Chapter One

6.6K 501 203
                                    

(UN)DEFINED ARRANGEMENT

.

Chapter One
by skyrans

.

Disclaimer

Naruto/Drrr!!!/AnsatsuKyoshitsu/KnB
Also some brand clearly I've never owned.
No profits are earned from this piece of cake.

.

.

.

Sial! Sial!

Hinata terus mengutuk dalam benaknya. Ia merasa seperti orang gila yang menghalusinasikan tiap sudut rumahnya tertawa kepadanya. Sial! Ingatannya seperti mempertajam gambaran kenangan-kenangan itu. Hinata seperti dipaksa untuk terus mengingat segala yang pernah mereka lalui.

Bayangan bagaimana mereka bersama-sama mencoba memasak yang berakhir dengan kekacauan mutlak di dapur. Bagaimana mereka menghabiskan waktu akhir pekan dengan bermalas-malasan di sofa ruang tamu, memutar film secara acak tanpa lupa cemilan-cemilan sampingan. Lalu tentang kamar yang... ah, rasanya tidak perlu dipertanyakan. Mereka bintangnya di area itu.

Sebelumnya mereka begitu bahagia, seakan dunia memberikan segala yang mereka inginkan. Hinata benar-benar merasakan cinta untuk yang pertama kalinya. Dan Sasuke seperti menyerukan kepada semesta bahwa tidak akan ada lagi cinta yang bisa ia bagi selain kepada Hinata.

Itu tadinya.

Sekarang, Hinata malah berharap ia memiliki tekad dan hati yang cukup kuat untuk membakar habis rumah kecilnya ini. Ia berharap ia memiliki rasa tega yang cukup untuk membuang segala benda yang pernah mereka bagi bersama. Ia benar-benar ingin membasmi segala tentang Sasuke dari rumahnya. Juga dari hatinya.

Kenangan indah hanya terasa menyenangkan saat hal itu terjadi. Sisanya, kenangan itu akan mencoba meremukkanmu dari dalam saat segalanya berakhir. Dan Hinata tengah merasakannya saat ini.

Hinata menjatuhkan dirinya di sofa. Lututnya ia tekuk hingga dapat ia dekap dengan kedua tangannya. Wajahnya ia benamkan pada lutut saat ia memutuskan untuk berhenti menahan kesedihannya, membiarkan segala emosinya mengalir seperti yang selalu ia lakukan beberapa hari belakangan ini.

Terhitung enam bulan berlalu sejak mereka memutuskan untuk tinggal bersama, dan bagi Hinata saat-saat itu adalah momen terbaik di dalam hidupnya. Segalanya hampir terasa sempurna. Ya, hampir kalau saja Sasuke tidak memutuskan untuk selingkuh darinya.

Mungkin benar apa yang para orang tua katakan. Kebiasaan lama akan terus melekat. Sasuke sudah dikenal sebagai playboy kelas kakap. Memangnya apa yang Hinata harapkan? Hinata merasa bodoh untuk mempercayai bahwa Sasuke benar-benar mencintainya.

Tapi, hei... bodoh karena cinta itu suatu hal yang bisa dimaklumi, bukan?

Hinata mengangkat wajah saat ia mendengar bel pintu rumahnya berbunyi, diusapnya jejak air mata yang ia buat secara sembarang sebelum ia memutuskan berdiri, tanpa terburu-buru hendak menjemput panggilan dari balik pintu.

"Kejutan!"

Senyum lebar menyapa seketika Hinata membuka pintu, dan detik setelahnya ia sudah berada di dalam pelukan mematikan seseorang bersurai hitam yang sudah begitu dikenalnya.

(un)Defined ArrangementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang