2. Perkenalan

190 20 3
                                    

Jangan bosan nungguin Lima Serangkai yah.
Updatenya gak bakal nentu.
Entah ngadat entah cepat.
Wallahu a'lam. 🙄

◇◇◇◇

Haul ke sembilan Nyai Sumtin, Ibunda Kiai Fakhruddin diperingati dengan mengadakan pengajian akbar. Mengundang penceramah terkenal dari Situbondo. Sebagai pembuka acara, solawat Al-Habsyi Ahbabul Mustofa Bangkalan telah duduk rapi di tempat yang sudah di sediakan di depan panggung. Berlokasi di halaman Masjid Al-Hikmah.

Suatu kehormatan bagi warga Dusun Cempaka Putih ketika Raden Kiai Fakhrillah Aschal sang keturunan ulama legendaris Madura Bangkalan, Syaikhona Muhammad Cholil Bangkalan bisa menapak di tanah Cempaka. Sebuah kehormatan pula ketika warga kampung bisa menghadiri acara pengajian yang kala itu jarang sekali ada orang mengadakan pengajian.

Panggung megah nan islami berdesign salaf berdiri gagah sejak siang. Lantunan solawat menggema dari jajaran sound yang di tata sedemikian rupa pada dua arah. Yaitu di samping kiri panggung yang menghadap ke selatan. Sedangkan satunya di letakkan di samping garasi Masjid.

"Bil, tadi Mama nyuruh kita duduk di karpet paling depan."

"Apa?" Sabil tak bisa mendengar dengan jelas ucapan Nadifah karena suaranya kalah dengan bunyi sound yang memekakkan telinga.

Nadifah mengulangi ucapannya dengan suara lebih keras. Sabil mengangguk. Mereka berdua berjalan ke arah karpet besar paling depan. Tangan keduanya memegang jajanan ringan.

"Ayyub sama kembar kemana?" Tanya Sabil mendapati ketiga sahabatnya tidak ada di karpet bagian laki-laki.

"Nggak tau."

Untuk beberapa saat mereka kebingungan. Pasalnya, mereka berlima sudah datang lebih awal. Tapi saat mereka pergi keluar untuk membeli jajan ketiga sahabatnya sudah menghilang.

"Eh, Bil. Itu Ayyub manggil kita."

"Mana, Mbak?"

Sabil mengikuti arah tangan Nadifah. Tampak di halaman rumah Kiai Fakhruddin Ayyub melambaikan tangan. Mengisyaratkan kedua sahabatnya untuk segera kesana.

"Ada apa, Yub?" Tanya Nadifah setelah mereka sampai di halaman.

"Ada yang mau aku kenalin sama kalian. Sini deh."

"Siapa, Ca'?" Tanya Sabil mengikuti langkah Ayyub.

"Iya. Siapa sih?" Ujar Nadifah.

Keduanya saling pandang saat Ayyub berlari ke arah seorang anak laki-laki seusianya. Dia memakai baju koko putih dengan kopyah putih.

"Dia ini sepupuku dari Bunda. Namanya Hizaz."

Anak laki-laki yang di sebutkan namanya tersebut mengulurkan tangan. Nadifah menyambutnya lebih dulu.

"Aku Difa."

Lalu Hizaz menyalami tangan Sabil.

"Sabil, Kak." Jawab gadis kecil itu kalem.

Hal pertama yang terekam dalam benak Hizaz mengenai Sabil adalah betapa manisnya gadis kecil di depannya itu.

Selain berstatus sebagai sepupu Ayyub dari garis Bunda, dia juga cucu Kiai Fakhruddin. Karena haul sesepuh, Hizaz sekeluarga hadir. Keluarganya tinggal di Gresik. Hanya pada saat acara keluarga atau hari raya mereka pulang kampung.

Tilawah Cinta Salsabila (On Go)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang