Ch. 11

970 79 42
                                    

"Daddy....." seru Beam merengek dari atas ranjang sang daddy.

Sang daddy yang saat itu baru keluar dari kamar mandi langsung menghampiri putranya lalu duduk di sebelahnya. Masih memakai bathrobe karena sang putra lebih dulu memanggilnya. Ia tidak tahu kapan Beam-nya bangun, padahal kalau urusan bangun pagi putranya itu paling malas.

"Ada apa, sayang?" Forth mengusap kepala Beam sayang. Beam cemberut sembari tangannya menyodorkan benda mirip ekor kucing —anal plug– ke arah Forth.

"Bagaimana cara memakainya?" tanyanya.

Hening sesaat. Forth menelan ludah gugup, keningnya berkerut, berpikir bagaimana cara menjelaskan bahwa benda yang dipegang anaknya tersebut tidak untuk dimainkan anak seusianya. Ia beberapa kali melihat anal plug serta Beam bergantian.

"Daddy..... kenapa diam saja!" ujarnya sedikit kesal karena sang daddy tidak kunjung menjawab. Forth menarik nafas panjang lalu membuangnya perlahan.

"Sayang..... dengarkan daddy!" Forth mulai bicara "ini namanya kemoceng, benda khusus untuk bebersih rumah. Beamy tahu 'kan beberapa pelayan sering membawa benda seperti ini?" Forth mencoba merangkai kata yang tepat agar Beam-nya patuh dan mengerti apa yang ia ucapkan. Setelahnya Beam mengangguk dan hal itu sukses membuatnya sedikit lega. Setidaknya untuk masalah ini.

"Tapi...." Beam nampak berpikir. Manik hitamnya melihat ke atas seakan menerawang apa yang pernah dilihatnya.

"Seingat Beamy kemoceng yang dibawa pelayan daddy itu kaku dan bulunya kasar, gagangnya keras, panjang dan kecil. Kalau kemoceng —anal plug– punya Beamy bulunya lembut, halus dan lentur....." ujarnya menggerakkan ke kiri dan ke kanan ekor anal plug tersebut di depan wajah sang daddy ".....gagangnya pendek agak bulat dan sedikit runcing di ujungnya, lalu....." Beam menjeda kalimatnya sebentar. Ibu jarinya mencari tombol di antara pangkal bulu dan gagang anal plug tersebut lalu menekannya.

"Jika ditekan gagangnya akan bergetar dan bulunya bisa bergerak meliuk-liuk seperti ini" sambungannya mendefinisikan apa yang diketahuinya. Dengan polosnya ia menunjukkan gerakan anal plug tersebut di depan wajah ayahnya.

Forth menjatuhkan rahangnya tidak percaya. Matanya melebar melihat benda yang sejatinya diperuntukkan bagi orang dewasa. Manik coklatnya tidak lepas menatap benda laknat yang membuat sifat polos anak terkontaminasi.

Beberapa saat Forth sempat berpikir untuk memasangkan benda tersebut pada anaknya. Bayangan akan sosok sang putra yang menggeliat 'tak karuan membuat 'miliknya' sedikit menegang.

Shit!

Hanya membayangkan saja tubuh bagian bawahnya sudah setengah mengeras apalagi melihatnya langsung.

Tidak. Itu tidak boleh!

Forth menggelengkan kepalanya kuat, mengusir pikiran-pikiran yang tidak selayaknya ia pikiran. Jika hal ini dibiarkan bisa-bisa 'miliknya' menegang sempurna. Forth terus mengumpat dalam hati, ia merutuki 'miliknya' yang tidak mau diajak berkompromi. Akhir-akhir ini koordinasi antara tubuh dan pikirannya sangat kacau.

Pernah sekali dia mencium bibir Pring namun pikirannya, bayangannya, rasanya serta sensasinya tertuju pada bibir Beam. Forth benci jika harus mengakuinya tapi hal itulah kenyataannya. Kebenaran tentang perasaannya, sikapnya, perlakuannya, jika selama ini dia menyukai putranya. Bukan suka seperti orang tua pada anaknya melainkan rasa suka layaknya pria pada kekasihnya.

Setiap sentuhan yang ia lakukan dengan putranya selalu memunculkan gelenyar aneh di tubuhnya. Sebelumnya ia ragu-ragu namun sekarang ia bisa memastikan kebenaran perasaannya. Sebuah rasa yang tidak seharusnya ada namun hatinya dengan sabar menyimpannya hingga sampai di titik tertinggi. Sampai dimana Forth menyadari bahwa rasa tersebut tidak lain dan tidak bukan ialah 'cinta'.

Baby BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang