A Million Dreams

170 2 0
                                    


Senin, 11 Maret 2019

Ya Allah, terkadang. Saat kita sedang di uji oleh Allah dengan ujian seluas lautan. Bertubi tubi, bahkan hingga badan ini tak mampu lagi tuk bangkit. Rasanya perjalanan hidup masih panjang sekali untuk mencapai nikmatnya keberhasilan. Apalagi dengan tidak adanya patner. Terkadang masih kurang menerima jika aku dipisahkan dengan orang-orang yang sudah sangat care denganku. Bahkan, saat aku melihatnya, aku pasti akan mengingat Allah. Sangat malu jika aku melakukan maksiat dihadapannya. Dia orang yang shalihah, care dengan semua orang, jika aku bermaksiat, pasti dia yang akan mengingatkanku, selalu mengingatkanku tuk berbuat amal baik, selalu menghibur walaupun suka makan, dan ketika ku berbincang dengannya, pasti membahas masalah akhirat ataupun sejarah. Namun, sekarang kita terpisah. Aku sangat merasakan kehilangannya. Hanya satu bulan sekali kita bertemu. Saat bertemu, itupun membahas masa depan.

Berat sekali jika berbuat baik sendirian. Terkadang ada yang ingin membersamai, tapi ternyata tidak care dengannku. Bahkan, kurang mengerti apa yang kurasakan. Di saat aku butuh teman untuk hijrah. Di sisi lain, aku membutuhkan teman menulis. Aku ingat, saat aku bertemu dengan para penulis di workshop Nulis Yuk Bandung. Rasanya sangat senang berdiri di tengah tengah mereka. Saling menguatkan. Satu visi dan misi. Dan satu cita cita, yaitu sebagai seorang penulis yang bisa menginspirasi banyak orang. Dan sekarang, teman menulisku hanya di dunia maya. Al hamdulillah, aku bergabung di salah satu Komunitas Penulis Nusantara 314. Ada yang lain juga si, tapi aku merasa sangat nyaman di KPN 314 ini. Saat aku mengeluhkan keluh kesahku. Mereka mendengarkanku dan memberi motivasi terbaik untukku. Aku sangat bersyukur bergabung dengan komunitas itu. Terkadang saat sedang down. Bu admin mengajak bermain walaupun hanya bermain sambung kata ataupun tebak film. Menyenangkan, menghibur, terkadang juga menakutkan. Karena ada yang mengirim GIF Valak. Ya Allah, saat itu aku kagetnya bukan main. Al hamdulillah nggak teriak. Paling semua badanku bergetar. Untuk menghapus gambar itupun aku harus berjuang, karena tanganku masih gemetar. Kalau orangnya ada di sampingku, mungkin aku akan... ah, entahlah. Paling aku akan memukulnya. Ha...ha... lucu. Namun di grup KPN, aku kurang aktif, karena aku hanya memegang hp satu minggi sekali. Kesel juga si.

Oh ya, kembali ke topik. Sobat. Apakah kalian merasakan sedang di uji oleh Allah hingga kalian itu seperti tidak ada harapan untuk bangkit? Sudah pernah merasakan atau sedang merasakan hal itu? Sobat, bersabarlah dan sholatlah. Kata Allah, kalau kita sedang di uji, sabarlah dan sholatlah. Karena hanya Allah yang membuat kita lebih tenang dan lebih tegar. Yakinlah, bahwa jika kalian sabra dalam menghadapi ujian, Allah akan memberi kenikmatan yang tak kau duga. Apalagi masalah ekonomi. Ada yang berpikir bahwa aku orang kaya, kalian tau? Hidup dengan sempitnya ekonomi sudah menjadi hal biasa bagiku. Dan sekarang, aku ingin mengubahnya. Aku pernah merasakan betapa susahnya mencari uang. Semenjak kelas 8 SMP, aku mulai berjualan bros di sekolah. Al hamdulillah laris. Walaupun hanya untung sedikit, karena aku menjual 500 rupiah per brosnya. Tapi itu tidak masalah bagiku. Saat jadi santri pun, aku pernah berjualan. Waktu I'dad, aku jualan baju tidur dan jilbab. Untungnya lumayan besar. Itupun hasilnya aku gunakan untuk memenuhi kebutuhanku di pondok. Hitung hitung meringankan beban orangtua. Kelas mudabbir aku berhenti, karena banyak kegitan dan tugas yang numpuk. Eh, pas kelas 3 KMI, aku pernah jualan sambal. Untungnya Cuma 5000 doang. Padahal proses buat sambelnya panjang. Dan setelah lulus, aku juga memulai bisnisku lagi. Dengan membuat kotak ajaib. Aku jual sekitar 40.000 ribuan. Modalnya hanya 250.000. tapi hasilnya bisa sampai 600.000. al hamdulillah. Tapi sayang. Uang hasil jualanku itu aku pakai untuk pergi ke Bandung waktu itu. Padahal, hampir setiap malam aku begadang buat kotak itu. Harus teliti dan terampil. Karena kotaknya mahal, jadinya aku buat kotak itu sekreatif mungkin. Setelah peminat boxnya berkurang, akhirnya aku jualan es. Al hamdulillah, untungnya cukup besar. Namun, semenjak semester 2 ini, aku berhenti berjualan. Semenjak aku berubah menjadi bagian perpustakaan, aku lebih banyak meluangkan waktuku untuk perpus. Dan mulai fokus lagi di bidang kepenulisan dan baca buku.

Sobat, kamu tau. Orang yang bermimpi menjadi seorang penulis di zaman milenial ini, banyak yang mentertawakan dengan salah satu mimpi itu. Aku sendiri, aku punya a million dreams yang selalu terngiang di otakku. Beberapa impian aku tulis di buku. Dan saat buku itu di baca teman temanku. Kalian tau apa ekspresi mereka? Tertawa. Lebih banyak yang tertawa daripada tersenyum karena termotivasi. Bahkan di bully pun sudah aku rasakan. Sampai ada yang tingkat membencipun ada. Mereka mentertawakan karena mereka belum pernah merasakan perjuangan meraih mimpi besar. Karena hidupnya sudah terpenuhi, hingga hidupnya hanya mereka lakukan untuk kesenangan saja. Terkadang merasa kurang bersyukur sudah terlahir dari orangtua yang kurang mampu, tidak mendukungku untuk sekolah lagi, tidak memikirkan bagaimana pendidikanku. Tapi ingat, orang orang sukses, banyak yang terlahir dari keluarga yang kurang mampu, tidak hanya itu. Keluarga yang kurang pendidikan. Itu juga iya. Namun, kalian harus tau. Kita tidak boleh membenci orangtua kita, sebesar apapun kekurangan orangtua, kita harus hargai mereka. Karena pintu surga, kuncinya ada di orangtua. Kalau orangtua tidak mendukungmu untuk sekolah lagi, bahkan mereka berkata bahwa mereka tidak akan membiayai kita lagi. Ingat, buktikan pada orangtua, bahwa kita bisa sekolah. Sekolah dengan biaya sendiri. Terutama perempuan. Aku sendiri, aku tidak boleh sekolah lagi sama orangtua. Aku boleh sekolah, asalkan aku bisa membayar semua hutang hutang orangtua dan bisa meringankan beban hidup keluarga besarku. Kalau di pikir pikir, rasanya tidak mungkin karena aku sibuk dengan kerjaan dengan gaji yang hanya cukup untuk kebutuhanku saja. Tapi yakinlah, kita punya Allah yang Maha Kaya.

Saat itu aku pernah menyampaikan mimpi mimpiku dihadapan orangtua ku. Apa tanggapannya? Mereka mentertawakanku. Aku sempat marah dan down. Rasanya tidak mungkin menggapai satu juta mimpiku. Tapi dibalik orangtua yang seperti itu. Aku bisa belajar dari mereka akan arti sebuah perjuangan. Mereka melepaskanku, karena mereka ingin aku mandiri, karena mereka ingin aku merasakan sebauh perjuangan yang tak mudah untuk menggapai A Million Dreams.

Aku yakin, kamu yang punya satu juta mimpi sepertiku, akan berhasil meraihnya. Tenang, kamu tidak sendiri. Ada para pejuang lain yang sedang mewujudkan Million Dreams juga. Aku juga tak merasa sendiri, ada kalian yang punya satu juta mimpi juga. dan sedang berjuang untuk meraihnya.

Bangkitlah jika kau terpuruk hari ini. Karena masa depan yang cerah ada dihadapanmu sekarang.



Maaf, pembahasannya jadi kesana kemari. Hatiku tidak mendukung karena lagi banyak masalah. Daripada merenungi masalah, lebih baik menulis. Siapa tau ada jalan keluar. He...he...

pembahasan A Million Dreams ini akan aku lanjutkan di bagian berikutnya. Assalamu'alaikum...

Dear AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang