6

41.5K 2K 16
                                    

Selesai makan malam, Bagas menyusul Jaka sang ayah di kamar. Sedangkan Mayang langsung merapikan meja makan. Kemudian disusul mencuci piring yang kotor. Setelah selesai ia pun memasuki kamarnya.

Rasanya tak sabar ingin membaca novel. Ia pun mengambil salah satu novel bersampul merah muda itu. Dibacanya sambil duduk di ambang pintu kamar.

Novelnya sangat bagus tapi, sayangnya penulisnya bukan orang yang ia sukai. Ah, tak apa. Lihat karyanya tak harus melihat siapa orang dibalik cerita.

Awalnya ia sering baca kisah-kisah seru di KBM, yang salah satunya mengangkat tema dari Jawa Tengah yang berjudul 'Manut Mbojo'. Dan karena ketagihan membaca, ia kadang suka meminjam buku novel emak-emak di TK.

Ia senyum-senyum, kala dalam isi cerita mirip dengan kisahnya. Bekerja dengan sang bos tampan. Tiba-tiba Mayang menghayal, berada di tengah-tengah taman. Bertaburan bunga warna-warni mengelilinginya, lalu ada pria tampan yang menghampirinya.

"Ekhem!"

Lamunannya langsung tersentak, kala suara deheman mengagetkannya. "Mas."

"Lagi mikirin orang, ya?" tanya Jaka datar. Ia berdiri depan kamar dengan melipat kedua tangan di dada.

"Enggak, Mas," jawabnya malu-malu.

"Perasaan saya kemarin baru bilangin kamu, jangan sampai pacaran sama Joni."

"Saya gak pacaran, Mas. Beneran," jawab Mayang membela. Tetap duduk, dan menunduk.

"Masa, tapi keliatannya tadi seneng banget ngobrol sama dia?"

Mayang bingung harus menjawab apa. Sebab, tadi siang ia diajak Joni duduk di taman. Awalnya Mayang tak mau, tapi Joni, laki-laki itu bercerita tentang apa saja kebiasaan Jaka. Hingga akhirnya Mayang penasaran, dan tertawa terbahak kala mendengar kekonyolan sang bos yang diceritakan oleh Joni.

"Kenapa senyum-senyum?" tanya Jaka bingung, yang melihat Mayang sepertinya tidak ada rasa khawatir ketika dirinya bersikap dingin.

"Mas, mau ngopi?"

"Gak usah, ini udah malam. Lagian jangan suka mengalihkan pembicaraan, ya."

"Iya, Mas. Maaf ...." Mayang menunduk, aura dingin itu semakin terasa.

"Kamu tahu? Risiko apa, kalau berduaan dengan lawan jenis di rumah yang sepi?" Jaka menekankan setiap kalimatnya.

Mayang terdiam, ada rasa khawatir muncul di benaknya. Betul, bisa saja pria siang tadi tiba-tiba berbuat jahat padanya. "Maafkan saya, Mas. Maafkan saya, saya gak akan ulangi lagi."

Pria itu menyunggingkan senyum. Gampang sekali dibohongin ini anak, tapi bisa saja 'kan, kalau Joni tiba-tiba kurang ajar pada Mayang?

"Papah!" Terdengar suara Bagas memanggil, padahal anak itu tadi sudah terlelap. Tak lama anak kecil itu muncul di depan Mayang dan Jaka, yang berada di depan kamar Mayang.

"Lho, anak Papah ko bangun?"

"Bagas kebelet pipis, terus Papah gak ada." Anak kecil itu mendaratkan bokongnya di pangkuan Mayang.

"Hati-hati, Sayang. Kaki Tante masih sakit," ujar Jaka.

"Tante."

"Iya," jawab perempuan itu bingung.

"Aku mau bobo bertiga lagi kaya waktu itu."

Apa!

Mayang membulatkan matanya, terkejut.

Begitu juga dengan pria berusia 35 tahun itu. Anaknya meminta dirinya tidur bersama Mayang lagi.

***

Mas Bos Duda Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang