Mark mengeluarkan barang-barang yang tidak penting dari ransel dan menggantinya dengan persediaan makanan. Aku sedang memilah pisau-pisau untuk alat perlindungan diri kami.
"Sayang?" panggilku, sambil berjalan mendekati suamiku yang sedang sibuk dengan isi ransel. "Iya?"
"Nah sudah selesai"
"Nih!" kataku sambil memberinya pisau daging."Oh God! Kau membuatku terkejut. Ini benda tajam, jangan sembarangan"
Aku pun terkekeh.
"Ayo. Aku ingin segera pulang" kataku. Mark mengangguk lalu memakai ranselnya."Cali. Kau harus berjanji padaku" Aku pun menatap wajah Mark sambil tersenyum, lalu mengangguk. "Kalau lelah harus bilang, kalau haus bilang, kalau kakinya sakit bilang, kal-" sebelum dia mengoceh Aku langsung memotongnya. "Iya iya tenang saja sayang"
"Ok. ready?"
Mark menggenggam tangan kananku, sementara tangan kiriku memegang pisau daging yang kuambil dari dapur cafe.
Mark membuka pintu, kami pun mulai berlari menuju lantai bawah. Anehnya, sedari tadi kita tidak bertemu zombie satupun, bagus sih. Kami pun berhasil keluar dari Mall ini.
Mark membukakan pintu mobil lalu kami pun masuk. "See? mudah. Kita akan pulang" Aku hanya tersenyum. Mark mulai menyalakan mesin lalu berputar balik, menuju jalan sebelumnya.
#NCT127 - Jet Lag
Aku melihat sebuah plang bertuliskan "Pengungsian 1 km"
Mobil terus berjalan, sampai akhirnya Mark menoleh ke belakang berkali-kali. Aku yang mulai penasaran pun melakukan hal sama.
Kami melihat drum-drum sedang menggelinding menuju arah kami, di belakang drum itu ada dua zombie perempuan sedang berjalan cukup cepat.
"Tidak ada waktu, kita harus keluar" Mark melepas sabuk pengamannya lalu mengambil ransel. Aku pun melakukan hal sama tetapi sabuk pengamanku macet.
"Macet!"
Mark pun membantuku, tetapi tidak ada hasil, sabuk ini benar-benar macet, hingga akhirnya Mark menarik paksa sabuk ini agar terputus, bertepatan setelah terputusnya sabuk pengaman, sebuah dentuman terdengar.
Mark membuka pintu di sampingku lalu mendorongku keluar. Suara ledakan pun terdengar, api mulai membakar mobil yang kutumpangi.
Kulihat tubuh Mark terlempar berlawanan arah denganku. Kupegangi kepalaku yang terbentur aspal, perutku terasa sakit. Aku mencoba untuk berdiri lalu berjalan menuju tubuh Mark yang tergeletak di atas rumput.
"Mark!"
"Markeu!" Kutepuk pipi kirinya berkali-kali, tidak ada respon, matanya tertutup rapat. Bahkan wajahnya menghitam karena luka bakar."Mark fuckin' Lee! wake up! No. dont do this to me!"
Air mata mulai membasahi kedua pipiku, kupukul dadanya dengan keras. "Wake up!"
Aku pun mulai memberikan CPR berkali-kali, sampai akhirnya Aku menyerah. "Dont leave me!"
Aku menenggelamkan wajahku di dada Mark sambil melampiaskan kesedihanku. Sampai tiba-tiba kurasakan sebuah tangan mengusap rambutku. Aku pun mengangkat kepalaku dan melihat Mark sedang tersenyum kepadaku.
"Kukira kau mati! Kau tidak bereaksi ketika diberi CPR!"
Aku pun memukuli dadanya tidak peduli apakah dirinya kesakitan atau tidak. "Hey stop"
Mark pun bangun dengan bantuanku, kemudian Aku mendengar suara-suara geraman. Ternyata dua zombie perempuan tadi masih ada, sedang berjalan menuju arah kami.
Mark pun mengambil ransel yang tergeletak di rumput lalu menarik tanganku untuk berlari.
"Tadi Aku melihat plang pengungsian ke arah sana!" kataku. Mark pun mengikuti petunjukku. Kami berlari dan terus berlari tanpa menoleh ke belakang, kami pun berhenti di sebuah rumah yang cukup mewah.
"Kita bisa mencari mobil, dan pulang" kata Mark. Aku mengangguk, itu lebih baik daripada menuju tempat pengungsian dan menetap di kota ini.
"Itu dia garasinya!"
"Aku akan mencoba menyalakannya, kau di depan saja ya sayang" kata Mark. Aku mengangguk dan menunggu di depan garasi, sambil berjaga-jaga kalau ada zombie datang.
"Oh shit!"
Aku menoleh, sebuah kepala zombie mencuat keluar dari jendela mobil. Aku melihat ke sekeliling dan menemukan sebuah balok, segera kupukul kepala zombie itu, Mark pun menutup kembali pintu mobil itu.
"Astaga"
Prang!
Kaca mobil bagian depan pecah, Aku dan Mark pun saling bertatapan sampai kami tersadar apa yang akan terjadi, kami pun berlari dengan kecepatan penuh, menyusuri halaman rumah mewah yang sangat besar ini.
kami berhenti di depan sebuah tembok yang terbuat dari baja. "Naik!" kataku.
"Tidak!" kata Mark. Aku tidak menjawabnya, melainkan berusaha untuk memanjat. Aku pun berhasil, sementara Mark masih berusaha memanjat. "Markeu cepat!"
Zombie yang tadi hanya satu sekarang bertambah menjadi tiga. Aku pun terus meneriaki Mark agar cepat memanjat. Mark pun terjatuh ke tanah lalu bangun dengan cepat dan berlari bersamaku.
Aku berlari duluan di depan, melompati selokan yang cukup lebar, sampai akhirnya Aku menemukan sebuah plang bertuliskan "Pengungsian" lagi.
Ada sebuah gedung tua yang sangat besar, Aku membuka pagar itu, lalu menoleh ke belakang dan melihat Mark sedang berlari. "Masuk!"
Aku pun masuk, Mark segera menutup gerbang dan menguncinya, di dalam ada sebuah gerbang lagi yang sangat tinggi dan terbuat dari baja.
Aku melihat ada dua orang pria sedang berdiri di dalam sana.
Mark pun menarik tanganku mendekati kedua pria itu. "Izinkan kami masuk" katanya.
"Tidak bisa. Alat pendeteksinya rusak, kami tidak bisa mendeteksi kalian" kata mereka. Aku pun membulatkan kedua mataku. Apa-apaan ini?
"Bisa saja kalian sudah terinfeksi"

KAMU SEDANG MEMBACA
ESCAPE from zombies [Mark Lee]
Fanfic#17+ yooo If the zombies come to you, I will kill them for you...Baby girl, just calm down, I'm here. I will save you.. We could go home, we could go home made on 2018