Selasa, 22 Januari 2019
Dear Allah
Sabar memang adalah salah satu hal yang cukup sulit tuk dilakukan. Apalagi jika sebuah kesabaran dilakukan saat di pesantren. Bagaimana tidak? Aku harus melakukan hal yang sama setiap hari. Dari mulai jam 3 pagi, aku harus membangunkan santri tuk shalat tahajud. Setelah shalat subuh harus keliling asrama, memastikan semua santri keluar tuk tahfidz pagi. Jam 6 sampai jam 7 pagi persiapan ngajar. Setelah dzuhur menyimak santri baca Al Qur'an. Setelah itu istirahat sampai shalat ashar tiba. Hanya itu yang ku lakukan di sini. kecuali jika aku membuat kegiatan sendiri.
Dan ada kabar gembira. Setelah shalat ashar, biasanya cuma menyimak muroja'ah santri. Tapi, sekarang di ganti dengan kegiatan mengisi TPQ Subulussalam di Walik. Aduh, betapa bahagianya kembali bertemu dengan anak anak kecil. Ya Allah, ini adalah salah satu obat hati setelah merasakan kelelahan yang tak tau kapan berhentinya. Yang pastinya akan berhenti setelah aku meninggal. Al Hamdulillah, kini aku sedikit merasa lebih lega karena ada kegiatan baru. Dan In Sya Allah, kegiatan itu tidak akan membosankan.
Dan hari ini adalah hari pertama Aku masuk TPQ. Aku benar benar tidak tau apa yang akan aku lakukan disana. Hanya bisa membayangkan betapa repotnya menjadi pengajar TPQ dengan jumlah murid sebanyak 250 anak. Ya Allah, pasti sangat ramai. Setelah shalat, aku beranjak pergi dengan salah satu temanku yang mengajar di sana juga. Dan kami sama sama menjadi pengajar baru di sana. Sekitar 10 menit perjalanan menggunakan motor, akhirnya aku sampai di sebuah masjid yang cukup besar. Ma Sya Allah, benar benar apa yang aku bayangkan, sekarang ada di depan mata. Semua murid TPQ Subulussalam benar benar banyak. Aku benar benar malu saat pertama kali masuk gerbang. Mereka menatapku dengan tatapan heran. Aku hanya bisa tersenyum, walaupun senyumku tak terlihat karena tertutupi oleh cadar, tapi pasti akan terlihat dari mata.
Kegiatan hari ini adalah sepak bola. Mereka benar sangat antusias mengikuti setiap intruksi yang diberikan umi. Oh ya, kenalkan. Umi adalah orang yang membangun TPQ ini. Aku tidak tau namanya siapa, aku hanya tau jika beliau adalah orangtua wali dari salah satu murid ku di pesantren. Ma Sya Allah, beliau benar benar cerewet. Jika dia sudah bicara, ya sudah, aku hanya menggeleng dan tertawa melihat tingkah lakunya yang lucu. Hi...hi...
Kembali ke kegiatan. Jadi, hari pertama aku di TPQ ini hanya memperhatikan mereka saja dan berkenalan dengan pengajar lain. Hanya itu. Dan sebelum pulang, Umi mengumpulkan kita di teras masjid. Memperkenalkan TPQ itu pada pengajar baru, karena tidak hanya aku dan temanku saja. Namun ada beberapa ibu ibu yang menjadi pengajar baru juga. Dan sebelum aku pulang, Umi berpesan bahwa aku dan temanku harus selalu hadir setiap hari, entah apapun halangannya. Seperti hujan, karena kemarin kita izin hanya karena alasan terjebak hujan. Kata Umi, anak anak TPQ di sini sangat bersemangat, sampai hujan pun mereka terjang demi hadir di TPQ ini. Ma Sya Allah, inilah pelajaran yang di ambil. Bahwa seberat apapun rintangan, kita harus menghadapinya demi menyampaikan ilmu walaupun hanya satu ayat. Akhirnya setelah itu kita pulang, walaupun harus basah kuyup karena hujan. TPQ hari ini benar benar menyenangkan.
Setelah itu, seperti biasa waktu muroja'ah santri, aku ganti setelah maghrib. Jadi, aku masih ada kegiatan setelah maghrib dan setelah isha, aku lanjutkan kegiatanku mengurus mading pesantren yang In Sya Allah bulan ini luncur. Do'akan ya.
Dan kegiatan sebelum tidur adalah membaca buku. Walaupun rasanya sangat lelah setelah melakukan kegiatan. Aku sempatkan membaca walaupun hanya satu kalimat. Karena aku termotivasi dengan kata kata guru ku saat pramuka dulu. Bahwa setiap detik yang kita jalani harus kita isi dengan hal yang bermanfaat. Agar setiap detik kita itu berharga dan bernilai pahala.
Dan buku yang sedang aku baca hari ini adalah biografi Abu Bakar Ash Shidiq. Sahabat Rosulullah sekaligus menjadi khalifah setelah Rosulullah wafat. Menurutku, seoran penulis harus menyukai sejarah, kenapa? Karena orang yang mempelajari sejarah adalah orang yang paling cepat menyelesaikan masalah, orang yang faham sejarah juga akan menjadi orang yang berakhlak mulia. Karena ia pasti akan terinspirasi dengan akhlak akhlak orang terdahulu yang banyak di segani.
Mungkin hanya itu sobat, sebenarnya banyak syair syair menyentuh jiwa yang baru saja aku baca. Syairnya menginspirasi. Tapi tidak akan aku tulis di kisah ini karena biar kalian baca bukunya. He...he...
Al Hamdulillah...
Semoga bermanfaat...
