PAGE 13

1K 67 5
                                    

"Apa? Jadi ternyata Uncle mereka adalah Damian?"

Mulut Rowan menganga lebar mendengar celoteh Allison di teleponnya. Dengan tergagap Rowan segera merapatkan kembali bibirnya dan memperbaiki sikap duduknya. Dia masih berada di ruang kerjanya bersama dengan para dosen lainnya. Mau tidak mau dia harus bersikap santun dan profesional, walaupun sebenarnya rasanya sedikit membosankan.

"Oh, Allie...aku tidak tahu harus ngomong apa kali ini. Aku tahu rasanya berat untukmu. Tidak, Josh atau Penny juga tidak mengatakan apa-apa padaku. Yeah, mungkin karena Josh berada di perusahaan yang berbeda dengan sepupunya."

"Ah...rasanya sulit untukku untuk tidak berpikir bahwa mereka tidak menyembunyikan sesuatu tapi ya sudahlah, aku tidak mau berasumsi." Desah Allison di ujung telepon. "Dari reaksi Damian aku rasa dia juga tidak tahu apa-apa."

"Al, aku malah berharap kau disini. Yah aku sedikit kesepian...kau tahu kan sejak Penny..." Rowan menggantung kalimatnya, enggan untuk menyelesaikannya.

"Berkencan dengan Josh?"

"Yeah, dan sibuk menerima freelance make up dimana-mana."

"Kapan mereka akan menikah?"

"Err...aku rasa tahun depan. Penny tidak memberitahumu?"

"Tidak."

"Allie...yeah, aku rasa dia tidak enak..."

"Kenapa?"

"Karena...yah...seharusnya kau yang menikah duluan waktu itu..."

"Konyol." 

Rowan bisa mendengar suara tegang Allison. Dalam hati dia sedikit menyalahkan Penny yang sedikit menjaga jarak dan keasikan dengan kesibukan barunya. Persahabatan mereka bertiga memang tidak seerat dulu lagi.

"Yeah, memang...hanya saja mungkin dia takut kau jadi sedih."

"Hei, aku sudah rela kok! Apa dengan dia merahasiakan seperti itu lalu memperbaiki keadaan?!"

"Allie...tenang ya...aku tahu dia salah dan aku akan coba bicara dengannya, oke? Itupun kami sudah jarang bertemu sekarang."

"Oh Rowan, maafkan aku...aku tahu ini bukan salahmu."

"Iya, aku mengerti kok. Aku malah sangat merindukanmu, Al."

"Rowan? Kamu baik-baik saja?"

"Yah...aku hanya...agak kesepian disini." Rowan menahan air matanya.

"Oh,Rowan! Aku benar-benar minta maaf. Aku tahu seharusnya aku tetap disana..."

"No, Allie, aku baik-baik saja! Aku juga seharusnya mengerti pasti berat untukmu berada disini dengan semua kenangan buruk itu."

"Well, setidaknya sekarang aku belajar bahwa lari bukanlah penyelesaian masalah. Terbukti dengan munculnya kembali pria di masa laluku."

Mau tidak mau Rowan dan Allison sama-sama tersenyum walaupun mereka tidak bisa melihat wajah satu sama lain.

"Bagaimana pekerjaanmu, sayang?"

Rowan menatap sekelilingnya dan akhirnya menjawab dengan nada rendah; "Err...Allie aku masih disini, kau tahu kan? Sangat tidak bebas...maksudku..."

"Aku mengerti, please telepon aku kembali seusai jam kerjamu, ok?"

"Oke, Allie."

"Thanks! I miss you, sist!"

"I miss you too, Al."

Rowan memutuskan panggilan mereka dan menghela nafas dengan berat. Tekanan mengajar di universitas paling bergengsi ini sangat tidak mudah. Dia butuh teman untuk cerita dan sayangnya dia bukan tipe orang yang mudah bergaul. Penny sudah benar-benar sibuk sedangkan Allison sangat jauh darinya, mereka selalu menelepon tapi tetap saja, sesekali rasanya dia butuh kebersamaan yang lebih daripada sekadar percakapan di telepon.

SWEET FATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang