Assalamualaikum Sahabat Fillah Alvie semuaaaa...
Kisah ini Squel dari Ufis. Kalo belom ada yang baca Ufis, silakan mampir ke lapak sebelah. Sekalian berondong Ufis dengan dukungan bintang dan kommennya 😊😊
Selamat membaca kisah lima serangkai yah. 😉😉
__________________________
_____________________________Kumandang adzan subuh mengalun merdu dari corong Masjid Al-Hikmah. Sebuah masjid yang tidak terlalu besar namun nampak megah dengan interior kaligrafi di setiap sudut dinding bagian dalam. Masjid itu berada di pusat perkampungan. Tepatnya lagi di Dusun Cempaka Putih.
Dusuh Cempaka Putih terkenal dengan keramahan dan semangat para warganya. Mereka selalu kompak dalam banyak hal. Khususnya dalam segi ibadah.
Setiap waktu solat fardu, masjid Al-Hikmah selalu ramai. Apalagi waktu maghrib dan subuh. Sebab selain orang dewasa, Masjid tersebut di fungsikan sebagai sarana belajar mengajar Al-Qur'an anak kecil usia lima sampai tiga belas tahun.
Kiai Fahruddin, selain sebagai pengelola masjid juga mendapat amanah mengajar anak-anak mengaji Al-Qur'an selepas solat maghrib dan subuh. Lelaki berusia lima puluh tahunan itu memiliki tingkat kesabaran tinggi dalam menghadapi tingkah polah anak kecil. Tak heran jika para orang tua tak segan-segan mendaftarkan putra-putrinya untuk ikut mendalami ilmu Al-Qur'an pada beliau.
Terbukti ada sekitar dua puluh anak didik yang mengaji padanya. Diantaranya Salahuddin Al-Ayyubi, Salsabila Haura Alwiyah, Nadifah Fikriyah, serta si kembar Muhammad Adam dan Muhammad Adim. Mereka dijuluki lima serangkai. Bersahabat sejak masih balita. Sebab orang tua kelima bocah itu memang pada dasarnya bersahabat. Karena itu, merekapun tak mau kalah. Bahkan mereka memiliki markas rumah pohon di kediaman Ayyub, sang ketua grup.
"Allahu Akbar." Kiai Fakhruddin mengumandangkan takbirotul ihrom.
"Allahu Akbar." Serempak para jamaah mengikuti gerakan solatnya.
Jamaah yang terdiri dari warga kampung Cempaka Putih berdiri khusu' membentuk shof. Tidak hanya orang tua tetapi anak-anak santri pengajian juga hadir. Walau ada yang masih terlihat mengantuk, mereka tetap bersemangat menuntut ilmu pada waktu subuh.
Solat subuh telah usai. Para warga dewasa sudah kembali ke rumah masing-masing. Mereka akan memulai aktifitas pagi. Sedangkan anak-anak pengajian sudah duduk membentuk dua barisan memanjang dengan Al-Qur'an masing-masing. Mereka siap menyetorkan lanjutan tilawah yang akan di benarkan ketika ada bacaan yang salah satau kurang tepat makhroj-makhrojnya.
Kiai Fakhruddin sudah duduk di tempat biasa. Beliau melingkarkan tasbih kaoka berwarna coklat pada pergelangan tangan kanan.
"..... Lahumul Fatihah." Ucapan beliau mengintruksi pembacaan surah Al-Fatihah bersama-sama.
Seperti biasa, usai menyetorkan lanjutan tilawah mereka akan mendengarkan Kiai Fakhruddin menerangkan bab fikih. Hanya satu tema setiap harinya.
"Kemarin sampai bab apa?" Tanya beliau mencoba mengingat.
"Bab I'tidal, Bah." Jawaban serempak terdengar mantap.
"Baiklah. Sekarang Abah akan menerangkan bab sujud. Anggota sujud ada tujuh. Dahi, kedua telapak tangan, kedua lutut, dan kedua telapak kaki. Apabila salah satu dari ketujuh anggota sujud tudak menyentuh bumi maka solatnya tidak sah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tilawah Cinta Salsabila (On Go)
Spiritüel#3 In Sahabatfillah: Ahad,260341 Salahuddin Al-Ayyubi, Salsabila Haura Alwiyah, Nadifah Fikriyah, serta si kembar Muhammad Adam dan Muhammad Adim terikat dalam ranah persahabatan berjuluk Lima Serangkai. Mereka bersahabat sejak masih kecil. Ayyub...