Aku segera bangun lalu berjalan mundur, anak itu mendorongku hingga kepalaku terbentur tembok. Sebisa mungkin Aku mencegah kepalanya untuk mendekatiku, kugunakan kedua tanganku untuk mencekiknya.
"Mark!" teriakku.
"Arrgg Arrgg"
"Get the fuck off of me!"
Mark pun datang dari arah depan lalu menancapkan pisau daging di kepala anak kecil itu berulang-ulang, membuat si anak kecil tumbang dan terjatuh di lantai. Darah pun sudah memenuhi wajahku.
Aku memperhatikan anak kecil itu yang sudah tidak bergerak lagi, napasku masih tidak beraturan, Aku benar-benar shock.
Mark menggeret tubuh si anak kecil ke belakang, sepertinya dapur cafe ini. Aku berjalan dengan gontai menuju sofa tadi, lalu duduk sambil bersender pada dinding. Mataku masih tertuju ke depan, pikiranku kosong, tubuhku pun sudah bergetar sedari tadi. Rasa pusing dan sesak napas mulai muncul, Aku memegang dada kiri-ku lalu berusaha untuk bernapas normal.
"Baby what's wrong?!"
Mark pun datang, lalu duduk di sampingku, ia memegangi kedua bahuku lalu menatap wajahku.
"I-I can-cant breath"
Mark mengusap pipi kananku. "Hey kau bisa, sekarang tenang, tarik napas pelan-pelan"
Aku berusaha untuk melakukannya, tapi sulit. Aku pun mencoba untuk memikirkan sesuatu yang menyenangkan.
"Hey baby, kau bisa melakukannya"
"Ugh ugh ugh"
Kupegangi dada kiriku yang terasa sangat sakit, kututup kedua mataku untuk menahannya. Tidak lama kemudian Aku merasakan sesuatu mendarat di bibirku. Mark menahan bibirnya lama, membuatku terdiam.
Kubuka kedua mataku, lalu melihat wajah Mark yang sangat dekat, kedua matanya tertutup. Tidak lama kemudian, ia membuka kedua matanya lalu melepaskan ciumannya.
"Hey, I'm here."
Mark menangkub kedua pipiku, lalu mencium bibirku lagi singkat. Ia mengeluarkan kotak P3K yang ada di ransel kami.
Aku tidak mengeluarkan sepatah kata pun, hanya memperhatikan Mark. Ia mulai mengelap wajahku yang penuh dengan darah, ketika Ia mengelap pipi kiriku, Aku meringis.
"Ah"
"Hey ini akan baik-baik saja" kata Mark lalu membersihkan luka di pipiku dengan alkohol, kemudian ia menutup luka di pipiku dengan perban.
Mark menarik tubuhku ke pangkuannya, lalu memposisikan tubuh kami untuk berbaring. Kedua tangannya melingkar di perutku. Ia mendaratkan kepalanya di bahu kananku lalu mencium leherku singkat. "I'm here. You're gonna be okay"
Aku menolehkan kepalaku, lalu mengusap pipinya. "I love you" lalu menutup kedua mataku.
.
.Kubuka kedua mataku, lalu menoleh, melihat Mark sudah membuka kedua matanya, ia sedang memperhatikanku rupanya.
"Morning My Sunshine" sapanya sambil mengecup sudut bibirku. "Morning"
"Jam berapa?" tanyaku. Bukannya menjawab, Mark malah menciumi leher dan bahuku lalu mengusap perutku yang sedikit terbuka. "Masih jam tujuh" jawabnya.
"Dingin" kataku. Aku hanya mengenakan hotpants, atasan dan crop hoddie berwarna putih. "Makannya sini, cuddle aja" kata Mark, sambil memelukku dengan erat, ia kembali mengusap perutku.
Aku menoleh ke belakang, melihat Mark yang sedang tersenyum sambil memejamkan kedua matanya. Aku mencium bibirnya sebentar, ketika hendak melepasnya, Mark justru menarik leherku dan menciumku.
Aku menepuk bahunya karena posisi ini tidak nyaman, tetapi Mark tetap menahanku dan tidak mau melepaskannya. Tiba-tiba rasa mual mendatangiku, spontan kupukul bahunya dengan keras, membuatnya terkejut. Aku tidak peduli, Aku segera berlari menuju toilet cafe ini lalu memuntahkan isi perutku yang sebenarnya kosong, hanya cairan.
"Huekk"
Aku merasa mual sekali dan lemas, bahkan air mataku mulai menetes saking tidak kuatnya. Kurasakan sebuah tangan memijat tengkukku.
Aku pun terduduk di lantai sambil memegangi dahiku dan terus menangis, Aku tidak tahu mengapa Aku menjadi emosional seperti ini. Mark pun mengangkat tubuhku dan membawaku ke sofa tadi.
"Hey you okay?"
Aku menggeleng. "Mual banget, gakuat, pusing" Mark pun mengambil ranselnya dan mengeluarkan kotak obat.
"Pasti gara-gara tadi ya" kata Mark. "I'm so sorry"
Aku pun menggeleng. "No. Kuyakin bukan. Tunggu dulu, Aku rasa Aku sudah telat dua bulan"
Mark mengeluarkan minyak angin lalu mengoleskannya pada dahi dan dadaku. "Okay, Aku membawanya kok" kata Mark. Mark pun mengeluarkan sesuatu dari ransel dan memberikannya padaku. Ia menarik tanganku menuju toilet. "Semangat!" katanya setelah mencium puncak kepalaku. Aku pun ke dalam, dan mengujinya.
Setelah mendapat hasilnya, Aku pun keluar dan melihat Mark sedang mengusap wajahnya. "Kau kenapa?" tanyaku. "Nope"
Mark langsung mengambil testpack yang berada di tangan kiriku. "HEY TUNGGU DULU KAU INI!"
"YES!!! AKU AKAN MENJADI AYAH! I KNEW IT! DARI KEMARIN KAU SANGAT SENSITIF" katanya membuat kedua mataku membulat.
"What the hell Mark Lee?" Aku memelototinya, Ia justru terbahak lalu mengangkat tubuhku ke pundaknya. "Turunkan Aku!"
Ia mendudukkanku di pangkuannya lalu membuka sisa makanan semalam. "Aku sudah mengiranya, dari kemarin kau sensitif, ada yang aneh, makannya Aku bawa testpack"
"Aish nyebelin"
"I love you" katanya sambil mencium bibirku. "Sekarang sarapan dulu"

KAMU SEDANG MEMBACA
ESCAPE from zombies [Mark Lee]
Fiksi Penggemar#17+ yooo If the zombies come to you, I will kill them for you...Baby girl, just calm down, I'm here. I will save you.. We could go home, we could go home made on 2018