Berkas - berkas cahaya menyeruak masuk, memaksa sepasang kelopak mata untuk terbuka. Beberapa detik terlewat sampai Jimin berhasil membuka mata dengan lebar. Ia mengerjap, sedikit terkejut melihat waktu yang sudah hampir tengah hari. Pria itu menoleh ke ruang kosong di sampingnya, tidak terkejut akan fakta bahwa ia bangun sendirian.
Tentu ia akan pergi.
Ada helaan napas panjang sebelum tubuh kecil itu beranjak dari posisi. Rasa nyeri yang ia rasakan di bagian punggung membuat Jimin mengerang kesal. Ia tidak sempat membersihkan diri dan melemaskan ototnya, tidur dalam kondisi seperti itu akan mengakibatkan nyeri. Namun, Jimin terlalu lelah barang hanya untuk melangkah menuju kamar mandi.
Kaki kaki jenjang itu turun menyentuh lantai dingin, Jimin merentangkan tangannya ke atas segera setelah berdiri tegak. Meregangkan otot tubuhnya yang terasa kaku.
Jimin menghabiskan satu jam hanya untuk membersihkan diri dan berganti pakaian. Sebuah kemeja kebesaran ia kenakan, menutupi tubuh kecilnya dengan sempurna. Tidak lupa dengan sebuah celana pendek berwarna hitam. Ia tidak peduli dengan penampilan selama ia tidak berada di headquarter Park. Setelan jas dan celana ia tinggalkan selama menjalani peran sebagai seorang Minnie.
Belum beberapa menit ia terduduk di sofa dengan segelas kopi digenggaman, ponsel pintarnya berdering. Jimin mengangkat alis saat melihat nama Seokjin Hyung tertera di layar telepon. Jimin menggeser tombol hijau dengan ibu jari, mengarahkan telepon ke telinga.
"Halo, hyu-"
"JIMIN! Kau harus mengabariku jam tujuh pagi tadi! Dan lihatlah-ini sudah hampir jam 10! Kemana saja dirimu?"
Jimin menghela napas, ia lupa akan hal itu, tentu saja. "Maaf, aku lupa."
"Ya anggap saja aku menerima alasan klasik itu. Dimana dirimu sekarang?"
"Apartemen. Aku tidak akan kemana - mana, apa yang kau ekspetasikan?"
"Taehyung mencium pergerakan Jeon di distrik Gangseo. Menurutnya, Jeon mengincar gudang yang baru saja menerima kiriman senjata dari China"
Kedua kaki ditekuk, Jimin memeluknya merapat ke arah dada dengan satu tangan yang masih mengenggam cangkir. Ekstrak biji kopi itu diseruput sedikit. "Darimana ia tahu? Aku rasa mereka tidak akan menyerang hari ini."
Jeongguk tidak mungkin bergerak, semalam ia berada disini sampai hampir pagi. Jimin membatin.
"Gangseo adalah tempat dimana anggota Jeon jarang berpatroli. Semalam, Taehyung melihat banyak anggota Jeon bekeliaran saat ia mengecek barang. Patroli di daerah yang bukan kekuasaan mereka merupakan deklarasi perang, Jimin."
Ada jeda sejenak. "Aku tidak bisa membantu kali ini.. Bagaimana kondisi Yoongi?"
"Yoongi sudah tahu, ia memerintahkanku untuk menghubungimu terlebih dahulu. Karena, bagaimanapun kau harus mengetahui segala pergerakan yang ia lakukan."
KAMU SEDANG MEMBACA
opera
Fanfictionjimin, jeongguk, mereka membenci. mengincar nyawa satu sama lain. namun takdir menjadi lebih kejam, sedikit; mereka yang sudah terlanjur harus saling menghancurkan, harus rela membunuh hati masing - masing. "dia pasti malaikat." "tatapannya aneh...