12.

32.6K 1.6K 21
                                    

Siang ini Mia sedang sibuk, banyak pasien hilir-mudik silih berganti. Karena terlalu banyak melayani orang berobat, ia tak sempat mengajak Bagas sekedar bermain sebentar.

"Tante, Bagas haus," ucap Bagas.

"Itu di tas ada minum," jawab Mia sambil menunjuk tas milik Bagas.

Anak kecil itupun mengambil botol bergambar super hero miliknya, lalu diminum. "Masih haus, Tante," rengeknya lagi, karena memang airnya tadi tinggal sedikit.

Huffft!

Mia menghembuskan napas berat, setelah kepergian pasien dari ruangannya. "Bentar ya, Bagas. Tante lagi banyak pasien. Kalau haus, ambil minum tante aja itu di botol." Mia menunjukan botol miliknya yang terletak di atas lemari kecil, cukup tinggi.

"Berikutnya!" seru dokter itu pada pasien selanjutnya. Sibuk memeriksa pasien, Mia tak melihat Bagas yang sedang kesusahan mencoba menggapai botol minum.

Braaak!

Botol plastik berukuran besar itu jatuh, membuat isinya mengalir membasahi lantai.

"Bagas!" Spontan Mia menghardik anak kecil itu.

Tubuh kecil itu tersentak mundur, tubunya bergetar, kaget. Mata bulatnya mulai ada sesuatu yang menggenang. Baru pertama kali ini, ia mendengar orang memangilnya dengan kencang.

Seketika dokter itu merasa bersalah, telah membentak anak kecil itu.

"Maaf, Tante kaget. Tante gak sengaja bentak kamu, Sayang," sesalnya sambil mencoba meraih Bagas, yang terus berjalan mundur. Kepalanya menggeleng cepat, menolak.

Kemudian anak kecil itu berlari keluar dari ruang praktek. "Bagas, tunggu." Mia mengejar langkah kaki kecil itu berlari.

Bagas merasa sangat takut sekarang, berdekatan dengan Mia. Sambil menangis, anak itu terus berlari menghindari kejaran dokter itu. Namun, langkah kakinya terantuk sesuatu kala hendak menuruni tangga.

Aaaaaakkk!

"Bagas!" Teriak Mia histeris, melihat tubuh kecil itu menggelinding ke bawah.

***

Setibanya di rumah sakit, Jaka dan ibu lagsung mencari keberadaan Bagas.

Di depan sebuah ruangan ada Mia berdiri, wajah cantiknya terlihat sangat cemas. Bibir tipisnya terus bergerak, merapalkan doa-doa. Sesekali ia mengigit unjung jari, mencoba menghalau katakutan yang melanda.

"Mia, di mana Bagas? Gimana keadaannya?" Jaka langsung bertanya setibanya.

Mia merasa bingung, harus jawab apa. Jaka menoleh pada ibu, dan ibu menatap Mia. Mereka bertiga saling diam, hanya saling tatap.

Tak lama keluar pria berseragam putih dari ruangan. "Dokter Mia."

"Saya, Dok." Mia menghampiri pria barusan. Begitupun juga Jaka dan ibu, mereka ikut menghampiri dokter itu. "O, iya, Dok. Ini Papahnya anak itu, dan ini Neneknya," sambungya lagi.

"Apa yang terjadi dengan anak saya, Dok?" Jaka bertanya cepat, wajah tampak panik. Hal ini membuat dokter cantik itu sedikit takut.

"Mia." Ibu mendekati anak temannya itu. "Tenang, semoga aja gak terjadi apa-apa," sambungnya menenangkan.

"Alhamdulillah, anak Bapak masih dalam luka wajar, tidak parah. Anak Bapak cuma mengalami memar, dan timbul benjolan, akibat kerasnya  benturan kepala mengenai anak tangga," terang dokter.

"Maafin saya, Tante. Gak bisa jaga Bagas dengan maksimal," tutur Mia merasa bersalah.

Jaka menoleh pada Mia, lalu izin pada ibu untuk menemui Bagas di dalam. Sang ibu pun mengangguk, ia akan segera masuk juga.

Mas Bos Duda Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang