Part 3

6.7K 506 142
                                    

.

.

.

.

.

.

.

Rate : M

Genre : Drama, Romance, Hurt/Comfort, Family

Pair : [Naruto U. Hinata H]

.

.

Naruto milik Kishimoto Masashi-sensei

.

.

.

Bab 9: Please, Don't Break It into Pieces

| 21 September 2018 |

Setelah kejadian kemarin sore, suasana rumah sedikit berubah. Pagi ini, ketika Naruto bangun untuk mengambil air dari lemari pendingin, dia menemukan banyak makanan yang sudah dikemas. Disusun rapi. Bahkan di setiap wadah tertera kapan Naruto harus memakannya.

Wanita itu tidak ditemukan di mana pun. Hanya meninggalkan makanan hangat di meja. Tanpa catatan atau pesan.

Satu teguk air melewati kerongkongannya dengan sulit. Dia hampir saja tersedak ketika menyadari bahwa kemungkinan, Hinata telah pergi, lagi. Namun asumsinya dinyatakan tidak benar saat suara kode pas ditekan dan kemudian pintu apartemen terbuka.

Naruto tidak tahu sejak kapan dia sudah berlari ke arah wanita itu.

"Naruto? Sudah bangun?" sapanya.

Napas Naruto berangsur turun, berembus secara teratur. "Dari mana?"

"Hanya jalan-jalan." Ujarnya singkat. Melepas sepatu, menggantinya dengan sandal rumah dan menuju ke dapur untuk meletakkan sekantung buah.

Naruto mengekor di belakang. "Dari mana ini?" yang menghentikan kegiatan Hinata. Wanita itu terdiam cukup lama sebelum mengambil keranjang buah, tanpa melirik sedikit pun.

"Aku bertanya—"

"—dari pemilik toko di seberang jalan." Hinata buru-buru memotong.

"Kenapa kau tidak mengatakan padaku bahwa kau ingin makan buah?" Naruto menarik kursi, duduk tepat di samping Hinata yang berdiri. Menatapnya dari samping. "Kau tidak harus—"

"—aku bisa mendapatkannya, Naruto. Jangan terlalu merepotkan diri."

Mendengar penuturan Hinata, Naruto tidak bisa menahan diri untuk tidak menggeram. Pertemuan mereka dengan Gaara kemarin mengubah segalanya. Hinata benar-benar menghindarinya sebisa mungkin.

Maka, dengan gerak lembut, dia pun mendekat, membalik tubuh itu untuk menghadap padanya. Namun lagi-lagi Hinata memutus kontak mata, menghadap ke arah lain.

Helaan napas terdengar dari bibir pria itu. "Hinata ...." panggilnya. "Jangan seperti ini."

"Seperti apa maksudmu?"

"Kau—" kalimat Naruto tertahan. Otak pria itu mendadak disfungsional akibat tatapan yang seperti menelanjanginya. Menembus safir terdalamnya hingga dia tidak bisa berkata-kata.

RoughTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang