3. Caca-cici cacing tak bisa dibilangin

14.8K 610 38
                                    

Selamat membaca!
♧♧♧

"Dasar dosen pengganti gila, Ganteng Ganteng Sialan! Beraninya mengurungku disini sendirian. Hhhuuaaa ..." Gerutu Alisyah sambil membereskan ruangan Azka.

Walau tak suka ia tetap saja melakukan perintah Azka agar membereskan ruangannya. Karena sesungguhnya dia takut pada ancaman Azka yang mau mengeluarkannya dari kampus. Walau bagaimana pun bandelnya dirinya, suka titip absen Alisyah masih sayang dengan kuliahnya.

Selang beberapa menit berlalu, ruangan Azka selesai dia bersihkan juga rapikan. Alisyah menghempaskan dirinya ke sofa yang ada diruangan tersebut untuk melepas penat dan mengistirahatkan diri. Lalu tanpa sadar dia pun tertidur.

Alisyah tidur dengan pulasnya beberapa waktu lalu terbangun setelah tiga jam berlalu. Matanya mengerjap memperhatikan sekitarnya, sedikit terkejut mengetahui dimana dirinya berada bukanlah kamar kosnya melainkan ruang kerja seseorang dan itu ruang Azka dosennya. Tetapi, hal itu tak berlangsung lama setelah dia ingat kejadian yang membuatnya berada disana.

Alisyah beranjak bangun menguap sambil membenarkan dirinya yang agak berantakan setelah tidurnya. Lantas dia menggaruk kepalanya yang tak gatal karena merasa tak tahu harus apa. Berlanjut dengan bunyi perutnya yang menandakan lapar membuatnya refleks menatap sekitar.

Syukurlah tak ada orang. "Fiuhhh ..." Alisyah menghela nafas lega.

Andai ada orang lain yang mendengarkan bunyi perutnya terutama mahluk ganteng, mau ditaruh dimana wajahnya. Dilemari? Yang benar saja, lemari tempatnya menyimpan pakaian bukan wajah.

Perutnya kembali berbunyi untuk kedua kalinya dan hal tersebut membuat Alisyah mengeram kesal.

"Caca, Cici sabar napa? Nggak liat apa keadaanku yang sedang terkurung dan disini tidak ada sesuatu yang bisa dimakan," asalnya mengelus perutnya sambil mengomeli mahluk yang bersemayam didalamnya. Maksudnya cacing-cacing yang ada dalam perutnya.

Namun, lapar yang kian menjadi membuat perutnya berbunyi kian sering dan membuat Alisyah meringis geram prustasi. "Aaarrgghhh ... diam perut sialan, Caca, Cici goblok! Walau nggak ada orang bukan berarti loh semena-mena bunyi, ya," gerutunya menggila lalu ketika kegeramannya sudah dipuncak, Alisyah bangkit berniat mendobrak pintu ruang kerja Azka agar terbuka.

Namun, mana mungkin bisa terbuka, sebab dia mendobraknya dari dalam bukan luar. Ditambah tenaganya sebagai seorang wanita membuat pintu bisa terbuka adalah mustahil.

Meskipun begitu Alisyah tak menyerah mendobraknya berkali-kali dengan tenaga yang dia punya. Sekali mundur mengambil ancang-ancang persiapan dan dengan kerasnya menabrakkan dirinya ke pintu. Percobaannya gagal membuat Alisyah mencoba lagi dan lagi.

Sampai tiba-tiba pintu terbuka lebar saat Alisyah mengambil ancang-ancang dan tak siap sigap berhenti. Menyebabkan dirinya menabrak dirinya pada seseorang yang baru datang.

Gubrak!

"Aaarrgghhh ... bangke, kenapa sakitnya melebihi ketabrak batu berjalan!" Alisyah terjatuh terjerembap meringis sakit dia atas tubuh orang yang ternyata adalah Azka.

"Apa kamu tidak punya kata yang lebih layak diucapkan lagi?" Azka datar dengan cepat menyingkirkan Alisyah dari atasnya.

Alisyah cemberut sambil menatap kesal, "habisnya Bapak mengurung saya disini seperti tahanan."

ALWAYS FOREVER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang