Ch. 12

1.1K 81 34
                                    

"Beamy.....!" si empunya nama hanya bergumam.

"Beamy.....!" Beam bergumam lagi.

"Beamy.....!"

"....."

"Beamy.....!"

"....."

"Beamy.....!"

"Stop it, daddy!" ujar beam kesal. Ia tidak bisa konsentrasi dengan materi pelajarannya lantaran sang daddy terus saja mengganggunya "jangan ganggu, Beamy lagi belajar!" ujarnya.

"Daddy tidak mengganggu kok. Beamy teruskan saja belajarnya" ujar Forth santai.

"Bagaimana bisa Beamy fokus belajar kalau daddy terus-menerus menciumi leher Beamy!" balas Beam kesal. Pikirannya terbagi antara belajar dan sentuhan sang daddy.

Saat ini Beam belajar ditemani Forth. Secara harfiah memang belajar namun kenyataan tidak seperti yang terlihat.

Beam duduk di atas paha Forth yang duduk di kursi belajarnya. Sebenarnya Beam tidak mau namun sang daddy terus memaksa dan jadilah ia yang mengalah. Menit-menit awal memang berjalan sebagaimana mestinya. Beam akan bertanya begitu dia menemukan materi yang kurang dipahaminya begitupun Forth, dia akan menjelaskan panjang lebar sampai Beam-nya mengerti.

Posisinya kali ini sangat nyaman untuk Beam belajar, bukan karena Forth mengajarinya melainkan tangan ayahnya akan melingkar erat di perutnya. Hangat dan terasa nyaman. Dia juga bisa merasakan hembusan nafas sang daddy di ceruk lehernya.

Forth juga menyukai posisinya saat ini. Ia bisa lebih dekat dengan Beam-nya, berlama-lama memeluk putranya juga menghirup dalam-dalam aroma tubuh sang putra. Semakin lama kegiatan tersebut berubah menjadi kecupan-kecupan singkat. Beam protes tapi tidak dihiraukan Forth. Dia malah menjadikan protesan tersebut untuk berbuat lebih jauh pada leher putranya. Sekali Beam protes maka Forth akan menjilat lehernya. Dua kali Forth akan menggigitnya, dan begitu seterusnya.

Beam protes bukan karena tidak mau tapi dia jadi tidak bisa berkonsentrasi pada materi pelajarannya. Leher bagian belakangnya sedikit sakit. Ia tidak tahu jika ayahnya sengaja membuat tanda di sana.

"Daddy..... ngghh..... cu-cukup....."

Bukannya berhenti sang daddy malah makin semangat menyesap kulit putranya. Ditariknya ke atas wajah sang putra agar posisinya makin mempermudah sang daddy mengeksplor lehernya. Permainan lidahnya membuat sang putra menggigit bibir bawahnya kuat.

Beam hanya diam mengikuti permainan Forth. Wajahnya makin menengadah ke atas ketika lidah basah Forth sampai di dekat garis rahangnya.

"Da–Daddy..... stop....."

Sang daddy hanya membalas dengan gumaman. Ia masih belum puas menikmati leher putranya. Selama Beam terus protes selama itu pula Forth akan menjamah kulit di depannya.

Beam mencoba mempertahankan kesadarannya di tengah-tengah serangan yang bernama 'kenikmatan'. Bukan hanya lehernya saja yang disentuh tapi perutnya juga. Ia tidak tahu kapan tangan hangat sang daddy masuk ke dalam piyamanya. Yang diingatnya hanyalah rasa hangat di sekujur tubuhnya. Dirinya tidak ingin semua ini berakhir namun pikirannya berkata lain. Alarm tanda bahaya bergaung keras di otaknya ketika tangan besar sang daddy bergerak semakin naik ke atas. Dan....

"Arrggghhh....."

Forth mengerang kesakitan tatkala Beam menyikut perutnya. Kesempatan itu Beam gunakan untuk melepaskan diri dari cengkraman Forth. Beam melihat bagaimana pria yang beberapa saat lalu menyentuhnya kini meringis kesakitan.

Baby BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang