chapter 4 my first assassination

11 2 4
                                    


Setelah seorang gadis yang mempunyai rambut hitam bercabang sebahu yang bernama Xandria ini menceritakan pengalamannya aku pun mengerti apa yang dia selama ini rasakan di dalam lubuk hatinya juga rasa hasrat benci dan dendam di hatinya.
Ya bisa di bilang jika masa lalu gadis bernama Xandria ini melahirkan rasa benci yang mendalam dan mungkin menyisakan truma yang berat tapi di samping itu dia memiliki dendam yang sama sekali belum terbalaskan yaitu menebas kepala ayahnya sendiri atau menabrak ayahnya hingga tubuhnya hancur tak berbentuk.
Aku hanya bisa melihat gadis ini dengan tatapan dingin.
Aku tidak tau ada apa dengannya. Maksudku kenapa gadis ini ingin mempercayaiku? Apa yang dia harapkan dariku? Kata-kata itu berulang kali terlintas di kepalaku.
Sampai sekitar 1 jam setelah dia bercerita tentang pengalamannya dia pun mulai berbicara lagi denganku.

"Hei Yura-san, apa kau punya masa lalu yang kau tidak ingin ingat?" tanya Xandria.
"Bukan urusanmu" balasku dengan nada yang kubuat sedingin mungkin sembari memalingkan wajahku agar dia tidak dapat melihat gerak-gerik mencurigakanku.
"Sepertinya kau punya..." ucap Xandria sembari menatapku dengan tatapan curiga.
"Apa sebenarnya maumu bocah?!" ucapku sembari menaikan nada suaraku yang asalnya datar dengan tatapan kejam pada Xandria.
"Ya,kau punya" ucap Xandria sembari memalingkan wajahnya dariku.
"Tch, itu bukanlah urusanmu!" balasku dengan tatapan sinis dan kejam padanya.
"Ceritakan saja" ucap Xandria padaku. Setelah mendengar ucapan Xandria aku langsung memalingkan wajahku dan pergi meninggalkannya sendiri.
"Kau tidak mendengarku? Atau kau memang sengaja pergi meski kau mendengar dan mengerti akan setiap kata yang baru kukatakan? Atau kau memang tidak mempercayaiku sama sekali?"
Aku dihujani oleh pertanyaan yang selama ini tidak ingin kudengar. Dan benar saja aku mendengarnya lagi setelah bertahun-tahun aku tidak mendengar pertanyaan semacam itu dari manusia-manusia tidak berguna sama saja seperti gadis yang bernama Xandria ini. Setelah aku mendengar perkataan yang keluar dari mulutnya aku berhenti sejenak. Entah mengapa saat itu terasa seperti ada sesuatu yang membuatku geli akan nasibku ini. Sehingga aku tertawa sangat kencang saat itu.
"Pfftt..BWAHAHAHAHAHAHA..HAHA..kau gadis kecil yang bodoh sangat bodoh. Apa kau mau bunuh diri?" tanyaku dengan senyumanku yang lebih tepatnya seringaian.
"Apa maksudmu?" tanya Xandria dengan tatapan aneh yang dia tunjukan padaku.
"Ho,jadi kau tidak tau ya...? Bagaimana jika kubilang aku adalah psikopat? Apa kau akan takut padaku?" tanyaku pada Xandria sembari mengasah pisauku yang menurutku kurang tajam untuk memotong daging manusia.
"Apa yang kau pikirkan? Apa kau tidak tau bahwa aku juga seorang psikopat sepertimu.." ucap Xandria dengan nada yang kudengar sedikit bergetar.
"Hmmm...bagaimana ya....apa aku bunuh kau disini saja ya..?" ucapku sembari melihat pisau yang sudah kuasah kemudian ku lukai tanganku dengan luka gores yang kubuat sendiri memakai pisau itu selanjutnya darah yang keluar dari luka gores itu ku jilati. Dan hal yang paling menggelikan adalah aku melihat seorang gadis yang berada di depan ku sembari mengakui dirinya sendiri sebagai seorang psikopat, akan tetapi gadis itu bergidik ngeri saat melihatku membuat luka gores yang cukup panjang dan dalam sehingga banyak darahku yang menetes dari luka gores yang berada di lengan kiriku itu.
"A-apa yang sedang kau lakukan?!" tanyanya sembari ketakutan saat melihatku yang masih menjilati darah yang keluar dari luka gores itu. Dan kurasa darahku ternyata enak juga apalagi tidak terasa apapun setelah aku menggores tanganku sendiri.
"Aku menikmati darahku. Apa kau mau?" tanyaku sembari menyodorkan tanganku yang semakin banyak mengeluarkan darah.
"Yang benar saja aku bukan kanibal!" ucap Xandria sembari melotot padaku.
"Oh,jadi begitu ya..apa kau mau ku buat luka yang sama di lehermu dan kali ini mungkin kau tidak akan merasakan sakit sama sekali karena setelah kubuat luka itu di lehermu akan kutebas lehermu!" ucapku sembari mengayunkan golokku ke arah gadis itu.
"Tch,kau memang psikopat gila" balasnya sembari menatap ke arahku.
"Terserah apa katamu. Ada kata- kata terakhir?" ucapku dengan tatapan dingin ke arah gadis itu.
"Kau tau, jika aku yang ada di posisimu aku juga dapat mengerti apa yang kau rasakan. Tetapi sekali ini saja kau ingin mendengar apa yang aku katakan kau pasti mengerti" ucap Xandria sembari menatapku sendu. Tanpa ia sadari setetes air mata jatuh dari kedua matanya.
"Kumohon mengertilah Yura.."
Ucapannya benar-benar menggambarkan situasinya saat ini. Dia menangis di hadapanku. Ya..memang aneh karena setauku psikopat itu jarang sekali menangis bahkan mungkin bisa sampai berpuluh puluh tahun tidak menangis.
"Aku mengerti dasar bodoh!" balasku pada Xandria.
"Terima kasih Yura-san" balas Xandria sembari tersenyum kecil padaku.
"Tch, dasar bocah!" balasku sinis padanya.

"Aku bosan sekali...hari ini tidak ada yang menyenangkan"
Ucap seorang gadis berambut pirang dengan mata yang berwarna biru laut.

Tap...tap...tap...

"Seseorang kemari!" ucap Xandria ke arahku.
"Aku tau" balasku singkat pada Xandria.
"Aku dapat melihatnya! Dia lumayan juga menurutku" ucap Xandria.
"Tch, satu lagi bocah ingusan!" balasku.
"Dia bukan bocah dia sudah remaja" sahut Xandria.
"Terserah,aku tidak peduli!" balasku.

Tap...tap...tap...

"Ehh?" ucap gadis berambut pirang itu.
"Ada apa pirang? Apa kau takut pada kami?" ucap Xandria sembari menyeringai pada gadis itu.
"Ehh? Apa aku salah jalan ya...?" ucap gadis itu lugu.
"Tidak,kau tidak salah jalan kok" ucap Xandria yang berusaha menghibur dengan cara menutupi darah psikopatnya yang mengalir di dalam dirinya itu. Xandria terlihat tersenyum dengan begitu manis. Tetapi aku tau apa yang ada di benaknya... Ya apalagi jika bukan hiburan yang sudah lama ingin dia lakukan.
"Yura-san bagaimana menurutmu?" tanya Xandria sembari tersenyum padaku.
"Bunuh saja dia" balasku sembari memalingkan wajahku darinya acuh tak acuh.
"Ehh?! Apa katamu?!" tanya gadis pirang itu.
"Kau akan kami bunuh" jawabku singkat pada gadis pirang itu.
"Hey pirang aku rasa kau akan tau rasanya sakit itu seperti apa...." ucap Xandria pada gadis itu.
"Jangan harap!!!" ucap gadis pirang itu sembari mengambil sebuah gunting di sakunya.
"Tch,dasar bocah ingusan! Kau menantang kami rupanya" ucapku ketus sembari mengambil golok miliku.
"Kau ini bocah brengsek! Lebih baik kau diam atau ku colok kedua matamu itu!" ucap Xandria sembari mengambil sebuah pisau.
"Aku bukan bocah!!" ucap gadis itu.
"Kau cari mati rupanya" balasku dengan mengarahkan golok ku itu.
"Tak akan kubiarkan!!" gadis pirang itu memasang wajah marahnya.
"Mukamu buruk juga rupanya" ucapku sembari menatap gadis itu dingin.
"Ergghhh....akan ku bunuh kau!!" ucap gadis pirang itu sembari melempar guntingnya je arahku.

Jleb..

Gunting yang dilempar gadis pirang itu menancap di tangan kiriku. Aku hanya melihat itu dengan tatapan datar miliku lalu mencabut benda itu dari tanganku. Aneh padahal luka tusukanya cukup dalam kenapa aku tidak merasa sakit? Aneh...

"Aha!! Bahkan kau kena hanya dengan sekali tusukan!" gadis pirang itu pun tertawa puas.
"Kau bocah!!!" Xandria terlihat sangat marah dia ingin menusuk gadis pirang itu tapi sayangnya dia meleset.

Jleb...

Gadis pirang itu menancapkan gunting itu tepat di perut Xandria darah pun mengalir deras dari perut Xandria yang ditusuk memakai gunting gadis pirang itu~.

Lalu......



















Gomennasai, ceritanya bakal lanjut di chapter selanjutnya ya... Minna-san....
Nah bagi para readers silahkan beri comment dan like jika para readers suka.

Sekarang author lagi buka Q&A nih jadi silahkan ya yang mau bertanya.... Author gak batasin waktunya kok jadi unlimited..
Oke... Sekian dulu ya... Para readers. Sampai jumpa lagi! ^•^

My life in the cruel worldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang