❤(4)❤

29 5 0
                                    

Lima bulan telah berlalu. Kak Reka sudah menginjak kelas 2. Dia sudah kuanggap sebagai kakak, begitu juga dengan Nada. Kami sering bertemu bahkan berdiskusi bersama. Tak jarang teman teman kelasnya yang hobi menulis bergabung untuk berdiskusi, begitu juga dengan teman teman dikelas kami pun ikut bergabung.

Kak Reka orang yang baik, humoris, dan berjiwa sosial yang tinggi. Lelaki berkulit sawo matang dengan berkacamata itu menjadi ciri khasnya. Kak Reka bukan seorang perokok, walaupun teman temanya banyak yang menjadi perokok. Pacar?  Dia sedang berjihad menjadi jomblowan sejati. Alasanya sih dia belum bisa berkarya.

"Eh, bukanya dia orang yang dulu ya? Bisikku dalam hati. Sekilas aku melihatnya,  senguman terukir dan lesung pipi di sudut kanan bibirnya. Anak ipa bukan? Kok sering banget ke taman dekat kelas ipa? Batinku lagi masih mengamati nya dari kejauhan. Pakaiannya yang rapi, bercelana biru panjang dengan seragam putih dengan lengan pendek. Rambutnya rapi, tak panjang seperti temanya. Lebih mirip anak ips!  Ah tidak mungkin!  Kelas ips terbilang lumayan jauh! Gumamku yang saling beragumen. Pandanganku belum lepas dari pemilik senyum manis itu. Novel yang awalnya kubaca kugeletakkan diatas meja, halaman demi halaman tersapu angin,  membuka lembaran demi lembaran.

"Hoi, liat apa? " kata seorang laki-laki yang sudah sering kudengar suaranya.

"Yah, kak Reka! " balasku gelagapan. Pemilik nama Reka hanya tertawa melihatku lantas menjitak kepalaku.

"Dasar adik koplak, melamun terus! Kayak Nada dong, nulis! Hhh"ledeknya kembali menjitakku.

"Aku enggak koplak, kak Reka aja yang ngajarin jadi koplak. Hhh... " balasku tak mau kalah.

Seperti inilah setahun ini, selain aktif didalam kelas aku juga sering bercanda dengan kakak kelas bernama Reka Setya Nugraha. Berdiskusi, guyonan, menulis, membaca banyak ku habiskan ditaman, sesekali pula mengunjungi perpustakaan  untuk meminjam buku.

Aku lupa, hampir sebulan ini juga aku sering melihat lelaki pemilik senyum manis berada diperpustakaan. Entahlah, sesekali aku melirik kearah dimata lelaki pemilik senyum manis berbicara, tertawa pada temanya. Tak disangka sorotan mata kami akhirnya bertemu, bukan sekali tapi sering. Mungkin lelaki pemilik senyum manis itu mengetahui kehadiran ku.

"Kalian disini,"seorang perempuan yang tak lain adalah Nada mendekat. "Kak Reka pikun atau gimana sih!  Teman temanmu udah nungguin kakak di lapangan dekat gedung sekolah buruan kesana, entar diamuk massa! "sambung Nada sedikit berteriak. Pemilik nama Reka hanya melongo, melupakan sesuatu janji. Kami tertawa setelah melihatnya berlari terbirit birit. Benar saja, kakak kelas yang kami anggap kakak kami sangat lah pikun, entahlah padahal karya tulis nya sering membahas masa lalu tapi kalau soal acara dan janji Kak Reka mudah lupa. Sudahlah..


#TBC🙏

Sweet Guy✔(Sudah Direvisi )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang