3

47 14 3
                                    

Renjun baru saja akan mematikan kembali alarm pagi di handphonenya ketika ia ingat, bahwa hari ini adalah hari Senin.

Sekadar informasi, Renjun senang sekali dengan hari Senin. Karena hari Senin dimana Renjun bisa bebas berada di luar rumah tanpa harus dihujani berbagai macam pertanyaan.

Namun juga ada satu hal yang paling Renjun benci di hari Senin.

Makan pagi, alias, sarapan bersama.

Benci sekali Renjun dengan satu hal itu.

Kembali ke cerita.

Singkatnya, setelah aktivitas rutin setelah bangun yaitu bangun-mandi-bersiap, sekarang yang Renjun perlu lakukan adalah turun, dan menemui orangtua nya.

Dan bersiap-siap untuk menerima kuliah pagi dari Tuan Huang Jaehyun yang Terhormat.

Seperti yang sekarang dilakukan oleh Jaehyun, bertanya tentang harinya.

"Apa saja yang berhasil kamu lakukan pada tingkat ini, Renjun?" tanya Jaehyun sambil memfokuskan pandangannya ke arah Renjun.

Renjun menghentikan pergerakannya, lalu balik menatap Jaehyun. "Saya berhasil menyelesaikan tugas serta ulangan dengan baik, appa."

Jaehyun berdecak.

"Tentu itu sudah kewajiban kamu untuk melakukan hal tersebut. Yang appa maksud adalah, apa saja yang sudah kamu pelajari untuk membantu otak kosongmu dalam mengemban posisi direktur selanjutnya, Huang Renjun?!"

Renjun lalu berpikir cukup keras, menguntai jawaban yang menurut ia dapat memuaskan rasa penasaran appa nya, karena ia paham betul seberapa besar rasa ketidakpuasan Jaehyun terhadap anak semata wayangnya ini.

Namun kata hanyalah kata yang tersimpan.

Sebelum Renjun dapat menjawab pertanyaan ayahnya, Huang Myeonji, ibunya, sudah terlebih dahulu menjawab dengan sinis.

"Tak usah menginginkan macam-macam dari anak ini, Huang Jaehyun. Kamu tau seberapa bodohnya dia. Tentu yang ada di pikirannya hanyalah bagaimana caranya untuk bahagia bukan, Renjun? Terlalu asik memikirkan itu, ia makin menjadi bodoh tiap harinya. Eomma benar kan, Renjun?"

Pagi itu, meski pertanyaan Myeongji hanya di jawab dengan keheningan,

Diam-diam Renjun membenarkan dalam hati,

Ia, memang sebodoh itu.

••••••••••

Renjun tetap memikirkan sindiran yang datang dari kedua orang tuanya hingga memasuki pekarangan sekolah. Bahkan ketika Zhong Chenle memanggilpun ia masih abai terhadap panggilan tersebut.

Baru ketika Chenle menepuk pelan pundaknya, Renjun mengalihkan pandangan ke arahnya,

Yang dibalas dengan tatapan khawatir dari Chenle.

"Kamu kenapa? Kamu tampak memikirkan sesuatu, hyung." Tanyanya, yang hanya di balas dengan gelengan kepala Renjun.

"Aku tidak apa-apa, Chenle."

Chenle tampak ingin bertanya lebih lanjut, tapi tatapan enggan dari Renjun membungkam Chenle untuk bertanya. Akhirnya ia hanya mengangguk, lalu setengah menyeret Renjun untuk masuk ke dalam kelas.

Renjun kerap meyakinkan diri bahwa dirinya baik-baik saja, ia terus merapalkan kepada dirinya sendiri.

Namun setelah berkali-kali di tegur karena melamun, berkali-kali diberi tatapan penuh khawatir dari Chenle, Jaemin, dan teman-temannya yang lain,

Renjun tahu,

Bahwa ia tidak baik-baik saja.

Under Working- Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang