"Thanks Jeff!"
"Yo, bang!" Seorang pemuda jangkung itu pun melambaikan tangannya pada Jeffrey --adik kelasnya yang kemudian melajukan mobilnya pergi--.
Pria jangkung itu berbalik badan yang kemudian disambut pelukan oleh sang adik perempuannya.
"Kak Jace, bau amis!" Protes sang adik. Walaupun begitu, ia tetap tak mau melepaskan pelukannya dari sang kakak.
"Eh, siapa bilang? Wangi gini!" Seru sang kakak yang kemudian diselingi tawa renyah.
"Apa lagi ini bang?" Tanya adik laki-lakinya yang sedang melipat tangannya di dada sambil menatap malas ke arahnya.
"Biasa tikus negara bikin rusuh warga." Jawab sang kakak santai.
"Harus banget ya ngotorin tangan?" Lanjut sang adik laki-laki lalu menggendong adik perempuannya.
"Ya gimana ya, seru aja gitu liatnya."
----------
"Kak Chris suka warna apa?" Tanya sang adik sambil membawa buku gambarnya.
"Kalau kak Chris sih suka warna putih gitu. Emang ada apa kok Rianne tanya gitu?" Tanya Chris lalu memangku adik kecilnya itu.
"Rianne ada tugas disuruh menggambar, jadi Rianne mau gambar kakak-kakak Rianne aja. Biar temen-temen Rianne iri liat Rianne punya kakak-kakak ganteng." Chris hanya tertawa gemas mendengar ocehan sang adik.
"Tapi, kalau putih, nanti bajunya kak Chris kayak gak ada warnanya dong?" Rianne kembali mengoceh sambil mencoba mengusapkan batang pewarna itu ke kertas buku gambarnya.
"Kalo gak bisa, yaudah pakai warna biru aja. Kakak suka kok." Kata Chris sambil menunjuk salah satu crayon pada sang adik yang kemudian kembali disibukkan dengan kegiatan mewarnainya.
"Kalo kak Jace suka warna apa ya?"
"Emm..."
----------
"Kak Jace," Panggil Rianne pelan sambil membuka pintu kamar sang kakak perlahan. Dinding berwarna gelap pun menyambut penglihatannya.
"Loh Rianne ngapain ke sini?" Tanya Jace yang sedang menatap laptop nya dengan serius.
"Rianne mau tanya ke kakak." Jawab sang adik yang kemudian langsung melesak ke pangkuan sang kakak.
"Itu apa kak?" Tanya Rianne sambil menunjuk sebuah gambar yang tertera di layar laptop sang kakak.
Jace hanya menaikkan alisnya sebelah yang tak lama tersenyum manis ke arah sang adik lalu mengusap rambutnya lembut.
"Itu namanya mahakarya." Jawabnya tak henti mengusap rambut lembut milik sang adik.
"Maha-karya?" Tanya Rianne mengulang perkataan sang kakak yang hanya dijawab anggukan oleh sang kakak.
"Iya, mahakarya. Mahakarya itu barang karya seseorang yang sangat indah." Ulang sang kakak tersenyum.
"Tapi, kenapa wanita ini mengeluarkan darah dari kepalanya."
"Eits, siapa bilang itu darah? Itu hanya cairan kental manis berwarna merah." Sanggah sang kakak.
"Benarkah?" Sang adik tetap tak percaya sambil menyipitkan kedua matanya.
"Iya, percayalah." Sang kakak tersenyum lalu menutup laptopnya.
"Tadi Rianne mau tanya apa?" Tanya sang kakak menyadari bahwa tujuan awal sang adik adalah bertanya sesuatu kepadanya.
"Rianne gak jadi tanya kak, Rianne udah tau kok warna kesukaannya kakak tuh warna merah." Jawab Rianne lalu mulai mengusap crayon nya pada gambar sang kakak.
"Eits, kakak memang suka warna merah, tapi bukan warna merah yang ini." Jawab sang kakak sambil menahan tangan kecilnya untuk melanjutkan pemberian warna pada gambarnya.
"Lalu?"
"Kakak suka warna merah yang langsung dari cairan kental manis itu tadi." Jawab sang kakak. Sang adik menunjukkan wajah terkejutnya.
"Tapi, dimana Rianne bisa dapat cairan itu kak?" Tanya sang adik yang mulai tertarik akan arah pembicaraan kakaknya.
"Rianne benar-benar mau mendapatkannya?" Tanya ulang sang kakak yang hanya dijawab dengan anggukan kecil sang adik.
"Baiklah, kalau begitu ayo kita cari cairan itu." Kata sang kakak mulai menggandeng tangan kecilnya sambil membawa kunci mobilnya.
"Ready? 1, 2, 3, blood!"
--------
TBC...
Hari ini aku triple update demi kalian lho guys, sekalian buat perayaan besok hari terakhir PAS gitu.
Ok deh kalo gitu,
Bai bai ✋
KAMU SEDANG MEMBACA
Once Upon A Time
General FictionIni bukan mitologi Yunani kuno ataupun Romawi kuno Bukan juga film action yang hanya mengerti apa itu tembak menembak Bukan juga cerita kolot agresi militer yang meresahkan banyak orang Ini tentang keluarga, musuh, dan dunia