3. Idul Adha

151 17 2
                                    

الله اكبر الله اكبر الله اكبر
لا اله الا الله الله اكبر
الله اكبر ولله الحمد

🍓🍓🍓


Dzikir rutin selepas solat maghrib baru saja selesai. Seluruh santri putri masih setia di barisan masing-masing. Duduk anteng tanpa berniat beranjak pergi.

Kiai Anwarullah selaku pengasuh ponpes putri Basmalah masih duduk bersila di tempat imam solat. Beliau istirahat beberapa detik usai memimpin doa. Baru kemudian meraih kembali mikrofon yang sempat di letakkan di samping sajadah.

"Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar Lailaha Illallahu Allahu Akbar Allahu Akbar Walillahil Hamd." Lantang beliau membaca takbir hari raya qurban.

"Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar Lailaha Illallahu Allahu Akbar Allahu Akbar Walillahil Hamd." Tak kalah lantang seluruh santri ikut bertakbir secara serempak.

Santri yang hadir memang tak lebih banyak dari dua puluh lima orang. Karena dua hari sebelum hari raya tiba seluruh santri sudah liburan pesantren selama satu minggu lamanya.

Mereka yang masih bertahan di pesantren adalah beberapa pengurus pilihan dan beberapa santri yang memang ingin merayakan hari raya di pesantren.

Sebagai pengasuh Kiai Anwarullah sangat senang dari ratusan santri putri yang menuntut ilmu di Basmalah ada yang dengan senang hati tetap berada di pesantren walau liburan sudah berlalu.

"Besok sebelum jam tujuh sudah harus berada di masjid. Karena solat eid dimulai jam tujuh pagi." Ujar beliau.

"Enggi, Kiai."

Dengan khidmat mereka kembali menggemakan takbir. Tak mau kalah dengan takbiran yang dikumandang santri putra di musollah maupun di masjid pesantren.

Tak terasa waktu isha pun tiba. Mereka kembali berdiri. Menghadap ilahi robby dengan hati yang lapang dan penuh ketenangan. Takbir, rukuk, dan sujud mereka persembahkan hanya kepada Allah Sang pemilik alam semesta.

Usai solat isha takbiran dilanjutkan sebentar. Lalu dilanjut dengan tausiah seputar hari raya Idul Adha.

".... Mengapa saat hari raya umat islam harus berqurban bagi yang mampu? Mengapa harus begitu?"

Kalimat itu bukan untuk dijawab oleh santri yang hadir. Beliau hanya mengisyaratkan asal muasal adanya qurban. Agar para santri tidak hanya sekedar tau. Tetapi menyimpan sejarah qurban dan mengambil faidah yang terkandung dibaliknya.

Pada masa Nabi Ibrohim datanglah Iblis mengusik keikhlasan Nabi Ibrohim. Saat itu Nabi Ibrohim adalah salah satu hamba yang selalu menyedekahkan hewan ternak miliknya kepada faqir miskin. Tidak hanya puluhan tetapi ratusan hewan ternak seperti domba dan unta.

"Ibrohim. Ibrohim. Kamu tidak sayang hewan ternak sebanyak itu kamu sedekahkan? Kenapa tidak kau makan sendiri saja. Kan sayang kalau diberikan kepada mereka." Kata Iblis yangmenyamar sebagai manusia.

"Jangankan hanya hewan ternak. Bahkan, jika aku harus menyembelih anakku sendiri aku ikhlas jika memang sudah di perintahkan oleh Allah."

Saat mengucapkan hal tersebut Nabi Ibrohim belum di karuniai keturunan saat memperistri Siti Sarah.

Beberapa tahun kemudian Nabi Ibrohim memiliki putra yang di beri nama Ismail dari istri keduanya--Siti Hajar yang kala itu tinggal di Makkah. Nabi Ibrohim membawa Siti Hajar beserta putranya yang masih bayi ke sebuah padang sahara yang kala itu tidak berpenghuni.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 21, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tilawah Cinta Salsabila (On Go)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang