Uno

25 19 0
                                    

BRAK!!

Hannah, perempuan itu terjengkit kaget di depan laptopnya. Sementara dua orang lainnya --Dela dan Ais-- hanya menatap malas ke arah pintu.

"Ngapain banting-banting pintu? Mau benerin entar kalo engselnya copot?" Pelaku hanya cengengesan tidak jelas di dekat pintu. Nana, bocah itulah pelakunya.

"Kan Gue semangat gitu habis olahraga!" Mata Dela menyipit.

"Siapa yang lo bunuh? Si Luke?" Seketika tamparan pelan dari Hannah pun ia --Dela-- dapatkan.

"Gak sopan!" Ketusnya. Sedangkan yang ditampar hanya mengendikkan bahunya acuh.

"Ya kali gue bunuh kakak gue! Itu loh gue kemarin pesen senjata kan di deep web, nah ternyata penjualnya nipu! Ya gue bunuh lah!" Hannah mengernyit. Perasaan bocah itu tidak meminta tolong padanya kemarin.

"Lo buka deep web sendirian? Wah gila lo. Lo mati gue tasyakuran pokoknya." Seru Ais membuat bocah itu --Nana-- menggerutu.

"Kan ada kak Peter." Jawabnya tak terima. Walaupun dia pembunuh tetap saja dia takut ucapan Ais tadi dikabulkan.

"Kebiasaan lo. Berjuta orang di rumah sakit ngeluarin uang gak sedikit buat bertahan hidup. Lo tinggal todong aja." Tentu saja kepalanya mendapatkan tempeleng dari seseorang. Tunggu, siapa yang berani menempeleng kepalanya?

"Butuh kaca dek? Gue belikan." Ok sip kakaknya Mark ada dibelakangnya pas membuatnya hanya mengeluarkan cengiran bodohnya.

Siapapun pasti tau bahwa ia --Dela-- sangat takut pada kakaknya. Tidak hanya Dela sih, semuanya juga takut sama kakaknya.

"Aku kan gak sembarang bunuh musuh kak, hehehehe." Mark menggeleng pelan lalu duduk disamping adiknya.

"Oh ya, Rianne kemana?" Tanya Nana sambil melihat sekeliling.

"Si Rianne pergi sama bang Jay." Jawab Brian yang sedang memegang secangkir kopi.

"Kak Luke?" Tanyanya kembali.

"Ikut pergi juga mau bunuh anak buah di distrik sebelah." Jawab Brian --lagi--.

"Gue ditinggal?! Awas ya dateng-dateng gue todong tuh tiga orang." Hannah mengernyit.

"Yang ada lo kali yang ditodong tiga orang!" Jawab Ais lalu merebut kopi sang kakak --Brian-- yang hanya misuh-misuh karena cangkir kopinya diambil.

Nana hanya cengengesan tanpa rasa berdosa lalu berjalan ke arah meja Jeffrey.

"Kak, ngapain kak. Ada orang baru?" Tanyanya mendekat ke arah Jeffrey.

"Iya, tapi kayaknya Dela sama Ais udah cukup." Sedangkan dua orang di seberang hanya tersenyum penuh arti ke arahnya.

"Bodo amat njir, gak usah gabung aja lama-lama gue!" Oke bayinya sedang pundung.

----------

Malam ini, mereka mengadakan pesta barbeque atas keberhasilan Jay, Luke, dan Rianne menamatkan riwayat dua puluh orang anak buah mafia di distrik sebelah.

"Dek, cola?" Tanya Brian yang tiba-tiba berada di sebelah Dela.

"Makasih." Senyuman Brian muncul hingga matanya tinggal segaris.

"Besok lo sama Ais mau nugas ya?" Tanya Brian sambil ngeliat adiknya yang sedang membawa piring piring berisi daging yang sudah matang.

"Iya. Kenapa?" Suara kaleng cola terjatuh terdengar. Seratus untuk lemparan Dela ke tong sampah terjauh.

"Gue minta tolong jaga Ais bisa kan?" Tanya Brian sambil menatap bintang.

"Lah kok? Gue pikir Ais udah belajar bunuh dari kecil sama kakak." Tawa kecil terdengar di telinga kanan Brian.

"Gue bener-bener minta tolong sama lo." Brian menatap tajam Dela dengan mata rubahnya.

"Terima alasan." Hembusan nafas terdengar.

"Lo kenal Eric?"

"Huh?"

----------



































































TBC....

Once Upon A TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang