Kamis, 31 Februari 2019
Hari ini adalah hari yang sangat melelahkan setelah semua kegiatanku hari ini berjalan cukup baik. Rasanya semua tubuhku remuk. Apalagi ada kelas Nulis Yuk batch 22 malam ini. Ya Allah. Jujur, aku kurang konsentrasi menyimak penjelasan Kak Ary. Membalas chat teman saja agak sedikit nglantur. Aduh. Terkadang ada fikiran yang terlintas dalam pikiranku. Hidup di dunia ini memang sangat melelahkan. Tapi, ada satu memori yang terbuka tiba tiba. Aku teringat akan perkataan salah satu Ustadzku saat aku sedang berkumpul dengan teman kelas tuk membahas masalah peraturan pesantren. Salah satu keluhan kita semua adalah rasa lelah. Dengan senyuman, Ustadz berkata. Jadikan lelah mu Lillah.
Ya Allah. Rasanya hati ini tersiram air dari telaga Al kautsar. Ma Sya Allah...
Sembari menunggu materi dari Kak Ary, aku pandang tulisan Nulis Yuk. Aku kembali teringat, saat pertama kali aku mengenal Nulis Yuk. Pertama kali aku mengenal Nulis Yuk yaitu saat aku nekat mengikuti workshop Nulis Yuk di bandung. Padahal umiku tidak mengizinkanku pergi jauh. Apalagi sendiri. Sempat bebarapa kali chat dengan Nulis Yuk. Awalnya aku ingin membatalkan workshop itu. Tapi, Nulis Yuk terus mendukungku. Tanggal 5 November 2018. Aku memutuskan tuk mendaftar. Padahal hari itu adalah hari terakhir pendaftaran. Sebelumnya aku sempat menanyakan pada Nulis Yuk. Apakah ada peserta dari Jawa Tengah? Al hamdulillah ada. Langsung saja aku minta biodatanya. Akhirnya, terkirimlah sebuah biodata dari seorang bernama Fatimatuz Zahro asal Pati lengkap dengan alamat dan no WA nya. Tanpa basa basi. Aku langsung chat Kak Zahro. Setelah beberapa kali kita berbincang bincang. Kita memutuskan tuk bertemu di stasiun Kiaracondong.
Beberapa hari sebelum keberangkatanku ke Bandung, aku sempat kurang enak badan karena aku takut. Dan kau tau? Keluar Jawa Tengah, naik kereta, ke Bandung, ke stasiun, ikut workshop nulis, bertemu dengan penulis. Semua itu adalah impianku. Dan semua impian itu belum pernah aku lakukan. Semuanya perdana. Aku sempat takut karena keberangkatan kereta mulai jam setengah lima sore, dan sampai Bandung sekitar pukul 1 malam. Mungkin aku takkan takut jika aku tidak berangkat sendiri. sampai aku berharap ada orang Purbalingga yang duduk bersamaku di kereta nanti dengan tujuan yang sama.
Dari pesantren, aku berangkat dengan gojek. Setiap perjalanan hanya dzikir yang keluar dari mulutku. Tapi, pikiranku selalu pergi kemana mana. Beribu bayang bayang buruk selalu berputar di kepalaku. Bagaimana jika ada penjahat datang saat aku menunggu Kak Zahro di stasiun? Karena Kak Zahro sampai stasiun Bandung jam 3 pagi. Dan aku harus menunggunya selama 2 jam.
Setelah aku sampai di stasiun, aku benar benar bingung. Ini adalah pertama kalinya aku ke stasiun. Aku benar benar tidak tau di mana pintu masuk, tempat cek tiket dan sebagainya. Setiap kali aku berjalan dan bertemu orang, aku bertanya. Maju berapa langkah, bertanya. Entah berapa kali aku bertanya pada orang orang, bapak petugas, dan cleaning service. Saat aku menanyakan di mana mushola. Bapak petugas mengarahkanku masuk ke dalam, di mana kereta kereta sedang berlalu lalang. Tanpa basa basi, aku langsung masuk. Tiba tiba, seorang petugas memberhentikanku. Ternyata, itu adalah tempat penyerahan tiketnya. Aduh! Betapa malunya aku.
Jam setengah empat, aku masih menunggu keretasembari beristirahat di mushola. Sekitar jam 4 lebih seperempat. Aku duduk diruang tunggu kereta. Aku bingung. Kenapa kereta belum dating juga? Hingga akhirnya ada seorang wanita yang ingin meminjam charger padaku. Kita sempat mengobrol mengenai nama, asal, mau kemana, dan sebagainya. Hingga di akhir pertanyaan yang membuatku sadar. Kapan keretamu berangkat? Aku jawab dengan senyuman. Tiba tiba wanita itu panik.
"Mba'! keretanya sudah datang dari tadi! Cepetan mba', langsung lari ke kereta. Keburu ketinggalan..."
Aku sempat panik. Ya Allah, sekuat tenaga aku berlari karena kereta berada di ujung sana. Beberapa petugas langsung mengarahkanku ke gerbong tujuan. Al hamdulillah, akhirnya bias masuk. Saatnya mencari tempat duduk. Aku sempat bingung lagi saat mencari nomer duduk. Di mana nomer duduknya? Hingga sampai di ujung gerbong, aku baru melihatnya, ternyata nomernya di atas jendela. Perlahan aku berjalan mundur sembari mencari nomerku. Dan langkahku berhenti tepat saat aku melihat nomer 7A. Aku benar benar kaget. Apa? Aku duduk dengan laki laki? Keperhatikan ia sejenak. Sepertinya ia pecinta novel. Sedari tadi aku bolak balik, tapi ia tak bergeming.
Perlahan aku duduk di sampingnya, aku kembali melirik ke arahnya. Ia masih fokus dengan bukunya. Satu hal yang aku lupakan adalah buku bacaan. Padahal sudah aku rencanakan untuk membaca selama berada di kereta. Akhirnya kereta itu melaju. Dan saat itu pula, aku mencoret impianku yang aku tulis di buku. Ke stasiun dan naik kereta. Selama perjalanan aku hanya terdiam dan hanya bermain dengan sosmed. Seringkali aku melirik ke arah buku yang cowok itu baca. Aku penasaran, apa yang ia baca sedari tadi? Tapi aku tak dapat melihatnya.
Saat kereta tiba di stasiun berikutnya. Seorang ibu ibu datang dan duduk di kursi seberangku. Ia tidak memakai jilbab. Sama seperti penumpang yang ada di depan ibu ibu itu. Dua remaja perempuan yang tak memakai jilbab berbincang bincang dan membahas masalah dunia. Wajah ibu ibu itu menandakan jika ia sangat lelah. Aku tersenyum padanya dan mengajukan beberapa pertanyaan. Kita sempat mengobrol sejenak, beberapa kali aku menatap 2 remaja itu agar aku bisa tersenyum dan bisa di ajak ngobrol. Tapi hasilnya nihil. Mereka berdua justru menatapku dengan tatapan sinis. Aku heran, apakah karena aku memakai jilbab besar? Atau apa?
Di tengah tengah aku dan ibu itu mengobrol. Tiba tiba ibu itu membuka tasnya dan mengambil sebuah jilbab kecil. Ia pakai dan tersenyum padaku. Al hamdulillah, benakku. Wajahnya berpaling ke jendela dan mulai terlelap.
Jam 9 telah lewat. Aku mulai ngantuk. Akhirnya aku pasang alarm dan mulai tertidur dengan mencari posisi tidur yang enak. Berbagai mimpi mulai menghinggap. Suara kereta seakan hilang dari telinga. Aku terlelap. Dan betapa kagetnya aku saat aku terbangun. Kepalaku sudah bersandar di pundak laki laki itu. Aku langsung memperbaiki posisiku. Aku sangat malu, al hamdulillah laki laki itu masih tertidur. Huh.
Setelah satu jam menunggu, akhirnya kereta sampai juga di Stasiun Kiaracondong...
Bersambung...
Lanjut di bagian berikutnya ya...
![](https://img.wattpad.com/cover/176153117-288-k139602.jpg)