Ch. 01

2.5K 120 20
                                    

"Beamy..... ayo bangun" ujar pria tampan dengan lembut membangunkan pria yang bernama Beamy.

"Enghh.... " gumamnya malas.

"Beamy.... ayo, waktunya Beamy pergi ke sekolah" ujarnya lagi.

Bukannya bangun seseorang yang diketahui bernama Beamy itu malah memunggungi pria tampan yang membangunkannya dan makin merapatkan selimut tebalnya.

"Daddy harus ke kantor, sayang... " ujarnya yang ternyata adalah ayahnya.

"Daddy berangkat duluan saja ke kantor. Beamy masih ngantuk" ujarnya malas sambil membenamkan kembali tubuhnya ke dalam selimut tebal.

Sang daddy hanya bisa geleng-geleng kepala melihat bocah kecilnya yang masih tidak mau bangun juga. Jika sudah begini tidak ada cara lain selain....

"Beam Jaturapoom" panggil sang daddy dengan tegas.

Deg

Beam menegang di dalam selimutnya. Seketika mata yang awalnya masih terpejam karena mengantuk kini langsung terbuka. Beam tahu betul jika daddy-nya sudah memanggil nama lengkapnya itu berarti sang daddy sudah serius. Dengan malas Beam membuka selimutnya lalu bangun. Matanya melirik sang daddy yang bersedekap tangan lalu setelahnya sang daddy mengetuk jam tangan yang terpasang di pergelangan tangannya.

Cengiran langsung terpampang di wajah Beam. Dengan berat dia bangun dari ranjangnya lalu melangkah ke arah kamar mandi yang ada di kamarnya. Beam membersihkan diri sambil merengut kesal lantaran sang daddy tidak membiarkannya tidur lebih lama.

Sementara itu sangat daddy hanya tersenyum maklum melihat bocah kecilnya yang cemberut lucu menurutnya. Secepat mungkin pria tampan itu merapikan ranjang Beam sebelum putranya selesai membersihkan diri.

Suara dering ponsel menginterupsi senyum pria yang Beam panggil 'daddy' saat melihat id caller yang tertera di layar ponselnya.

"Ada apa, Lam!"

"Kau dimana, Forth" tanya seseorang di ujung telpon yang bernama Lam.

"Di kamar beamy" jawabnya.

"Gzzz..... Ayolah Forth..... Beam sudah besar. Biarkan dia bebas barang sebentar....." Lam berdecak "Apa kau tidak memikirkan bagaimana perasaannya, hah!" ujarnya "dengar! Beam itu anakmu bukan bonekamu!" imbuhnya.

Iya. Beam Jaturapoom adalah anaknya, bocah kecilnya, putra kesayangannya dan dunianya tempat dia melepas segala penat. Hanya dengan sebuah senyuman kecil darinya lah semua beban berat yang Forth tanggung langsung berkurang. Hanya mendengarnya mengucap kata 'daddy' seketika hati Forth menghangat. Melihatnya selalu tersenyum sangat membahagiakan Forth. Maka dari Forth berjanji tidak akan pernah membuat yang namanya air mata itu keluar dari kedua mata indahnya.

Forth menghembuskan nafas pelan. Kedua matanya terpejam erat, tahu bahwa kata-kata Lam barusan bukanlah sebuah candaan. Forth perlahan membuka matanya lalu berkata,

"Dengar.... apapun yang kulakukan semua itu semata-mata demi kebahagiaan Beam. Kau atau siapapun itu tidak berhak ikut campur atas kehidupan kami" ujarnya menegaskan. Tak berapa lama dia mendengar helaan nafas pasrah di ujung telponnya.

"Ck. Posesif sekali. Kau cepatlah datang, sebentar lagi kita akan memulai ra—"

Tiba-tiba Forth mengalihkan fokusnya dari pembicaraan Lam ke Beam yang baru saja selesai dengan ritual mandinya

"Daddy bicara dengan siapa?" Beam bertanya sambil sebelah tangannya mengeringkan rambutnya yang basah.

"Bukan hal yang penting, sayang" Forth mematikan sambungan telponnya sepihak lalu memasukkan benda persegi panjang itu ke dalam saku celananya.

Baby BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang