Lima

10 5 1
                                    

Di bawah teriknya matahari, jantungku berlari-lari
mengitari perasaan aneh.
Aku harap ini hanya perasaan syok saja,
bukan sebuah rasa yang sama sekali tak aku harapkan."

7.15 itulah yang terlihat diarloji Iori. Hati Iori sudah sangat gelisah, ia sudah pasti terlambat. Iori rungsing sendiri, ia sangat kesal kepada supir angkot yang sudah 15 menit ngetem. Beberapa kali Iori menghembuskan nafas kasar. Mata Iori terus saja memperhatikan setiap detik yang berlalu dalam arlojinya. Hatinya sudah sangat panas.

"Bang sampai kapan nih ngetemnya?" Tanya Iori pada tukang angkot yang kebetulan posisi duduk Iori tepat berada di belakang jok supir.

"Bentar lagi neng." Jawab supir angkot itu dengan santainya. Tapi Iori kini sedang tidak santai, Iori langsung saja membayar dan langsung turun dari angkot.

Dengan sesegera mungkin Iori berlari agar cepat sampai di sekolah. Mata Iori tak fokus pada jalanan, buktinya beberapa kali Iori hampir saja menabrak orang yang sedang berjalan. Pikirannya sekarang hanyalah gerbang sekolah.

Iori adalah tipikal anak yang disiplin. Iori selalu membiasakan diri untuk teratur dalam segala hal, salah satunya adalah untuk selalu on time. Tapi kali ini Iori akan mengalami pengalaman baru, yaitu terlambat.

Dengan nafas sedikit tersenggal-senggal, akhirnya Iori sekarang sudah berada di depan gerbang yang sudah tertutup. Matanya kini sedang mencari-cari satpam.

"Kemana sih satpam." Dumel Iori kesal.
Waktu terus berlalu, detik demi detik terbuang dengan sia-sia, Iori kini hanya bisa mematung tak jelas di depan gerbang yang tertutup.

"Hei." Sapa seseorang yang sontak membuat Iori membalikan badan.

"Ngapain?" Tanya seseorang yang sama.
"Kita belum kenalan tahu."

Iori hanya memutarkan bola matanya, acuh.

"Gue Falah." Falah menyodorkan tangannya "Lo?" Lanjut Falah yang masih belum mendapatkan balasan dari Iori.

"Kenapa sih Gue apes banget hari ini?" Tanya Iori entah pada dirinya ataupun pada Falah.

Tanpa Iori menghiraukan Falah, Iori kembali membalikan badannya menghadap pagar gerbang. Falah yang dihiraukan, langsung mengikuti yang kini sedang Iori lakukan, mematung di depan pagar gerbang yang tertutup.

"Kita manjat aja." Falah mengusulkan sebuah ide. Ide yang tentu saja Iori tolak.

Kini hanya ada keheningan diantara mereka berdua. Hanya suara kendaraan lalu lalang yang jelas terdengar.

"Lo tahu gak peraturan di sekolah ini? kalo telat kita tuh gak boleh masuk." Falah angkat bicara untuk memecehkan keheningan.

"Tahu." Jawab Iori singkat padat dan jelas.

"Terus ngapain lo buang-buang waktu nungguin disini.?" Tanya Falah lagi kesal.

"Gue cuma nunggu peluang, kali ajah kan satpam mau bukain gerbangnya." Papar Iori.

"Lo bodoh, lo gak bakal bisa masuk kecuali dengan cara curang. Kalo lo mau masuk, yah loncat Dan itu sesuai sama pengalaman gue. Hampir 6 kali dalam seminggu gue telat, dan gak pernah tuh sekalipun satpam baik hati sama gue, paling bisa nego sih, tapi ujung-ujungnya masuk ruangan BK deh." Papar Falah.

Iori hanya diam saja. Memikirkan semua yang dikatakan Falah. Memang benar apa yang dikatakan Falah, tapi melakukan curang itu salah.

"Jadi gimana?" Tanya Falah seperti sedikit menawarkan.

"Ya udah."

"Ya udah apa?"

"Kita loncat." Akhirnya Iori termakan dengan semua bisikan negatif dan mengambil keputusan yang dianggapnya itu salah.

Trust MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang