengan nasibnya.

"Gue usul di taman lo nya yang gak mau." Binar angkat suara.

"Iya, betul." Timpal Ava membenarkan ujaran Binar.

Nuha yang disudutkan semakin mengerucutkan bibirnya, sebal. Sedang Iori, hanya menyaksikan teman-temannya itu berbincang-bergurau bersama. Bukan Karena Iori belum akrab dengan ketiga temannya ini. Iori bahkan lebih mengenai mereka bertiga sebelum ia pindah ke sekolah Baru ya ini, Karena mereka berempat adalah tetangga juga sahabat dari TK.

"Btw lo diem ajah sih RI." Singgung Binar yang merasa sejak tadi Iori tak sedikitpun mengeluarkan sepatah katapun.

"Tadi pagi gue ketemu orang aneh tahu sebelum masuk kelas." Akhirnya Iori memulai pembicaraan. Dan Ketig sahabatnya sudah tak sabar mendengar kelanjutannya.

Iori diam.

"Terus?" Tanya Nuha penasaran.

"Dia ngintip-ngintip gitu di depan kelas gue, ya terus gue tanya Dia lagi ngapain, eh Dia malah narik gue ke lapangan ." Papar Iori sedikit menanggung.

"Jangan nanggung-nanggung dong RI kita penasaran nih. Selanjutnya kalian ngapain?" Nuha bertanya untuk kedua kali nya. Maklum di antara keempat sahabat itu Nuhalah orang yang paling kepo.

"Dia nanyain nama gue."

"Terus?" Tanya Nuha yang masih penasaran dengan kelanjutannya.

"Bisa-bisa lo jadi tukang parkir tau Na." Binar mulai kesal dengan Nuha.

"Iya itu benar." Timpal Ava.

"Gue penasaran tau." Nuha membela dirinya sendiri.

"Gue ninggalin dia gitu ajah, soalnya Dia nyerocos mulu." Jawab Iori untuk memuaskan rasa penasaran Nuha.

"Lo gak ngasih tau nama lo? Tega banget sih." Lagi-lagi Nuha yang bertanya.

"Ngapain juga gue ngasih tahu nama gue, gak penting juga."

Nuha merasa sia-sia dari tadi ia mengintrogasi Iori. Tak ada yang seru Dan membuatnya greget.

Diantara keempat Saha at ini Iori memang orang yang paling membosankan, sikap ya terlalu dingin, Tapi untung saja Dia pintar, jadi masih ada yang bisa diunggulkan.

"Jam 10.30."Ava mengingatkan teman-temannya ini bahwa waktu masuk telah tiba.

" Cabut. " Nuha mengomandi untuk segera beranjak Dan langsung pergi ke kelas masing-masing.

Mereka memang tidak satu kelas. Iori satu kelas dengan Binar di kelas 11 IPS 1, sedangkan Nuha Dan Ava mereka masuk di kelas 11 IPA 3.

.
.
.
.
.
.

"Orang bilang, pertemuan pertama selalu kebetulan. Tapi, bagaimana cara u menjelaskan pertemuan-pertemuan kita selanjutnya? Apakah Tuhan campur tangan di dalamnya."

_Orizuka_

-Trust Me-

Assalamualaikum
Hello semuanya..
Ini cerita pertama saya di watpad
Saya harap kalian enjoy Sama ceritanya.
Dan Jangan lupa kasih vote dan komentar-komentarnya juga yah.

Trust MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang