PAGE 2

1.4K 80 0
                                    

"Ayo, bersulang!"

"Eh, untuk apa?"

"Untuk merayakan Allison yang 4 bulan lagi akan menikah!"

"Kalau begitu sekalian saja Penny yang juga merayakan 4 bulan jadian dengan Josh!"

"Lalu Rowan yang akhirnya diterima menjadi dosen di UNSW!"

"Kau keren, sist!" Allison dan Penny menatap Rowan dengan bangga.

"Aku masih merasa ini mimpi lho, padahal test-nya susah sekali dan aku malah yakin tidak akan lolos!"

"Kenyataannya kamu lolos sayang, malah kamu jadi dosen termuda!"

"Ayolah bersulang!"

"Cheers!!!"

Allison, Penny dan Rowan berkumpul di Quay. Mereka sengaja mengatur janji makan malam bersama di salah satu restoran fine dining yang cukup terkenal, toh tidak ada salahnya jika sekali-kali mereka berkumpul di tempat yang lebih mewah dibanding kafe favorit yang menjadi langganan mereka selama ini.

"Bagaimana persiapanmu, Al?"

"Oh, kami akan survey ke beberapa venue nanti, walau pilihan akhirnya nanti kami serahkan saja kepada orang tua William."

"Jadi semuanya akan dilaksanakan di Melbourne ya? Kau sudah beritahu keluargamu?"

"Tentu dong. Mungkin sebulan sebelum acara mereka akan datang dan mengadakan pertemuan keluarga."

"Oh, Allie...aku turut senang! Kisahmu seperti dongeng princess-nya disney yang berakhir bahagia!"

"Sama sepertimu, Penny! Aku juga senang kau akhirnya jadian dengan Josh!"

"Oh, biarkan aku yang merias wajahmu nanti!"

"Tentu, Penny! Aku tidak mau wajahku disentuh orang lain!"

"Janji ya? Ah, aku tak sabar!"

"Dan Rowan juga disney princess yang mencapai impiannya!"

"Hei...kalau Penny seperti Rapunzel lalu Allison seperti Belle, aku seperti siapa?"

Allison dan Penny berpandangan sesaat sebelum menjawab serempak; "Moana!"

Mereka tertawa dan tergelak sampai perut mereka sedikit sakit.

"Allie...ummm...Josh bertanya padaku."

Mendadak Penny salah tingkah.

"Yeah? Ada apa?"

"Apakah...kau akan mengundang sepupunya? Ke acara pernikahan kalian?"

Allison diam. Dia tidak pernah bertemu lagi dengan Damian sejak pria itu meninggalkannya di rumah sakit 1,5 tahun yang lalu. Allison masih sering bertemu dengan Joshua tapi Damian menghilang dari persahabatan mereka, rasanya hanya Josh dan mungkin Penny-lah yang pernah bertemu dengannya lagi. Meski mereka tinggal di kota yang sama, sangat mengherankan mengapa mereka bahkan tidak pernah berpapasan di tengah jalan.

"Oh sorry Allie, aku tidak bermaksud..."

"Tidak apa-apa, Penny...aku mengerti kok, yah rasanya dia pasti akan tahu dari Josh."

"Yeah, kamu tidak mau tahu kabarnya, Al?"

Allison menatap Penny dalam diam, pikirannya mulai berkecamuk.

Apakah aku ingin tahu? Ya dan tidak. Aku hanya ingin tahu apakah dia baik-baik saja tapi...aku takut untuk bertemu dengannya lagi. Aku hanya ingin dia menjadi masa laluku.

"Dia sekarang berubah, Al." Penny menyerocos tanpa menunggu reaksi temannya; "Dia jadi workaholic dan lebih serius, malah cenderung dingin. Well maksudku dia tetap bisa bercanda seperti biasa tapi...dia sudah tidak pernah berkencan."

"Eh kok bisa?" Kali ini Rowan yang bertanya, sama herannya dengan Allison.

"Aku tidak tahu, Rowan, mungkin karena dia juga sudah memegang perusahaan sendiri? Sekarang kan dia sudah mulai menjabat sebagai direktur pemasaran Landchester group."

"Landchester? Oh ya ampun, jadi raksasa real estate itu milik keluarga Weiss?"

"Yeah...Damian dan kakaknya bertanggung jawab penuh atas group besar itu."

Allison masih termangu, perasaannya tidak menentu. Dia merasa tidak nyaman mendengar apapun tentang Damian. Dia menunduk dan menyesap bir-nya perlahan.

"Sorry, Al, aku kelepasan ya?"

Penny menggigit bibirnya dengan gugup ketika menyadari reaksi diam Allison.

"Tidak...tidak apa-apa kok, yah mungkin aku akan mengundangnya, itupun kalau dia mau datang."

"Allie, aku benar-benar minta maaf."

Allison hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

"Hei Penny, bulan depan kamu ikut denganku ke Melbourne ya?"

"Eh?"

"Aku sudah memilih gaunmu dan kau harus mencobanya."

"Woohoo! Aku tidak sabar menjadi bridesmaid sekaligus make up artist-mu, Allie sayang!"

"Ikutlah dengan kami, Rowan!"

"Eh, kamu yakin?"

"Iya, lebih ramai kan lebih seru. Lagipula kamu pasti butuh refreshing setelah mengajar senin sampai jumat."

"Iya juga sih, okelah!"

"Bersulang lagi?"

"Siapa yang akan menggendong kita kalau mabuk?"

"Bir tidak akan membuatmu mabuk kok, lagipula aku kuat minum. Aku bisa menelpon Josh atau Will jika kalian tumbang." Ujar Penny dengan bangga.

"Yeah...baiklah..."

"Cheers!"

SWEET FATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang